Keluarnya darah setelah berhubungan seksual adalah kondisi yang bisa menimbulkan kekhawatiran pada wanita. Apa saja hal-hal yang bisa menyebabkan hal ini? Simak penjelasan lengkapnya dalam ulasan berikut.
Pendarahan setelah berhubungan seks secara medis disebut pendarahan postcoital atau postcoital bleeding. Kondisi yang bisa terjadi pada berbagai usia ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, dari yang ringan hingga serius.
Berikut ini beberapa penyebab perdarahan vagina usai berhubungan intim, di antaranya:
Kekeringan pada vagina adalah salah satu penyebab paling umum dari perdarahan setelah berhubungan seks. Vagina yang kering menjadi sangat rentan terhadap kerusakan karena jaringan penghasil lendir alami pada vagina sangat rentan.
Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
Gesekan dan abrasi saat berhubungan intim sangat rentan menyebabkan robekan kecil dan luka pada jaringan sensitif di alat kelamin.
Selain itu, persalinan juga bisa menyebabkan jaringan vagina meregang dan robek, sehingga terkadang membuatnya lebih rentan mengalami cedera.
Sementara itu, keluar darah setelah berhubungan seks juga bisa terjadi karena baru pertama kali melakukannya. Hal ini bisa terjadi karena lipatan kecil kulit vagina atau disebut selaput dara biasanya meregang dan pecah. Pendarahan kecil bisa berlangsung 1 hingga 2 hari.
Displasia serviks adalah kondisi yang terjadi ketika sel-sel prakanker abnormal tumbuh di lapisan saluran serviks, yaitu lubang yang memisahkan vagina dan rahim.
Pertumbuhan tersebut bisa mengiritasi dan akhirnya akan merusak jaringan di sekitarnya, terutama ketika berhubungan intim.
Berbagai jenis infeksi bisa menyebabkan peradangan di jaringan vagina sehingga lebih rentan terhadap kerusakan yang rentan mengakibatkan perdarahan setelah berhubungan intim.
Infeksi ini biasanya termasuk infeksi jamur, penyakit radang panggul, servisitis, vaginitis, dan infeksi menular seksual (PMS), seperti klamidia dan gonore.
Baca Juga: Infeksi Menular Seksual (IMS): Gejala, Penyebab, dan Pengobatan
Endometriosis adalah kondisi yang menyebabkan jaringan endometrium, yaitu jaringan yang melapisi rahim tumbuh di luar rahim. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan, biasanya di daerah panggul dan perut bagian bawah.
Penyakit yang menyebabkan perdarahan atau pembekuan tidak normal bisa meningkatkan risiko pendarahan postcoital. Ini adalah kondisi yang mengacu pada bercak atau pendarahan setelah hubungan seksual dan tidak terkait dengan menstruasi. Obat pengencer darah juga mungkin mempunyai efek ini.
Polip adalah pertumbuhan non-kanker yang terkadang ditemukan di leher rahim (serviks) atau di lapisan endometrium rahim.
Polip berbentuk bulat atau oval dengan tangkai menjuntai yang tampak seperti liontin. Pergerakan polip dapat mengiritasi jaringan di sekitarnya dan menyebabkan pendarahan di pembuluh darah kecil.
Ektropion serviks atau erosi serviks merupakan kondisi yang dianggap jinak atau tidak berbahaya. Kondisi ini terjadi ketika jenis sel yang biasanya tumbuh di bagian dalam serviks malah tumbuh di bagian luar.
Kondisi yang dapat menyebabkan peradangan ini dapat disebabkan oleh tingginya kadar estrogen. Estrogen adalah hormon yang berperan dalam sistem reproduksi.
Perlu diketahui juga, kondisi ini cenderung terjadi pada remaja, wanita hamil, orang yang menggunakan kontrasepsi hormonal, dan sedang menstruasi.
Pertumbuhan kanker yang berdampak pada sistem reproduksi atau saluran urogenital dapat mengubah jaringan vagina dan kadar hormon. Perdarahan setelah berhubungan intim merupakan kondisi yang dianggap sebagai gejala umum kanker serviks dan rahim.
Baca Juga: Radang Vagina (Vaginitis): Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan
Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan untuk mencegah vagina berdarah usai berhubungan seks, di antaranya:
Jika perdarahan setelah berhubungan masih terjadi, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat.