Coitus interruptus adalah salah satu metode mencegah kehamilan tradisional yang masih banyak digunakan hingga saat ini. Meski terdengar sederhana, metode coitus interruptus ternyata memiliki beberapa risiko. Simak selengkapnya pada artikel berikut ini.
Senggama terputus atau coitus interruptus merupakan metode kontrasepsi yang dilakukan dengan cara mengeluarkan penis dari vagina sebelum ejakulasi. Metode ini memang terlihat sangat sederhana.
Banyak pasangan yang memilih metode ini karena beberapa keuntungan yang dimiliki, seperti tidak perlu konsumsi hormon, dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun, serta tidak perlu biaya.
Namun, faktanya pria butuh kontrol yang baik untuk mengeluarkan penis pada waktu yang tepat. Jika pria tidak bisa memperkirakan kapan ejakulasi akan terjadi, maka risiko kehamilan akan tetap tinggi.
Sebenarnya, metode ini tidak terlalu efektif jika dibandingkan dengan metode kontrasepsi lain, seperti IUD, pil KB, atau kondom.
Metode senggama terputus diketahui memiliki tingkat efektivitas 80 persen. Artinya sebanyak 1 dari 5 wanita yang melakukan metode ini mengalami kehamilan.
Sebagai perbandingan, kondom dan pil KB memiliki tingkat efektivitas masing-masing 98 persen dan 99 persen untuk mencegah kehamilan.
Dengan demikian, diketahui bahwa metode ejakulasi di luar tidak terlalu efektif untuk untuk mencegah kehamilan. Ada beberapa hal yang menyebabkan metode ini gagal untuk mencegah kehamilan, seperti menarik penis pada waktu yang tidak tepat dan cairan pra-ejakulasi yang mengandung sperma terlanjur keluar.
Baca Juga: 11 Tanda Wanita Sedang Dalam Masa Subur, Sudah Tahu?
Jika dilihat atau dibayangkan sekilas, coitus interruptus terlihat sangat mudah dilakukan. Namun, untuk bisa melakukannya dengan baik seseorang harus memikirkan beberapa hal di bawah ini.
Seperti yang terlihat di atas, coitus interruptus hanya efektif mencegah kehamilan hingga 80 persen saja. Nah, bisakah persentase ini dinaikkan? Jawabannya adalah bisa.
Ada berbagai risiko yang perlu dihadapi pasangan yang melakukan metode kontrasepsi dengan senggama terputus, beberapa di antaranya adalah:
Metode ejakulasi di luar tidak mampu mencegah penularan penyakit yang ditularkan lewat hubungan intim. Ada banyak penyakit menular seksual yang mungkin dialami oleh orang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti gonore, sifilis, serta HIV.
Apabila seorang pria mengidap HIV, maka air maninya masih mungkin mengandung sel HIV yang aktif. Cairan pra-ejakulasi sekalipun dapat mentransfer sel HIV aktif kepada pasangan. Selain itu, luka pada alat kelamin juga bisa menular melalui kontak kulit.
Satu-satunya metode yang efektif untuk mencegah kehamilan adalah menggunakan kondom saat berhubungan intim.
Metode ejakulasi di luar perlu kemahiran pria dalam mengendalikan diri. Saat bergairah, pria akan mengeluarkan cairan pra-ejakulasi sebelum air mani keluar sepenuhnya. Banyak pria yang tidak menyadarinya sehingga terlambat mengeluarkan penis dari vagina.
Padahal, cairan pra-ejakulasi ini tetap saja bisa mengandung sperma meskipun jumlahnya tidak banyak. Namun, sperma ini tetap berisiko mencapai sel telur dan menyebabkan kehamilan.
Menggunakan metode coitus interruptus dapat mengganggu kepuasan seksual. Perlu kontrol yang baik dapat mengganggu fokus pria untuk menikmati sesi berhubungan intim. Pria otomatis akan fokus dengan waktu yang tepat untuk menarik penis dari vagina.
Selain itu, wanita juga bisa saja menjadi cemas bahwa metode ini tidak berhasil. Hal ini turut mengganggu fokus wanita untuk menikmati hubungan seksual yang sedang dilakukan.
Agar hal ini tidak terjadi, Anda disarankan untuk menggunakan metode kontrasepsi lainnya.
Baca Juga: Cara Mudah Menghitung Masa Subur Jika Haid Tidak Teratur
Ada beberapa alasan mengapa pasangan lebih memilih untuk melakukan ejakulasi di luar atau coitus interruptus.
Ejakulasi di luar merupakan metode kontrasepsi yang sederhana dan tidak perlu biaya atau konsumsi obat. Namun, metode ini perlu kontrol yang baik dari sisi pria. Jika Anda cemas metode ini tidak berjalan sesuai kehendak, Anda bisa melakukan konsultasi dengan dokter untuk menerima kontrasepsi darurat.