Distimia adalah kondisi yang kadang-kadang disebut sebagai depresi kronis ringan. Saat Anda mengalami distimia, gejala depresi bisa bertahan lama hingga dua tahun atau lebih. Sementara itu, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, distimia disebut sebagai persistent depressive disorders (PDD).
Distimia adalah adalah bentuk depresi kronis jangka panjang. Seperti jenis depresi lainnya, distimia adalah kondisi yang juga bisa menyebabkan perasaan sedih dan putus asa secara terus menerus.
Distimia adalah gangguan kejiwaan yang bisa memengaruhi suasana hati, perilaku, serta fungsi fisik, termasuk nafsu makan dan kualitas tidur. Akibatnya, orang dengan gejala distimia ini sering kehilangan minat dalam melakukan kegiatan yang pernah mereka nikmati dan mengalami kesulitan menyelesaikan tugas sehari-hari.
Meski gejala-gejala ini bisa terlihat pada semua bentuk depresi, namun pada distimia, gejalanya tidak terlalu parah namun lebih bertahan lama. Distimia adalah gangguan kejiwaan yang serius dan bukan termasuk depresi “minor”. Selain itu, distimia juga bukan suatu kondisi perantara antara depresi berat dengan depresi dalam pengertian umum.
Dalam beberapa kasus, distimia lebih melumpuhkan daripada depresi berat. Namun, distimia sangat mirip dengan depresi berat sehingga penyelidikan lebih lanjut perlu dilakukan untuk membedakan distimia dari depresi berat.
Lebih dari setengah penderita distimia akhirnya mengalami episode depresi berat, dan sekitar setengah dari pasien yang dirawat karena depresi berat menderita depresi ganda. Banyak pasien yang sembuh sebagian dari depresi berat juga memiliki gejala yang lebih ringan yang bertahan selama bertahun-tahun. Jenis depresi kronis ini sulit dibedakan dengan distimia.
Hingga kini penyebab distimia tidak diketahui dengan pasti. Seperti halnya depresi berat, kondisi ini mungkin melibatkan lebih dari satu penyebab, di antaranya:
Orang dengan distimia mungkin mengalami perubahan fisik pada otaknya. Signifikansi dari perubahan ini masih belum pasti, akan tetapi kondisi ini bisa membantu untuk menentukan penyebab dari masalah kesehatan mental ini.
Neurotransmitter adalah bahan kimia di otak yang muncul secara alami dan kemungkinan berperan dalam depresi. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, perubahan fungsi dan efek neurotransmitter serta bagaimana mereka berinteraksi dengan neurocircuits–terlibat dalam menjaga stabilitas suasana hati. Kondisi ini dapat memainkan peran penting dalam perawatan depresi.
Penyakit mental ini tampaknya lebih umum terjadi pada seseorang yang memiliki saudara dengan riwayat masalah mental ini sebelumnya. Para peneliti menemukan bahwa gen mungkin terlibat dalam menyebabkan kondisi ini.
Seperti halnya depresi berat, peristiwa traumatis seperti kehilangan orang yang dicintai, masalah keuangan atau tingkat stres yang tinggi dapat memicu seseorang untuk mengalami hal ini.
Kondis ini adalah kondisi yang juga bisa disebabkan karena seseorang memiliki kepribadian yang pesimistis, selalu bergantung pada orang lain, atau menganggap rendah harga diri .
Gejala distimia biasanya datang dan pergi selama bertahun-tahun, dan intensitasnya dapat berubah seiring waktu. Akan tetapi, gejala biasanya tidak hilang selama lebih dari dua bulan. Selain itu, episode depresi mayor dapat terjadi sebelum atau selama masalah kesehatan ini mendera.
Berikut ini adalah beberapa gejala distimia, antara lain:
Pada anak-anak, gejala yang muncul dapat meliputi suasana hati yang tertekan dan lekas marah.
Langkah diagnosis pertama yang bisa dilakukan dokter adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik. Setelah itu, dokter bisa menyarankan untuk melakukan tes darah atau tes laboratorium untuk menyingkirkan kemungkinan kondisi medis yang menyebabkan gejala distimia.
Akan tetapi tidak ada tes darah, rontgen atau tes laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan mental ini. Jika tidak ada penjelasan fisik untuk gejala, dokter mungkin mulai curiga bahwa Anda memiliki gangguan mental.
Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan kepada Anda untuk menilai kondisi mental dan emosional. Sangat penting untuk jujur dengan dokter tentang gejala yang dialami. Respons Anda akan membantu dokter menentukan apakah Anda menderita distimia atau jenis penyakit mental lainnya.
Banyak dokter menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) untuk menilai seseorang apakah memiliki gejala penyakit ini. Gejala-gejala yang tercantum dalam DSM-5, antara lain:
Selain itu, seseorang harus mengalami suasana hati yang tertekan hampir setiap hari selama dua tahun atau lebih untuk didiagnosis menderita gangguan psikologis yang satu ini. Sedangkan pada anak-anak dan remaja, mereka arus mengalami perasaan tertekan atau lekas marah hampir setiap hari setidaknya selama satu tahun.
Jika diagnosis dokter mengatakan Anda menderita distimia, besar kemungkinan Anda akan dirujuk ke profesional kesehatan mental untuk dievaluasi dan mendapatkan perawatan lanjutan.
Penanganan untuk distimia adalah terdiri dari pengobatan medis dan psikoterapi. Pengobatan diyakini sebagai langkah yang lebih efektif daripada psikoterapi. Namun, kombinasi pengobatan dan psikoterapi sering kali merupakan pengobatan terbaik yang bisa dilakukan.
Penyakit ini dapat diobati dengan berbagai jenis antidepresan, termasuk:
Metode ini membutuhkan kesabaran, karena banyak obat memerlukan waktu beberapa minggu untuk melihat efek positifnya.
Jangan pernah berhenti minum obat tanpa berbicara dengan dokter terlebih dahulu. Menghentikan pengobatan secara tiba-tiba atau melewatkan beberapa dosis dapat memperburuk gejala depresi.
Psikoterapi adalah istilah umum untuk mengobati depresi dengan membicarakan kondisi Anda dengan profesional kesehatan mental. Psikoterapi juga dikenal sebagai terapi wicara atau konseling psikologis. Oleh karena itu, Anda dan terapis dapat mendiskusikan jenis terapi yang tepat untuk digunakan.
Psikoterapi dapat membantu Anda untuk:
Distimia adalah suatu kondisi yang tidak bisa diobati sendiri, akan tetapi membutuhkan tenaga profesional untuk membantu mengatasinya. Namun, terdapat beberapa langkah perawatan mandiri yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala, di antaranya: