Anda sedang merencanakan anak kedua? Hal ini memang tidak mudah untuk diputuskan. Anda juga mungkin bingung menentukan jarak kelahiran yang tepat karena dapat memengaruhi dinamika keluarga. Simak ulasan tentang jarak kehamilan pada artikel berikut ini!
Ketika akan merencanakan kehamilan selanjutnya setelah melahirkan, Anda perlu mengetahui waktu rahim kembali mengalami ovulasi.
Pada umumnya, rahim perlu waktu untuk membersihkan diri dan menyiapkan ruang bagi janin. Oleh sebab itu, wanita yang sudah melahirkan tidak langsung mengalami ovulasi.
Rahim membutuhkan waktu selama 6 minggu setelah melahirkan untuk mengalami ovulasi kembali. Namun, kondisi tubuh setiap wanita berbeda. Kondisi ini membuat waktu ovulasi setelah melahirkan sulit untuk diketahui.
Menstruasi pertama setelah persalinan menjadi tanda ibu sudah mengalami ovulasi. Hal ini juga menjadi tanda bahwa Anda sudah bisa hamil lagi setelah melahirkan.
Namun, Anda tidak lantas mengalami kehamilan jika melakukan hubungan intim setelah menstruasi pertama. Pasalnya, kehamilan berkaitan dengan kesuburan. Ada wanita yang bisa hamil segera setelah melahirkan, tetapi ada juga yang perlu waktu berbulan-bulan untuk hamil lagi setelah melahirkan.
Jika ingin merencanakan kehamilan setelah persalinan, Anda dapat melakukan konsultasi dengan dokter kandungan.
Baca Juga: 7 Jenis Metode Melahirkan yang Perlu Ibu Hamil Ketahui
Memberikan ASI eksklusif memang bisa menjadi salah satu metode untuk mencegah kehamilan selanjutnya dalam waktu dekat. Saat menyusui, tubuh wanita akan memproduksi hormon yang mampu menunda kehamilan.
Ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif pada bayinya dapat mengalami menstruasi pertama yang lebih cepat. Hal ini dapat meningkatkan peluang kehamilan segera setelah melahirkan.
Namun, selama menyusui juga dapat terjadi kelelahan, stres, dan sakit. Semua faktor ini dapat menurunkan peluang kehamilan saat menyusui.
JIka Anda tidak ingin memiliki anak selanjutnya dalam jarak waktu yang terlalu dekat dengan persalinan, maka Anda tidak bisa hanya mengandalkan kontrasepsi alami, berupa menyusui.
Anda disarankan untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi lain ketika berhubungan seksual terutama 9 minggu setelah melahirkan. Pada waktu ini, kehamilan tetap bisa terjadi jika tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Bagi kebanyakan wanita, jeda waktu terbaik sebelum kehamilan berikutnya adalah 18 hingga 24 bulan setelah persalinan sebelumnya. Jarak waktu ini diperlukan untuk memulihkan tubuh ibu, mempersiapkan rahim untuk janin, dan mempersiapkan mental ibu agar terhindar dari post traumatic stress disorder (PTSD). Selain itu, jeda waktu ini juga dapat menurunkan risiko masalah pada kehamilan.
Jika jeda waktu kurang dari 6 bulan, maka akan terjadi kenaikan risiko masalah selama kehamilan, berupa:
Di sisi lain, jarak kehamilan juga tidak disarankan terlalu panjang. Jarak kehamilan lebih dari 5 tahun atau kehamilan di atas usia 35 tahun juga dapat meningkatkan risiko komplikasi kehamilan berupa preeklampsia.
Jika melihat dari sisi anak, jarak kelahiran yang terlalu lama dapat memengaruhi kondisi psikologis. Kondisi ini akan menyebabkan hubungan kakak adik yang tidak terlalu dekat. Selain itu, sang kakak memiliki potensi merasa cemburu atau benci kepada adik yang baru lahir karena merebut perhatian orang tua.
Namun, jika jarak kelahiran terlalu dekat, sang kakak menjadi kurang perhatian serta hubungan kakak adik menjadi lebih sering bertengkar.
Baca Juga: 15 Mitos Seputar Melahirkan yang Harus Diketahu oleh Ibu Hamil
Jeda waktu kehamilan berikutnya setelah persalinan ditetapkan bukan tanpa alasan yang jelas. Rentang waktu ini sudah ditetapkan berdasarkan fakta medis di mana kehamilan yang terlalu cepat setelah persalinan dapat meningkatkan risiko kesehatan.
Beberapa bahaya yang dapat terjadi jika terlalu cepat hamil setelah persalinan, di antaranya adalah:
Oleh sebab itu, penting untuk merencanakan kehamilan selanjutnya sesuai anjuran jeda waktu kehamilan yang ditetapkan oleh para ahli.
Kehamilan setelah persalinan sebelumnya perlu direncanakan dengan matang. Tidak hanya memerhatikan kesiapan fisik, tetapi orang tua juga harus siap dengan perubahan dinamika dalam keluarga. Pastikan beri jeda 18 hingga 24 bulan untuk memastikan tubuh ibu siap untuk kehamilan selanjutnya.