Ternyata perilaku selalu terburu-buru dapat mengakibatkan penyakit fisik dan masalah mental. Selain itu, hubungan dengan orang-orang terdekat juga menjadi terganggu. Jika tidak diatasi, akibatnya akan fatal. Perilaku selalu buru-buru dan tidak bisa menerima sesuatu yang berjalan lambat ini lazim disebut hurry sickness.
Hadirnya teknologi tinggi dan cepatnya perpindahan informasi menjadikan manusia membutuhkan kecepatan dalam sebagian besar kegiatan di dalam hidup. Seakan-akan jika terlambat sedikit, maka akan langsung kehilangan kesempatan.
Perilaku selalu terburu-buru, ingin menjadi yang tercepat, tidak sabar, dan tidak bisa menerima sesuatu yang berjalan lambat ini disebut hurry sickness.
Tidak banyak disadari bahwa hurry sickness ini menandakan masalah pola perilaku yang dapat berkembang menjadi masalah kesehatan mental.
Baca Juga: Zeigarnik Effect, Terbayang Pekerjaan yang Belum Selesai
Seseorang yang berperilaku hurry sickness selalu ingin mengerjakan banyak hal dalam waktu sesingkat-singkatnya. Selain itu, ada beberapa ciri hurry sickness yang dapat dilihat dari perilaku seseorang sehari-hari, yaitu:
Berusaha mengerjakan pekerjaan sebanyak mungkin agar bisa mengerjakan pekerjaan lainnya dan dalam waktu secepat mungkin.
Padahal ada pekerjaan yang memerlukan sikap santai dan tenang seperti makan, mengemudi, dan berbelanja. Namun mereka yang menyandang hurry sickness tidak bisa santai bahkan untuk kegiatan-kegiatan sederhana.
Orang yang bersifat terburu-buru merasa tidak nyaman dengan hanya mengerjakan satu tugas saja dalam satu waktu.
Mereka lebih menyukai multitasking. Mereka akan merasa tidak betah hanya fokus terhadap satu pekerjaan apalagi dengan waktu singkat.
Orang dengan tanda-tanda hurry sickness juga tidak menyukai penundaan pekerjaan. Misalnya, saat mengalami macet di jalan, harus antri di bank, antri di ruang tunggu, dan sebagainya. Bila mengalami hal itu maka akan membuatnya cemas, frustasi, atau marah.
Orang dengan sifat terburu-buru seperti tidak mempunyai banyak waktu untuk menyelesaikan berbagai pekerjaan dalam sehari, walaupun sebenarnya dia bisa mengatur jadwal dengan baik tanpa harus buru-buru.
Orang seperti itu tidak peduli berapa banyak pekerjaan yang harus selesai. Dia ibarat mengejar ketertinggalan jadwal.
Hubungan pribadi juga sangat terpengaruh oleh sifat terburu-buru. Misalnya dalam hal berkomunikasi dengan yang lain.
Mereka yang mengalami sifat buru-buru sering menyela lawan bicaranya. Tidak sabar mendengarkan dan sering meloncat ke topik lain sebelum pembicaraan satu selesai.
Baca Juga: Bandwagon Effect dan Pengaruhnya pada Pendirian Seseorang
Sifat selalu terburu-buru dapat mengakibatkan stres karena tubuh dan pikiran selalu di bawah tekanan. Selain itu, buru-buru juga dapat berkembang dan mempengaruhi kesehatan fisik.
Akibat lain dari sifat terburu-buru adalah:
Tidak menutup kemungkinan sewaktu-waktu Anda merasa terburu-buru dalam menyelesaikan pekerjaan. Apalagi di era mobile seperti sekarang yang segala sesuatunya memerlukan penyelesaian serba cepat.
Untuk mengatasi efek negatif hurry sickness, lakukan 5 hal berikut ini:
Yang harus Anda lakukan adalah membuat urutan prioritas untuk melakukan berbagai hal. Tujuannya agar tidak terburu-buru dalam pengerjaannya.
Bagi pekerjaan ke dalam empat kuadran:
Selesaikan pekerjaan berurutan sesuai kuadran tersebut. Sehingga tidak perlu terburu-buru namun semua pekerjaan selesai tepat waktu.
Saat Anda melakukan suatu pekerjaan maka lihatlah tujuan besarnya. Misalnya, membuat laporan bulanan tepat waktu agar pembukuan berjalan lancar. Setelah itu bagilah tujuan besar tersebut ke dalam tujuan-tujuan kecil.
Capailah target sesuai tujuan kecil untuk akhirnya mencapai tujuan besar. Cara ini akan mempermudah pencapaian tujuan, menghemat waktu dan mempermudah pencarian solusi jika terjadi hambatan.
Bagi orang dengan keluhan perilaku terburu-buru, maka pada malam hari juga tetap ingin melakukan suatu pekerjaan.
Seandainya begitu, maka gantilah keinginan tersebut dengan rutinitas santai. Misalnya minum teh dan bercengkrama bersama keluarga, relaksasi, membaca novel, memakai skincare malam, dll.
Sebaiknya ceritakan gejala ini kepada orang terdekat. Mintalah mereka untuk mendukung dan mengingatkan bila Anda mulai kembali terburu-buru atau bila efek hurry sickness mulai terlihat kembali dan tidak terkontrol.
Bagi mereka yang mengalami keluhan sangat parah—misalnya hingga mengganggu pola tidur dan pola makan—tidak masalah jika menemui psikolog. Ajak orang terdekat untuk ikut dalam sesi konsultasi agar dapat membantu dalam usaha perbaikan perilaku ini.
Tanpa terasa perkembangan teknologi dan informasi yang cepat menuntut manusia untuk bekerja lebih cepat. Hal ini telah menjadi faktor penyebab hurry sickness.
Sesekali saat istirahat, menjelang tidur atau di hari libur, tinggalkan ponsel dan agenda. Jalani aktivitas secara pelan dan lebih santai.
Walaupun hurry sickness bukanlah penyakit dan lebih kepada pola perilaku yang salah, namun efeknya tidak bisa diabaikan. Usaha konsisten dan dukungan orang sekitar, yakinlah pola ini dapat diubah.