Komorbid COVID-19 adalah istilah kedokteran yang perlu diwaspadai karena berisiko mengalami gejala yang berat atau bahkan lebih serius! Lantas, apa itu komorbid dan bahayanya bagi kesehatan? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Komorbid adalah istilah medis yang menggambarkan ketika seseorang memiliki dua atau lebih penyakit pada saat yang sama, atau jika satu kondisi terjadi tepat setelah penyakit yang lain. Komorbid biasanya kondisi kronis (jangka panjang), seperti diabetes dan hipertensi.
Penyakit COVID-19 dapat menyerang siapa pun tanpa memandang usia atau jenis kelamin. COVID-19 diketahui memiliki peningkatan risiko pada orang-orang dengan penyakit bawaan atau penyerta. Untuk kelompok ini, COVID-19 juga cenderung menyebabkan komplikasi dan gejala yang lebih berat.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa penyakit bawaan meningkatkan risiko infeksi. Menurut informasi terkini, orang tua, terutama yang sedang menjalani perawatan jangka panjang, dan orang dari segala usia dengan kondisi medis serius memiliki risiko lebih tinggi terkena COVID-19.
Berikut ini sejumlah penyakit komorbid COVID-19 yang perlu diwaspadai:
Penyakit COVID-19 biasanya menyerang saluran pernapasan. Oleh karena itu, mereka yang memiliki penyakit kronis pada saluran pernapasan, seperti PPOK dan asma, berisiko tinggi mengalami gejala berat saat terinfeksi virus Corona.
Ketika terinfeksi COVID-19, penderita penyakit pernapasan kronis akan lebih mudah mengalami gangguan pernapasan yang berat, seperti asma, pneumonia, atau bahkan gagal napas.
Diabetes adalah penyakit degeneratif yang memerlukan penanganan dan pengobatan yang intensif. Penyebab penyakit ini, termasuk gaya hidup tidak sehat, faktor keturunan, dan usia.
Penyakit diabetes yang tidak terkontrol seiring waktu dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh lemah dan kerusakan berbagai organ tubuh. Kondisi inilah yang membuat penderita diabetes lebih rentan mengalami komplikasi fatal akibat COVID-19.
Infeksi virus COVID-19 juga terbukti dapat meningkatkan risiko komplikasi akibat diabetes, seperti ketoadiosis dan sepsis. Komplikasi ini dapat meningkatkan risiko kematian akibat COVID-19 pada penderita diabetes.
Hipertensi adalah penyakit tekanan darah tinggi yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Terdapat berbagai penyebab hipertensi, di antaranya usia, kelebihan berat badan, kurang berolahraga, dan terlalu banyak mengonsumsi garam.
Tanpa pengobatan, penyakit komorbid COVID ini dalam jangka waktu tertentu menyebabkan kerusakan pada organ dalam, termasuk jantung dan ginjal. Oleh karena itu, penderita hipertensi sangat berisiko mengalami kondisi yang lebih berat ketika terpapar COVID-19.
Orang yang memiliki penyakit kardiovaskular, seperti penyakit jantung koroner, stroke, hipertensi, dan gagal jantung, biasanya memiliki kondisi jantung yang buruk dan sistem imun lebih lemah.
Kondisi tersebut membuat penderita penyakit kardiovaskular rentan mengalami COVID-19 dengan gejala yang lebih berat.
Penderita penyakit jantung yang terinfeksi COVID-19 dapat meningkatkan risiko kematian hingga tiga kali lipat. Orang dengan penyakit jantung akan mengalami gejala COVID-19 yang lebih berat daripada pasien positif COVID-19 yang tidak memiliki riwayat penyakit atau penyakit bawaan.
Baca Juga: Risiko COVID-19 pada Bayi Baru Lahir, Apakah Bisa Tertular?
Obesitas adalah kondisi tubuh yang kelebihan lemak. Kondisi ini diketahui menjadi predisposisi, kondisi tubuh yang rentang terserang berbagai penyakit. Faktanya, terdapat sekitar 236 masalah medis (termasuk 13 jenis kanker) yang terkait dengan obesitas, menurut Obesity Medicine Association.
Selain COVID-19, komorbid umum bagi orang yang mengalami obesitas, termasuk resistensi insulin, diabetes tipe 2, hipertensi, stroke, jenis kanker tertentu (seperti kanker payudara), dan penyakit komorbid lainnya.
Salah satu contoh komorbid COVID yang paling sering terjadi dalam kesehatan mental adalah depresi dan gangguan kecemasan. Menurut National Alliance on Mental Illness (NAMI), beberapa sumber memperkirakan bahwa hampir 60% dari mereka yang mengalami kecemasan juga memiliki gejala depresi dan sebaliknya.
Beberapa gangguan kesehatan mental yang paling sering kali terjadi pada orang dengan gangguan penggunaan narkoba, termasuk gangguan mood dan kecemasan seperti depresi mayor, gangguan depresi persisten, hingga gangguan obsesif kompulsif.
Penderita kanker memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit yang lebih berat akibat COVID-19. Risiko ini bisa berbeda-beda, tergantung pada jenis kanker dan jenis perawatan yang diterima.
Selain kanker, anemia sel sabit adalah kondisi lain yang meningkatkan risiko gejala COVID-19 yang berat. Kelainan bawaan ini dapat menyebabkan sel darah merah menjadi keras, lengket dan berbentuk seperti huruf C. Sel darah merah yang cacat akan mati lebih awal, sehingga oksigen tidak dapat diangkut ke seluruh tubuh.
Kelainan darah bawaan lainnya adalah talasemia, yang juga membuat penderitanya berisiko tinggi memiliki gejala COVID-19 yang serius. Dalam talasemia, tubuh tidak menghasilkan cukup hemoglobin dan ini mempengaruhi seberapa baik sel darah merah mampu membawa oksigen.
Sistem kekebalan tubuh yang sehat mampu melawan kuman penyebab berbagai penyakit. Tetapi berbagai kondisi dan perawatan dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, termasuk:
Jika memiliki sistem imun yang lemah, perlu untuk mengambil tindakan pencegahan tambahan untuk menghindari virus penyebab COVID-19. Jika dibiarkan, kondisi yang menjadi salah satu komorbid COVID ini akan semakin berat.
Penderita down syndrome lebih cenderung mengembangkan infeksi paru-paru secara umum, sehingga sangat rentan terhadap COVID-19.
Penderita penyakit ini juga berisiko lebih tinggi memiliki banyak masalah kesehatan yang terkait dengan gejala COVID-19 yang berat, termasuk sleep apnea, obesitas, diabetes, dan penyakit jantung.
Penyakit ginjal atau hati kronis dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, yang dapat meningkatkan risiko sakit berat akibat COVID-19.
Selain itu, memiliki gejala COVID-19 yang serius dan minum obat untuk mengobati penyakit ini mungkin memiliki dampak buruk pada hati.
Baca Juga: Golongan Darah A Berisiko Terkena Corona COVID-19, Benarkah?
Penderita penyakit kronis bawaan dianjurkan untuk menerapkan langkah pencegahan terhadap virus corona agar tidak menjadi komorbid COVID. Berikut ini langkah-langkahnya:
Jika memiliki penyakit kronis dan mengalami gejala demam, batuk, atau sesak napas, terutama jika pernah melakukan kontak dekat dengan orang yang pernah atau diduga mengidap COVID-19, segera hubungi rumah sakit terdekat.