Seseorang yang bergairah ketika melihat celana dalam lawan jenis atau benda lainnya disebut fetish. Apakah fetish jenis kelainan atau penyimpangan seksual? Simak penjelasannya berikut ini!
Fetish adalah obsesi seksual yang mengacu pada benda mati atau bagian tubuh non-genital yang dapat memberikan kepuasan seksual, misalnya melihat orang lain mengenakan pakaian atau aksesoris tertentu.
Benda fetish bisa berupa apa saja yang umumnya bersifat tidak lazim. Beberapa objek atau benda fetish yang paling populer adalah pakaian dalam wanita seperti celana dalam atau bra, alas kaki seperti kaos kaki, stocking, hingga high heels. Sedangkan fetish anggota tubuh biasanya seperti kaki atau rambut.
Seseorang dengan fetisisme bisa disebut sebagai fetishist. Terdapat fetishist yang hanya membutuhkan gambar dari objek fetish untuk dapat bergairah dan sebagian fetishist lainnya membutuhkan objek langsung. Biasanya orang dengan fetisisme akan menyuruh pasangannya untuk menggunakan objek fetish ketika melakukan hubungan seksual.
Jika tidak bisa membuat pasangannya menggunakan objek fetish, fetishist akan berfantasi membayangkan pasangannya menggunakan benda tersebut untuk membangkitkan gairah pasangannya. Banyak diantaranya juga yang melakukan masturbasi dengan hanya memandangi atau menyentuh, mencium, hingga menghisap benda fetishnya tersebut.
Penyebab fetish pada dasarnya belum dapat dipastikan dengan jelas, namun bisa dipastikan bahwa kebanyakan fetishist adalah kaum pria.
Dilansir dari Psychology Today, fetisisme bisa berkembang pada masa remaja, maupun sebelum masa remaja. Banyak ahli yang percaya bahwa ketertarikan pada objek fetish berkaitan dengan pengalaman di masa kanak-kanak, di mana suatu benda dihubungkan dengan gairah seksual yang kuat.
Sebuah studi lain menunjukkan bahwa anak yang menjadi korban atau perilaku seksual menyimpang cenderung akan meniru atau bahkan akan mengalami penyimpangan yang lebih parah.
Dalam kasus lainnya, fetisisme disebabkan oleh rasa minder pria pada potensi dan maskulinitasnya yang sehingga menimbulkan rasa takut akan penghinaan dan penolakan. Objek fetish dijadikannya sebagai pelampiasan dari perasaan tidak mampunya tersebut.
Baca Juga: 16 Jenis Orientasi Seksual pada Manusia, Anda yang Mana?
Bahaya atau tidaknya fetish bisa diukur dari tingkatan dan juga jenis fetisisme yang dialami. Fetisisme baru bisa dianggap sebagai sebuah gangguan jika perilaku ini sudah merugikan dan mengganggu kegiatan sehari-hari fetishist.
Berikut adalah tingkatan fetisisme yang perlu Anda ketahui:
Selain bahaya fetish bergantung pada tingkatannya, fetisisme juga bisa berbahaya bergantung pada objek fetish-nya. Beberapa jenis fetish yang cukup berbahaya adalah seperti Blood Fetish, Necrofilia (fetish mayat), Teratophilia (mendapatkan kepuasan seksual dengan menjadi cacat), Anthropophagolagnia (mendapatkan kepuasan seksual dengan memerkosa).
Jika muncul pertanyaan tentang bahaya atau tidaknya fetish, tentunya jawabannya adalah bisa iya dan bisa juga tidak. Fetisisme pada tahap desires adalah satu-satunya fetish yang aman karena tidak akan terlalu mengganggu kehidupan seksual seseorang.
Pada seseorang yang benda fetishnya berupa pakain dalam, alas kaki, atau benda sejenisnya dan masih dalam tahap desires, tentunya tidak akan menjadi masalah, apalagi jika pasangannya telah mengetahui dan memaklumi fetish tersebut.
Ada juga beberapa situasi yang dianggap sebagai fetisisme, padahal hanya berupa fantasi seks. Memiliki fantasi seks merupakan hal yang wajar bagi pria maupun wanita. Umumnya fantasi seks hanya didorong oleh rasa penasaran saja dan jika dilakukan belum tentu menimbulkan efek kecanduan.
Sedangkan pada fetish benda dan juga sudah mulai menyakiti orang lain, dibutuhkan penanganan oleh ahli untuk dapat mengembalikan perilaku seksual yang normal.
Terdapat beberapa cara untuk menangani fetisisme atau gangguan fetishist. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi fetisisme:
Cara pertama yang bisa dilakukan seseorang untuk terlepas dari objek fetish adalah dengan psikoterapi. Jenis terapi yang satu ini memang ampuh untuk menyembuhkan gangguan jiwa, termasuk juga berbagai gangguan parafilia (gangguan terkait dengan ketertarikan seksual).
Cara kedua yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan fetisisme adalah terapi perilaku kognitif atau yang disebut juga dengan cognitive behavior therapy (CBT).
Terapi ini merupakan perpaduan dari psikoterapi dan juga terapi perilaku. Umumnya CBT berfokus dengan satu masalah spesifik dalam hidup pasien, dalam hal ini tentunya adalah tentang fetish.
Cara kedua untuk dapat terlepas dari objek fetish adalah dengan hipnoterapi. Hipnosis sendiri pada dasarnya adalah keadaan di mana Anda berkonsentrasi penuh hingga lemampuan menerima sugesti Anda meningkat.
Hipnoterapi terbilang ampuh untuk mengatasi berbagai masalah psikologis seperti kecemasan, pikun, hingga membantu pemulihan dari trauma.
Hipnoterapi juga bahkan bisa menyembuhkan atau membantu meredakan rasa sakit pada fisik. Karena keunggulan dari hipnoterapi ini maka hipnoterapi juga bisa membantu menangani fetisisme dan gangguan ketertarikan seksual lainnya.
Cara selanjutnya adalah dengan menggunakan terapi obat. Pemberian obat umumnya diberikan sebagai pendamping dari terapi.
Obat yang diberikan biasanya bertujuan untuk menurunkan gairah seksual dari penderita sehingga frekuensi dari ereksi, fantasi seksual, keinginan untuk melakukan hubungan seksual, hingga masturbasi juga berkurang.
Penanganan untuk fetisisme tentunya tidak akan cukup dengan satu atau dua kali sesi terapi, tapi membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Tapi layaknya gangguan atau penyimpangan mental lainnya, dengan penanganan yang tepat, penderita bisa menjalani hidup dengan normal dan pulih secara perlahan.
Demikian ulasan mengenai fetish yang umum dialami seseorang dalam memuaskan gairah seksualnya. Apabila fetish Anda mengganggu kehidupan Anda, sebaiknya hubungi ahli kesehatan mental untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Semoga informasi ini bermanfaat ya, Teman Sehat!
Anonim. 2022. Fetishistic Disorder. https://www.psychologytoday.com/us/conditions/fetishistic-disorder (Diakses pada 29 Januari 2024)