Postpartum depression atau depresi postpartum adalah jenis depresi yang bisa dialami perempuan setelah melahirkan. Tidak hanya perempuan, kondisi ini ternyata juga bisa memengaruhi pria. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala hingga cara mengatasinya di bawah ini.
Gejala yang bisa terjadi adalah seorang wanita akan merasa sedih, menangis, atau cemas pada minggu pertama setelah melahirkan. Kondisi ini sering juga disebut sebagai baby blues dan sangat umum terjadi sehingga dianggap normal.
Umumnya, baby blues akan terjadi tidak lebih dari 2 minggu setelah melahirkan. Jika gejala bertahan lama, Anda bisa mengalami depresi postpartum.
Pada beberapa kasus, baby blues dapat mengganggu kemampuan Anda untuk merawat bayi dan menangani tugas-tugas harian lainnya. Gejala biasanya berkembang dalam beberapa minggu pertama setelah melahirkan, akan tetapi bisa lebih awal selama kehamilan atau lebih lambat (satu tahun setelah kelahiran).
Sementara itu gejala depresi postpartum dapat meliputi:
Jika tidak segera ditangani, depresi ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau lebih lama.
Baca Juga: 12 Mitos Melahirkan yang Harus Dipahami oleh Bumil
Jika Anda merasa tertekan setelah kelahiran, Anda mungkin enggan atau malu untuk mengakuinya. Tetapi jika Anda mengalami salah satu gejala postpartum depression seperti di atas, segera konsultasi dengan dokter
Penting untuk menghubungi dokter sesegera mungkin jika tanda-tanda seperti berikut:
Tenaga kesehatan mental telah dilatih untuk mengenali depresi jenis ini dan memiliki teknik yang dapat membantu mengurangi gejala.
Selain itu, dorong pasangan untuk mencari bantuan jika Anda merasa ada masalah. Jangan berjuang sendirian dan berharap depresi ini akan hilang.
Hingga kini penyebab tunggal kondisi ini belum diketahui, akan tetapi masalah fisik dan emosional ternyata bisa menjadi penyebabnya.
Setelah melahirkan, penurunan ekstrem hormon (estrogen dan progesteron) dalam tubuh dapat berkontribusi terhadap kondisi ini. Hormon lain yang diproduksi oleh kelenjar tiroid juga dapat menurun tajam yang membuat Anda merasa lelah dan memiliki perasaan tertekan.
Kurang tidur adalah salah satu kondisi yang pasti dihadapi oleh setiap orang tua ketika memiliki bayi. Kurang tidur membuat Anda lebih emosional bahkan ketika menghadapi masalah kecil.
Selain itu, khawatir tentang kemampuan Anda merawat bayi, merasa kehilangan kendali atas hidup dan masalah-masalah lainnya dapat berkontribusi pada depresi ini.
Setiap ibu baru dapat mengalami postpartum depression dan dapat berkembang setelah melahirkan (tidak hanya kelahiran yang pertama). Namun, peningkatan risiko terjadi jika:
Diagnosis dilakukan untuk membedakan jenisnya. Ceritakan semua kegelisahan dengan dokter, jangan malu untuk menceritakan depresi yang Anda rasakan agar dokter dapat merencanakan perawatan yang sesuai.
Sebagai bagian dari evaluasi, dokter dapat melakukan beberapa hal berikut ini, antara lain:
Pada dasarnya, pengobatan bervariasi tergantung dari tingkat keparahan dan kebutuhan individu. Jika Anda memiliki tiroid yang kurang aktif atau penyakit yang mendasarinya, Anda bisa dirujuk ke dokter spesialis atau profesional kesehatan mental yang sesuai.
Pada umumnya, kondisi sering diobati dengan psikoterapi (juga disebut terapi bicara atau konseling kesehatan mental), pengobatan, atau keduanya.
Psikoterapi mungkin membantu kekhawatiran Anda dengan psikiater, psikolog, atau profesional kesehatan mental lainnya.
Melalui terapi, Anda dapat menemukan cara yang lebih baik untuk mengatasi perasaan, menyelesaikan masalah, menetapkan tujuan yang realistis dan menanggapi situasi dengan cara yang positif. Terkadang terapi keluarga atau hubungan juga membantu.
Perlu diketahui, obat apa pun yang Anda minum dapat memengaruhi ASI. Konsultasi dengan dokter menimbang potensi risiko dan manfaat antidepresan.
Dengan perawatan yang tepat, gejala depresi postpartum biasanya membaik. Dalam beberapa kasus, depresi jenis ini menjadi depresi kronis. Sangat penting untuk mengatasinya setelah kondisi mulai membaik. Menghentikan pengobatan terlalu dini dapat menyebabkan kekambuhan.
Mengatasi depresi ini adalah tantangan yang cukup besar bagi ibu yang sedang menyusui, karena beberapa obat yang digunakan untuk mengobati tidak dianjurkan untuk wanita yang sedang menyusui. Konsultasi dengan dokter penting dilakun sebelum Anda menggunakannya.
Baca Juga: Olahraga Setelah Melahirkan: Waktu yang Tepat dan Jenisnya
Tidak hanya mengganggu kondisi ibu, depresi jenis ini juga bisa memengaruhi anggota keluarga lainnya.
Depresi yang tidak diobati dapat berlangsung selama berbulan-bulan atau lebih. Kadang-kadang kondisi ini menjadi gangguan depresi kronis. Bahkan ketika wanita mendapatkan perawatan, ia bisa mengalami depresi ini di masa depan.
Depresi ini dapat menyebabkan ketegangan emosional bagi semua orang yang berada di sekitar bayi. Saat seorang ibu baru mengalami depresi, risiko depresi pada ayah bayi juga dapat meningkat. Bahkan, menjadi ayah baru memiliki risiko lebih tinggi mengalami depresi; terlepas dari apakah pasangannya terpengaruh atau tidak.
Seorang anak yang dibesarkan dari ibu dengan kondisi ini (terutama yang tidak mendapatkan penanganan) cenderung memiliki masalah emosional dan perilaku seperti sulit tidur/makan, menangis berlebihan, dan keterlambatan perkembangan bahasa.
Meskipun ada beberapa penelitian yang mengatakan bahwa postpartum depression adalah kondisi yang dapat dicegah, hingga kini belum ada bukti spesifik yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi ini selain mempertahankan gaya hidup sehat.
Akan tetapi jika Anda memiliki riwayat depresi atau masalah kesehatan mental, atau Anda memiliki riwayat keluarga dengan masalah kesehatan mental setelah melahirkan, beri tahu dokter jika Anda hamil atau berpikir untuk memiliki momongan. Hal ini diperlukan agar dokter dapat melakukan perawatan yang sesuai.