Gamophobia adalah ketakutan berlebihan terhadap komitmen dan pernikahan. Banyak pasangan yang mendambakan dapat hidup bersama dalam ikatan pernikahan. Namun hal tersebut justru menjadi ketakukan bagi pemilik fobia ini. Ketahui ciri, penyebab, dan cara penanganannya berikut ini!
Gamophobia adalah ketakutan irasional terhadap pernikahan atau komitmen. Kata ini berasal dari bahasa Yunani “gamos” yang memiliki arti pernikahan. Seseorang yang memiliki fobia ini akan merasakan ketakutan yang intens untuk menikah atau menghabiskan seluruh hidup bersama satu orang.
Fobia ini berbeda dengan philophobia, yaitu perasaan takut jatuh cinta. Seseorang yang memiliki fobia ini masih dapat menjalin hubungan dengan seseorang. Namun ketika topik tentang pernikahan muncul, orang tersebut akan menjadi gugup dan kemudian menjauh.
Seseorang yang mengalami fobia ini dapat mengalami gejala seperti:
Ketika mengalami serangan panik, seseorang dapat mengalami gejala fisik seperti gemetar, jantung berdetak kencang, kesulitan bernapas, mual dan muntah, pusing, berkeringat, ketidaknyamanan perut, dan menangis.
Kondisi ini dapat menjadi masalah serius dan menyebabkan seseorang terisolasi dari kehidupan luar. Ketakutan yang timbul juga dapat merusak hubungan dengan orang sekitar.
Apabila gejala yang dialami bertahan lebih dari enam bulan dan mulai mengganggu aktivitas sehari-hari, Anda disarankan untuk berkonsultasi dengan ahli psikologi atau kesehatan mental untuk mendiskusikan kondisi ini.
Penyebab fobia ini beragam mulai dari trauma masa lalu maupun kondisi mental lainnya. Berikut adalah beberapa penyebab yang dapat memicu fobia ini:
Perasaan tidak aman atau insecurity adalah salah satu penyebab seseorang mengalami fobia ini. Pernikahan memang tidak dapat dikatakan mudah, ada banyak sekali tanggung jawab di dalamnya.
Ketika menikah dengan seseorang, Anda akan berbagai segaal hal, termasuk harta pribadi, kehidupan sosial, hukum, hingga keuangan. Ketakutan akan pernikahan dapat timbul dari ketakutan tidak dapat mengemban tanggung jawab yang akan didapatkan.
Kejadian di masa lalu juga dapat menyebabkan seseorang menjadi takut terhadap pernikahan dan komitmen.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan trauma yang menyebabkan fobia ini adalah seperti:
Kondisi depresi lainnya juga dapat menyebabkan ketakutan terhadap pernikahan dan komitmen. Seseorang dapat memiliki keinginan untuk menikah, namun rasa takut dan cemas yang dirasakannya menghalangi keinginan tersebut.
Kondisi ini pada dasarnya tidak membutuhkan diagnosis medis. Seseorang yang mengalami kondisi ini, pasti akan menyadari ketakutannya tersebut, walaupun tidak selalu dapat terbuka tentang ketakutannya ini.
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang dapat membantu Anda mengenali apakah pasangan Anda memiliki ketakutan terhadap komitmen:
Jika pasangan Anda memiliki kecenderungan untuk menghindari hal-hal tersebut, Anda dapat berdiskusi tentang tujuan hubungan Anda. Jika pasangan Anda mengakui ketakutannya dan bersedia untuk mengatasi hal tersebut, baru lah Anda dapat mengajaknya untuk melakukan langkah-langkah yang dapat berguna menghilangkan fobia tersebut.
Sama halnya dengan fobia lainnya, fobia satu ini juga dapat diatasi dengan beberapa cara. Berikut adalah terapi yang dapat dilakukan untuk mengatasi fobia terhadap pernikahan dan komitmen:
Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) adalah salah satu pengobatan paling efektif untuk mengatais berbagai macam fobia.
Terapis akan membantu Anda untuk menggali pikiran negatif yang menjadi dasar ketakutan Anda terhadap pernikahan dan komitmen. Setelah itu, terapis akan membantu Anda untuk mengganti citra negatif tersebut dengan pemikiran yang lebih positif.
Psikoterapi lainnya yang juga ampuh untuk mengatasi fobia adalah terapi paparan.
Pada kasus fobia terhadap pernikahan dan komitmen, Anda akan diajak berdiskusi tentang pernikahan dan juga komitmen. Paparan dilakukan secara teratur dan bertahap agar Anda akan semakin terbiasa dan perlahan ketakutan terhadap pernikahan akan hilang.
Terapi keluarga dapat dilakukan bersamaan terapi yang sudah disebutkan di atas. Terapis akan bekerja sama dengan keluarga dan membuat keluarga mengerti tentang kondisi pasien yang mengalami fobia.
Terkadang gejala cemas dapa menjadi serius pada fobia, sehingga obat-obatan mungkin diresepkan untuk membantu mengatasi gejala. Namun obat-obatan bukan termasuk pilihan yang umum dalam mengatasi gamofobia.
Umumnya psikoterapi sudah dapat membantu mengatasi kondisi ini, sehingga obat-obatan tidak diperlukan.
Itu dia penjelasan lengkap tentang apa itu gamophobia dan bagaimana cara mengatasinya. Pernikahan memang bukan merupakan hal diinginkan semua orang. Terdapat beberapa individu yang memang memilih untuk tidak menikah meskipun tidak memiliki ketakutan terhadap komitmen.
Namun jika Anda memiliki pasangan yang mengalami fobia ini namun sebenarnya menginkan pernikahan, ada baiknya Anda menemani pasangan Anda untuk mendapatkan bantukan profesional. Semoga informasi ini bermanfaat!