Kanker payudara merupakan salah satu penyakit yang paling banyak menyumbang kematian pada wanita. Alih-alih melakukan pengecekan rutin pada payudaranya untuk menemukan masalah, beberapa wanita malah mempercayai mitos yang beredar di sekitarnya.
Mitos tentang kanker payudara sudah banyak di masyarakat. Sayangnya, cerita soal penyakit ini lebih banyak menyesatkan sehingga Anda harus lebih mewaspadainya. Berikut beberapa jenis mitos yang sebaiknya tidak dipercaya, di antaranya:
Salah satu mitos yang salah kaprah dan sering menyesatkan adalah masalah kanker dan riwayat keluarga. Beberapa orang meyakini kalau kanker hanya akan terjadi pada mereka yang memiliki riwayat penyakit dari keluarga, misalnya ibu atau nenek. Jadi, seseorang yang tidak memiliki riwayat itu lebih aman dari kanker.
Faktanya, semua orang yang memiliki kelenjar payudara baik pria dan wanita sama-sama berisiko alami kanker payudara. Hal itulah yang membuat kanker bisa terjadi tanpa harus ada keturunan terlebih dahulu. Jadi, kalau Anda tidak memiliki riwayat kanker, sikap kewaspadaan harus tetap dilakukan.
Perkembangan ilmu kedokteran bisa meningkatkan usia harapan hidup pasien kanker. Saat ini, wanita dengan kanker payudara bisa sembuh dengan rasio sekitar 80 persen. Angka kesembuhan kanker cukup tinggi karena penyakit tidak mengalami metastasis atau menyebar ke organ lain yang ada di sekitarnya.
Terpenting, seorang wanita harus menjaga kesehatannya dengan baik dan menjaga pola hidup sehat agar kanker di tubuhnya benar-benar hilang. Sementara, jika Anda melakukan gaya hidup yang tidak sehat kemungkinan besar kanker akan muncul kembali.
Di masa lalu mungkin pil KB yang mengandung banyak hormon bisa menyebabkan kanker payudara pada wanita. Namun, pil KB yang ada saat ini mengandung hormon yang lebih rendah, sehingga aman untuk penggunaan selama bertahun-tahun.
Kanker payudara memiliki perkembangan yang lambat dan sering tidak terdeteksi, itulah kenapa beberapa kasus terdeteksi stadium lanjut saat memasuki lansia.
Sebenarnya, kanker payudara bisa terlihat kemunculannya saat usia sekitar 39 tahun. Sayangnya pada tahap ini kanker belum terlihat dan dirasakan dengan jelas.
Oleh karena itu, wanita disarankan untuk melakukan pengecekan rutin pada payudaranya setiap hari. Kalau ada benjolan abnormal bisa segera diperiksakan ke dokter untuk mengetahui apakah itu kanker atau bukan.
Diet tinggi lemak tidak serta-merta tidak bisa langsung dikaitkan dengan kanker payudara. Meski kelebihan lemak bisa meningkatkan produksi estrogen, lemak masih dibutuhkan oleh tubuh. Itulah kenapa lemak yang sehat seperti lemak nabati masih direkomendasikan dibandingkan dengan lemak jenuh lainnya.
Memang benar, memiliki dua anak sebelum usia 30 tahun dan memberikan ASI eksklusif bisa menurunkan risiko kanker payudara pada wanita. Namun, risiko untuk terkena penyakit ini dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah gaya hidup.
Perlu diketahui, turunnya risiko itu tidak 100 persen. Selama wanita memiliki gaya hidup yang buruk, kanker akan tetap terjadi.
Selain menyusui, seorang wanita juga harus rutin berolahraga untuk menurunkan risiko kanker payudara, misalnya joging ringan selama 15-30 menit per harinya.
Baca Juga: 8 Ciri-ciri Kanker Payudara yang Penting untuk Anda Kenali
Operasi tidak menyebabkan kanker menyebar ke seluruh tubuh. Selama kanker belum pada stadium akhir dan mengalami metastasis, pengangkatan bisa dilakukan. Jadi, salah kalau takut menjalani operasi karena masalah ini, justru operasi bisa membantu penyembuhan.
Kebiasaan tidur dengan tetap memakai bra, khususnya berkawat disebut-sebut mampu menyebabkan kanker payudara.
Anggapan ini diperkuat dengan beberapa mitos yang menyebutkan bahwa penggunaan bra saat tidur bisa menyebabkan terganggunya aliran getah bening sehingga menyebabkan penumpukan racun dan berakhir kanker payudara.
Padahal, hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan kaitan penggunaan bra dengan kanker payudara. Menggunakan bra ketat saat tidur memang beresiko membuat peredaran darah kurang lancar, namun bukan berarti langsung menyebabkan kanker payudara.
Penelitian yang dilakukan oleh National Cancer Institute menunjukkan bahwa tidak ada kaitan antara kanker payudara dengan penggunaan deodoran. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Eastern Mediterranean Health Journal.
Sering kali gula juga disalahkan atas risiko penyakit lain termasuk kanker payudara. Faktanya, tanpa adanya risiko lain, gula tidak akan memicu kanker payudara.
Hingga saat ini, belum ada penelitian yang menyatakan ukuran payudara berhubungan dengan risiko kanker payudara. Kendati begitu, jika berkaitan dengan obesitas, besar kecilnya ukuran payudara memang bisa menjadi masalah. Pasalnya, obesitas memiliki peran dalam perkembangan jenis kanker ini.
Benjolan yang muncul di tubuh sering sekali dikhawatirkan sebagai tumor atau kanker. Faktanya, belum tentu benjolan tersebut merupakan kanker. Kondisi timbulnya benjolan ini bisa saja disebabkan oleh kondisi lain seperti fibroadenoma (tumor jinak), lipoma (tumor lemak), atau infeksi.
Baca Juga: Susu Kedelai Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Payudara, Benarkah?
Semua wanita berisiko mengalami kondisi, bahkan pria pun juga bisa mengalaminya. Namun, risiko kanker bisa diturunkan kalau melakukan beberapa hal di bawah ini, di antaranya:
Demikianlah ulasan tentang mitos kanker payudara yang banyak dipercaya. Semoga setelah mendapatkan informasi di atas, Anda jadi lebih memahami fakta seputar kanker payudara dan pencegahannya.