Dispepsia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketidaknyamanan pada perut bagian atas. Istilah ini mengacu pada sekelompok gejala yang sering muncul seperti perut kembung, mual, hingga bersendawa. Dalam sebagian besar kasus, kondisi ini terkait dengan makanan atau minuman yang dikonsumsi. Akan tetapi, dispepsia juga dapat disebabkan oleh infeksi atau penggunaan obat-obatan tertentu.
Meski sindrom dispepsia bukanlah suatu penyakit berbahaya, kondisi ini juga bisa merupakan tanda dari masalah yang mendasarinya seperti penyakit gastroesophageal reflux disease (GERD) atau penyakit kantung empedu. Gejalanya dapat dirasakan sesekali atau setiap hari. Penyakit dispepsia yang tidak disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya dapat diredakan dengan perubahan gaya hidup dan pengobatan.
Pada umumnya, hampir setiap orang pernah mengalami dispepsia selama hidupnya. Berikut ini adalah gejala umum yang bisa Anda alami saat terkena dispepsia adalah:
Kadang-kadang orang dengan gangguan pencernaan juga mengalami mulas, tetapi mulas dan dispepsia adalah dua kondisi yang terpisah.
Jika disepsia ringan terjadi pada tubuh, hal itu adalah sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. Konsultasikan dengan dokter jika ketidaknyamanan berlanjut selama lebih dari dua minggu. Hubungi dokter dan segera dapatkan tindakan jika dispepsia disertai dengan:
Dispepsia adalah kondisi yang bisa ditimbulkan oleh banyak penyebab. Sering kali, gangguan pencernaan berhubungan dengan gaya hidup dan dapat dipicu oleh makanan, minuman atau obat-obatan. Berikut ini adalah penyebab umum dispepsia, antara lain:
Perlu diketahui, jika seorang dokter tidak dapat menemukan penyebab dispepsia, Anda mungkin mengalami dispepsia fungsional. Ini adalah jenis gangguan pencernaan tanpa penyakit struktural atau metabolisme untuk menjelaskan gejalanya. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh gangguan lambung yang membuatnya mencegah menerima dan mencerna makanan dengan cara normal.
Risiko seseorang terkena dispepsia bisa mengalami peningkatan apabila:
Seorang dokter akan bertanya pada tentang gejala dispepsia yang dialami, riwayat kesehatan Anda dan keluarga, serta melakukan pemeriksaan dada dan perut—dengan melakukan penekanan pada area perut yang berbeda—untuk mencari tahu apakah ada yang sensitif, lunak, atau sakit di bawah tekanan.
Jika dokter mencurigai terdapat penyebab yang mendasari, dia dapat menggunakan tes diagnosis berikut untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang mendasarinya:
Jika orang dengan gangguan pencernaan juga memiliki gejala anemia, dokter mungkin menyarankan untuk tes darah.
Jika Anda sudah mendapatkan pengobatan untuk dispepsia tetapi tidak menujukkan perubahan yang lebih baik, Anda dirujuk untuk pemeriksaan yang lebih rinci pada saluran gastrointestinal.
Selang tipis yang panjang dengan kamera di ujungnya dimasukkan melalui mulut dan masuk ke perut. Prosedur ini menghasilkan gambaran yang jelas tentang gambaran mukosa lambung. Dokter juga bisa melakukan biopsi selama prosedur ini ika dicurigai adanya suatu keganasan
Tes ini merupakan tes untuk mengetahui infeksi dari kuman Helicobater pylori. Kuman ini sering menginfeksi lambung seperti tukak lambung (ulkus peptikum), dan memberikan gejala mirip dispepsia pada fase awal infeksinya. Terdapat 3 macam tes infeksi Pylori, yakni: tes napas urea, tes antigen tinja, dan tes darah.
Jika dokter menduga ada masalah dengan saluran empedu di hati, dokter mungkin meminta tes darah untuk menilai bagaimana hati bekerja.
Prosedur ini dilakukan dengan mengoleskan gel ke perut, kemudian suatu alat ditempelkan pada kulit. Alat ini mengeluarkan gelombang suara, dan dokter dapat melihat gambar terperinci bagian dalam perut di monitor.
Prosedur ini mungkin melibatkan penyuntikan pewarna ke dalam pembuluh darah yang kemudian dimunculkan di monitor. CT scan mengambil serangkaian gambar sinar-X untuk menghasilkan gambar 3D bagian dalam perut.
Pengobatan untuk dispepsia tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Jika gejala ringan dan jarang, perubahan gaya hidup mungkin akan membantu mengatasi hal ini.
Perubahan pola makan biasanya dapat dilakukan dengan mengonsumsi lebih sedikit makanan berlemak dan pedas, serta kurangi kafein, alkohol, dan cokelat. Selain itu, tidur minimal 7 jam setiap malam juga dapat membantu mengurangi gangguan pencernaan ringan.
Berolahraga secara teratur dan berhenti merokok juga merupakan perubahan gaya hidup yang penting dalam mengobati dispepsia.
Sementara itu, pada kasus gangguan pencernaan yang parah atau sering, dokter mungkin meresepkan obat. Beberapa obat itu di antaranya:
Obat ini berguna untuk melawan efek asam lambung. Jenis obat ini tidak memerlukan resep dokter. Seorang dokter biasanya akan merekomendasikan pengobatan antasida sebagai salah satu perawatan pertama untuk dispepsia.
Obat ini mengurangi kadar asam lambung dan bertahan lebih lama dari antasida. Namun, antasida bertindak lebih cepat. Beberapa orang mungkin mengalami mual, muntah, konstipasi, diare, dan sakit kepala setelah meminumnya.
Obat ini sangat efektif untuk orang yang juga menderita penyakit GERD. Obat ini mengurangi asam lambung dan lebih kuat dari H-2-receptor Antagonists. Berbicaralah kepada dokter tentang kemungkinan efek samping.
Efek sampingnya meliputi kelelahan, depresi, mengantuk, cemas, dan kejang otot.
Jika H. pylori menyebabkan ulkus peptikum yang menyebabkan gangguan pencernaan, antibiotik akan diresepkan. Efek sampingnya bisa termasuk sakit perut, diare, dan infeksi jamur
Bagi penderita dispepsia fungsional, terapi psikologis dapat membantu mengelola aspek kognitif gangguan pencernaan. Terapi perilaku kognitif, biofeedback, hipnoterapi, dan terapi relaksasi mungkin direkomendasikan.
Bahkan, dokter juga menyarankan untuk membuat perubahan pada jadwal pengobatan seseorang jika dia menduga hal itu bisa menyebabkan gangguan pencernaan. Sementara aspirin atau ibuprofen kadang kala dihentikan dan beralih menggunakan obat alternatif lainnya.
Sementara itu, jika dokter tidak menemukan penyebab gangguan pencernaan setelah dievaluasi secara menyeluruh, dan orang dengan dispepsia belum menunjukkan perubahan, dokter mungkin meresepkan antidepresan dosis rendah.
Antidepresan terkadang mengurangi ketidaknyamanan dengan mengurangi sensasi rasa sakit. Efek sampingnya bisa berupa mual, sakit kepala, agitasi, konstipasi, dan muncul keringat di malam hari.
Dispepsia ringan jarang menimbulkan komplikasi. Namun, jika kondisi ini menjadi parah, hal itu dapat menyebabkan beberapa komplikasi, di antaranya:
GERD atau penyakit asam lambung terjadi ketika asam lambung mengalir kembali ke dalam saluran yang menghubungkan mulut dan perut. Meski kondisi ini dapat diatasi dengan perubahan gaya hidup dan obat-obatan yang dijual bebas, pada beberapa kasus kondisi ini memerlukan obat-obatan yang lebih kuat atau pembedahan untuk meringankan gejala.
Tukak lambung adalah luka terbuka yang berkembang di lapisan dalam perut dan bagian atas usus kecil. Gejala paling umum dari kondisi ini adalah sakit perut. Penyebab paling umum dari tukak lambung adalah infeksi bakteri Helicobacter pylori (H. pylori), penggunaan jangka panjang aspirin, dan nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID). Stres dan makanan pedas tidak menyebabkan tukak lambung. Namun, mereka dapat memperburuk gejala Anda.
Kondisi ini terjadi ketika asam lambung menyebabkan iritasi jangka panjang pada lapisan sistem pencernaan. Pilorus adalah jalur antara lambung dan usus kecil. Pada pyloric stenosis, stenosis menjadi parut dan menyempit. Akibatnya, makanan tidak dicerna dengan baik. Pembedahan mungkin diperlukan untuk memperluas pilorus.
Cara terbaik untuk mencegah dispepsia adalah dengan menghindari makanan dan situasi yang bisa menyebabkan kondisi tersebut. Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan: