Prediabetes adalah kondisi ketika gula darah di dalam tubuh lebih tinggi dari batas normal, tetapi tidak cukup tinggi untuk dikategorikan sebagai diabetes tipe 2. Kenali seputar kondisi ini, mulai dari gejala hingga pencegahannya dalam ulasan berikut.
Normalnya, tubuh akan memproduksi hormon insulin. Fungsi hormon ini adalah memproses gula yang masuk ke dalam tubuh menjadi energi.
Sayangnya, pada orang yang mengalami prediabetes, proses ini tidak berjalan seperti seharusnya. Akibatnya, terjadi penumpukan gula di dalam darah.
Penderita umumnya memiliki kadar gula darah sekitar 100-125 mg/dL sebelum konsumsi makanan apa pun. Ini dikenal sebagai kadar gula darah puasa.
Apabila dibiarkan, kondisi ini bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2 dalam kurun waktu 10 tahun. Dengan begitu, Anda lebih berisiko mengalami komplikasi jangka panjang diabetes, seperti masalah pada pembuluh darah, jantung, dan ginjal.
Secara umum, kondisi ini tidak akan menunjukan gejala apa pun. Hanya saja, penderita kemungkinan mengalami kulit yang menggelap pada bagian tertentu, seperti leher, ketiak, dan selangkangan.
Selain itu, gejala yang sering kali ditemui pada orang yang mengalami prediabetes, di antaranya:
Segera periksakan diri ke dokter setelah mengalami beberapa gejala di atas. Selain itu, apabila memiliki riwayat keluarga dengan diabetes, pertimbangkan untuk melakukan tes gula darah.
Baca Juga: Mengapa Penderita Diabetes Harus Rutin Kontrol ke Dokter?
Penyebab pasti prediabetes belum diketahui. Namun, kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak dapat memproses gula seperti seharusnya.
Pada tubuh penderita, pankreas tidak memproduksi hormon insulin dalam jumlah cukup. Kalaupun bisa, sel-sel di dalam tubuh tidak dapat menggunakannya dengan baik. Pada akhirnya, kondisi tersebut menyebabkan lonjakan kadar gula di dalam darah.
Sama dengan diabetes tipe 2, seseorang lebih rentan mengalami prediabetes jika memiliki beberapa kondisi di bawah ini:
Guna mendiagnosis kondisi ini, dokter akan melakukan satu dari beberapa tes berikut:
Sebelum melakukan tes ini, dokter terlebih dahulu akan meminta pasien untuk berpuasa atau tidak makan apa pun sepanjang malam; biasanya selama 8 jam.
Setelah itu, dokter akan memeriksa kadar gula darah di dalam tubuh. Hasilnya adalah sebagai berikut:
Sama dengan tes gula darah puasa, dokter akan meminta pasien untuk berpuasa atau tidak makan apa-apa semalaman.
Pada keesokan harinya, dokter baru melakukan tes toleransi glukosa melalui mulut. Hasil tes adalah sebagai berikut:
Tes hemoglobin A1C dilakukan untuk mengetahui kadar gula darah rata-rata selama 2-3 bulan terakhir. Biasanya, dokter akan menganjurkan tes ini pada penderita diabetes untuk mengetahui terkontrol atau tidaknya kadar gula darahnya.
Hasil tes dijabarkan sebagai berikut:
Tes bisa dilakukan lebih dari satu kali untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Kondisi ini bisa ditangani dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat. Adapun cara yang bisa dilakukan, di antaranya:
Prediabetes yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan masalah kerusakan jangka panjang, sekalipun kondisi belum berujung pada diabetes tipe 2.
Jika prediabetes berkembang menjadi diabetes tipe 2, ada sejumlah komplikasi yang bisa terjadi, di antaranya:
Baca Jugan: Waspada, Ini 9 Komplikasi Jangka Panjang Akibat Diabetes Tipe 2
Secara umum, beberapa langkah untuk mencegah prediabetes yang bisa dicoba, antara lain:
Demikian penjelasan seputar prediabetes, mulai dari gejala hingga pencegahan yang bisa dilakukan. Segera atasi sebelum penyakit ini berkembang menjadi diabetes tipe 2. Semoga informasi ini bermanfaat!