Bandwagon effect adalah istilah untuk menggambarkan kecenderungan seseorang untuk meniru perilaku, gaya, atau sikap tertentu hanya karena orang lain melakukannya. Efek bandwagon adalah bagian dari jenis bias kognitif yang memengaruhi seseorang dalam memberikan penilaian dan membuat keputusan. Simak penjelasan mengenai pengaruhnya dalam kehidupan sehari-hari, selengkapnya di bawah ini.
Bandwagon effect adalah fenomena psikologis di mana seseorang melakukan sesuatu karena orang lain melakukannya. Kecenderungan seseorang untuk menyelaraskan keyakinan dan perilakunya dengan kelompok juga disebut herd mentality atau mentalitas kawanan.
‘Teori bandwagon effect’ sebenarnya berasal dari politik, di mana orang memilih kandidat yang tampaknya paling banyak mendapat dukungan karena ingin menjadi bagian dari mayoritas. Akan tetapi, teori ini ternyata memiliki implikasi yang luas.
Beberapa contoh bandwagon effect dalam kehidupan sehari-hari adalah:
Baca Juga: Sarkasme: Penyebab, Contoh, dan Efek Psikologis bagi Orang Lain
Dampak dari fenomena psikologis ini sering kali tidak berbahaya. Namun, hal ini bisa menjadi berbahaya ketika ide-ide tertentu mulai diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa contoh berbahaya dari bandwagon effect adalah:
Meski fenomena ini memiliki konsekuensi berbahaya, hal itu juga dapat mengarahkan pada sesuatu yang positif. Misalnya, jika sebagian besar orang menolak perilaku tidak sehat (seperti merokok) dan memilih pilihan yang sehat (seperti berolahraga), maka banyak orang cenderung menghindari pilihan berisiko dan melakukan tindakan yang sehat.
Baca Juga: Dampak Psikologis Bullying bagi Korban, Saksi, dan Pelaku
Setiap individu pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh tekanan dan norma yang diberikan oleh kelompok. Tekanan untuk menyesuaikan diri ini dapat memengaruhi banyak aspek perilaku yang berbeda, mulai dari apa yang dikenakan hingga memilih kandidat tertentu.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang ikut terkena fenomena ini adalah:
Semakin banyak orang mengadopsi mode atau tren tertentu, semakin besar kemungkinan orang lain juga akan ‘ikut-ikutan’. Ketika tampaknya semua orang melakukan sesuatu, ada tekanan luar biasa untuk menyesuaikan diri, yang mungkin menjadi alasan mengapa fenomena cenderung ini terbentuk dengan mudah.
Sebagian alasan kenapa seseorang perlu menyesuaikan diri adalah karena melihat orang lain dalam kelompok sosial yang berpihak pada kebenaran atau dapat diterima.
Jika sepertinya semua orang melakukan sesuatu yang sama, maka seseorang akan mendapat kesan bahwa itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.
Ketakutan akan pengucilan juga berperan dalam fenomena ini. Seseorang umumnya tidak ingin menjadi terasing, oleh karena itu mengikuti apa yang dilakukan anggota kelompok lainnya adalah cara agar dianggap sebagai bagian dari kelompok
Meski begitu, perilaku ini cenderung agak rapuh dan membuat seseorang dapat dengan cepat berpindah ke haluan lain. Hal ini mungkin menjelaskan kenapa sebuah tren cenderung begitu cepat berlalu.