Cinta adalah perasaan yang kuat dan mencetuskan energi di dalam diri seseorang. Misalnya semangat, gairah, keterikatan dan bahagia. Namun terkadang cinta juga dapat membingungkan, terutama ketika sudah terasa sangat posesif dan mengekang. Lantas, sebenarnya apa perbedaan cinta dan obsesi?
Perbedaan cinta dan obsesi dapat dilihat dari definisinya. Oxford Learner’s Dictionary mengartikan cinta (love) sebagai perasaan suka, sayang, dan perhatian yang kuat terhadap seseorang atau sesuatu, terutama terhadap keluarga atau teman.
Sementara obsesi (obsession) adalah kondisi dimana pikiran seseorang terus dipenuhi oleh sesuatu atau orang yang dia sukai dan ini tidaklah normal.
Cinta dapat dikatakan berasal dari hati dan perasaaan yang murni dan dalam. Pada cinta terdapat pula kesediaan untuk berkorban, menyayangi, dan memperhatikan.
Sebaliknya, obsesi berasal dari perasaan yang cenderung posesif dan tidak terkontrol. Seseorang yang terobsesi kepada orang lain akan terus memikirkannya nyaris tanpa henti, seringnya dalam hal yang tidak pantas.
Dari definisi di atas, terlihat jelas bahwa cinta bersifat positif sementara obsesi negatif. Namun, cinta juga dapat berkembang menjadi obsesi ketika tidak dikendalikan.
Setelah mengenal kedua perasaan tersebut, saatnya mencermati perbedaan obsesi dan cinta. 18 tanda di bawah ini akan membantu membedakan apakah perasaan itu cinta atau obsesi semata!
Saat jatuh cinta, umumnya orang akan membiarkan perasaan tumbuh perlahan. Pasangan akan meresmikan hubungan ketika perasaan mereka sudah klop.
Namun, orang yang obsesif akan terburu-buru meresmikan hubungan karena takut kehilangan. Hal ini bukan karena mereka mencintai tetapi membutuhkan pasangan untuk selalu di dekatnya atau memenuhi egonya sendiri.
Sangat wajar ketika seseorang ingin berkorban dan memberi kepada pasangan. Tetapi jika hal itu dilakukan terus-menerus bahkan hingga memaksa, bisa jadi itu adalah obsesi, bukan cinta.
Perhatian dan pemberian yang berlebihan akan membuat pasangannya sulit untuk keluar dari hubungan, walaupun merasa tidak nyaman atau sesungguhnya terjebak dalam toxic relationship.
Hal yang normal saat seseorang membutuhkan pernyataan cinta dari pasangannya. Namun, ketika hal itu terjadi sangat sering bahkan terus-menerus, menandakan sifat obsesifnya.
Umumnya, orang yang jatuh cinta akan cemburu jika pasangannya terlihat akrab dengan lawan jenis. Hal ini wajar selama tidak berlebihan.
Tetapi pada kasus obsesi, seseorang akan menunjukkan tanda kepemilikan yang berlebihan. Misalnya, mengecek ponsel pasangan, cemburu berlebihan, dan terus menanyakan keberadaan pasangannya. Ini adalah tanda obsesi bukan cinta.
Kebutuhan untuk terus bersama atau berbicara sepanjang hari menunjukkan seseorang terus-menerus memikirkan pasangannya. Menggemaskan sih, di awal hubungan.
Namun, jika terus dilakukan, lama-lama akan menjadikan hubungan tersebut tidak sehat dan individu tidak dapat mengembangkan potensi di dalam dirinya karena terus terpaku pada seseorang dengan cara yang kurang tepat.
Baca Juga: 17 Tanda Pacaran Sehat dan Tips yang Harus Diketahui
Tentu tidak masalah jika meminta pendapat pasangan dalam beberapa masalah. Tetapi jika si dia adalah pengendali dan pengambil keputusan pada hampir semua hal di hidup Anda, tunggu dulu. Ini adalah tanda obsesi, bukan cinta.
Salah satu tanda cinta adalah menelepon dan memastikan pasangan baik-baik saja. Tetapi ketika terus menelpon walaupun tahu keberadaan pasangan, itu bukan lagi cinta melainkan obsesi.
Memikirkan setiap waktu bahkan membayangkan dimana pasangannya berada dan apa yang seharusnya dia lakukan saat itu adalah obsesi. Bukan cinta.
Cinta adalah rasa kepercayaan pada pasangan dan membiarkan pasangan berkembang atau mencari pengalaman hidup yang membuat dirinya jadi lebih hebat lagi, sementara tetap saling mendukung dan saling menjaga.
Contohnya adalah membuka pesan dan mengangkat telepon tanpa sepengetahuan pasangannya. Atau, berulang kali mendatangi pasangannya ke tempat kerja tanpa pemberitahuan dan membajak media sosialnya.
Berbagi kebahagiaan adalah hal yang lumrah bagi pasangan. Sementara orang yang terobsesi justru merasa cemburu dan kesal saat pasangannya bergembira bersama orang lain, walaupun temannya sendiri.
Baca Juga: 11 Manfaat Cuddling bagi Pasangan untuk Kesehatan Mental
Ketika saling jatuh cinta, seseorang tidak akan ragu mengemukakan pendapat atau menerima pendapat pasangannya.
Sementara saat terobsesi, seseorang akan berperilaku sebaliknya. Mengemukakan pendapat berarti perlawanan dan keinginan untuk mengakhiri hubungan.
Ketika pasangannya minta berpisah, orang yang terobsesi akan merayu, membujuk, hingga mengancam agar niat itu tidak terlaksana. Mereka bahkan bisa menyakiti diri sendiri agar tidak ditinggalkan.
Ketika seseorang berjanji akan berubah dan mengurangi tindakan impulsifnya tetapi terus mengulangnya lagi, maka dia terjebak dalam obsesi, bukan cinta.
Terfokus pada pasangan dan mengabaikan teman serta keluarga adalah tanda hubungan tersebut didasari obsesi. Mereka akan membatasi hubungan dengan orang lain, kehilangan teman, dan keluarga karen hanya fokus pada pasangannya saja.
Hal ini adalah tanda psik yang sangat jelas. Seseorang yang mencintai tidak akan melarang pasangannya menghabiskan waktu dengan orang lain selain dirinya.
Hal ini tidak dapat ditoleransi. Menyakiti dan mengancam adalah cara orang terobsesi untuk mempertahankan pasangannya.
Seringkali mereka akan berlaku sangat baik dan romantis setelah itu. Namun, kembali mengancam sehingga pasangannya tenggelam dalam hubungan yang toksik.
Baca Juga: 10 Cara Mendampingi Pasangan dengan Gangguan Kesehatan Mental
Perbedaan cinta dan obsesi selanjutnya adalah dalam hal kepercayaan. Dalam cinta, kepercayaan berlaku dua arah. Namun dalam obsesi, hanya satu arah.
Dalam cinta ada saling memberi dan menerima. Namun dalam obsesi, hanya ada memberi dari satu pihak pada pihak yang lain. Orang yang terobsesi hanya menginginkan kontrol atas pasangannya agar tidak ditinggalkan.
Dari 18 tanda di atas, jelaslah perbedaan cinta dan obsesi. Jika tanda tersebut ada di dalam hubungan Anda, pikirkan lagi untuk tetap mempertahankannya atau tidak.