Oligospermia adalah salah satu kondisi yang mungkin membuat wanita sulit hamil. Oligospermia terjadi pada pria yang ditandai dengan rendahnya jumlah sperma dalam air mani. Apa penyebab dan bagaimana cara mengatasi kondisi ini? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Oligospermia adalah kondisi di mana rendahnya jumlah sperma dalam air mani yang keluar ketika ejakulasi. Jumlah sperma dianggap lebih rendah dari biasanya jika memiliki kurang dari 15 juta sperma per mililiter (ml) air mani menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Hal ini dapat terlihat hanya dengan mikroskop, bukan dengan mata telanjang.
Memiliki jumlah sperma yang rendah dapat mengurangi kemungkinan salah satu sperma membuahi sel telur pasangan (pembuahan mengakibatkan kehamilan). Meskipun demikian, banyak pria yang memiliki jumlah sperma sedikit tetapi masih bisa membuahi sel telur dan pasangan wanitanya bisa hamil.
Tergantung pada jumlah sperma dalam air mani, pria mungkin didiagnosis oligospermia ringan, sedang, atau berat:
Sebagian pria dengan kondisi ini tidak menunjukan tanda dan gejala yang terlihat jelas. Kondisi medis ini didiagnosis hanya ketika kedua pasangan mengalami kesulitan untuk hamil.
Namun, jika pria memiliki sperma rendah karena masalah mendasar lainnya seperti kelainan kromosom, ketidakseimbangan hormon, atau obstruksi apa pun, maka tanda dan gejala tertentu bisa terjadi.
Berikut ini gejala oligospermia yang mungkin terjadi:
Segera ke dokter jika tidak dapat hamil setelah satu tahun melakukan hubungan seksual tanpa kondom secara teratur, atau jika memiliki salah satu dari gejala berikut:
Baca Juga: Spermatogenesis: Proses, Struktur, dan Faktor Penghambat
Jumlah sperma berfluktuasi sepanjang hidup merupakan kondisi yang wajar, terutama seiring bertambahnya usia. Namun ada juga kondisi dan faktor gaya hidup yang mungkin dapat meningkatkan risiko pria memiliki sedikit sperma .
Berikut ini sejumlah penyebab oligospermia:
Varikokel adalah pembesaran vena di dalam skrotum, yang dapat menyebabkan stres oksidatif, mengganggu aliran darah yang tepat ke testis, atau menurunkan produksi testosteron. Semua faktor ini dapat berdampak negatif pada jumlah sperma.
Varikokel cukup umum pada pria, yang memengaruhi sekitar 15% pria. Varikokel biasanya berkembang selama masa pubertas dan sering kali tidak disadari, karena gejalanya ringan.
Kebanyakan pria dengan oligospermia memiliki ejakulasi yang khas, beberapa gangguan ejakulasi dapat mengurangi jumlah sperma. Salah satu masalah tersebut adalah ejakulasi retrograde (ejakulasi kering). Kondisi ini terjadi ketika air mani malah memasuki kandung kemih alih-alih keluar dari ujung penis.
Faktor lain yang dapat mengganggu ejakulasi, termasuk cedera, tumor, kanker, dan memiliki riwayat operasi.
Beberapa hormon dapat mendorong kesuburan pria, seperti testosteron (hormon perangsang folikel) dan hormon luteinizing (untuk merangsang sel Leydig untuk menghasilkan testosteron).
Hormon tersebut dan beberapa hormon lainnya berperan penting dalam produksi sperma. Jika ada ketidakseimbangan dalam salah satu hormon ini, kemungkinan menurunkan jumlah sperma.
Paparan radiasi dan zat seperti pestisida, timbal, logam, dan petrokimia bisa berdampak negatif pada jumlah sperma. Pria yang bekerja di lingkungan berisiko tinggi di mana ia secara teratur terpapar bahaya ini memiliki jumlah dan kualitas sperma lebih rendah.
Jika pria bekerja di militer atau pertanian, herbisida, produksi plastik, pengolahan tembakau, atau industri pengelasan, kemungkinan berisiko lebih tinggi memiliki jumlah sperma yang rendah.
IMS dapat menjadi salah satu penyebab oligospermia. Infeksi bakteri atau virus aktif bisa berdampak negatif pada sistem reproduksi, bahkan jika tidak mengalami gejala apa pun.
Misalnya, human papillomavirus (HPV)—merupakan IMS yang paling umum—telah terbukti memengaruhi produksi sperma, meskipun tidak menimbulkan gejala pada kebanyakan pria yang terinfeksi.
Sering duduk, meletakkan laptop di atas testis, dan mengenakan pakaian ketat juga bisa menyebabkan panas berlebih. Peningkatan suhu di sekitar testis dapat mengurangi produksi sperma untuk sementara.
Penggunaan beberapa zat, seperti ganja dan kokain, dapat mengurangi jumlah sperma pria. Minum minuman beralkohol berlebihan juga bisa memberikan dampak yang sama. Pria yang merokok mungkin memiliki jumlah sperma lebih sedikit daripada pria yang tidak merokok.
Beberapa obat seperti beta blocker, antibiotik, dan obat tekanan darah dapat menyebabkan masalah ejakulasi. Mengonsumsi obat-obatan ini juga dapat mengurangi jumlah sperma.
Kelebihan berat badan alias obesitas dapat meningkatkan risiko jumlah sperma rendah dalam beberapa cara. Obesitas secara langsung dapat mengurangi jumlah sperma yang dihasilkan tubuh pria. Masalah berat badan juga bisa mengganggu produksi hormon.
Baca Juga: 10 Makanan untuk Kesuburan Pria (Meningkatkan Kualitas Sperma)
Ketika mengunjungi dokter dengan keluhan kesulitan untuk hamil, dokter akan mencoba menentukan penyebab yang mendasarinya. Bahkan jika dokter menganggap jumlah sperma yang rendah adalah masalahnya, dianjurkan agar pasangan dievaluasi untuk menyingkirkan faktor-faktor potensial yang memicu dan menentukan apakah teknik reproduksi mungkin diperlukan untuk membantu.
Diagnosis kondisi mungkin melibatkan tes berikut:
Apakah oligospermia bisa sembuh? Ya, kondisi ini dapat disembuhkan. Ada banyak cara untuk mengatasi rendahnya sperma, baik secara alami maupun medis. Berikut ini pilihan pengobatannya untuk mengatasi sperma yang sedikit pada pria:
Pria yang terkena oligospermia mungkin dapat meningkatkan kemungkinan pembuahan dengan sejumlah kiat-kiat atau cara alami, termasuk:
Pengobatan secara medis dapat membantu meningkatkan jumlah dan kualitas sperma pada pria . berikut ini beberapa cara mengatasi oligospermia:
Guna melindungi kesuburan pria, sebaiknya hindari faktor-faktor yang diketahui dapat memengaruhi jumlah dan kualitas sperma.
Berikut ini beberapa pantangan untuk mencegah rendahnya sperma: