Efek psikologis bullying bisa sangat berbahaya, memicu trauma, depresi, gangguan kecemasan, hingga gangguan kesehatan mental lainnya. Waspadai apa saja dampak psikologis bullying dalam pembahasan ini!
Bullying atau tindak perundungan merupakan tindakan kekerasan, penekanan, dan pemaksaan baik secara fisik, mental, maupun verbal. Tindakan ini dapat terjadi antar orang dewasa, antar anak-anak, maupun dari orang dewasa ke anak. Sedihnya bagi anak, dampak psikologi bullying dapat terbawa hingga dewasa.
Dilansir dari StopBullying.Gov, efek dari perundungan dapat mempengaruhi semua yang terlibat. Baik korbannya, pelaku, maupun saksi tindakan tersebut. Dampak psikologi bullying anak sangat berpengaruh kepada kesehatan mental. Mulai dari gangguan ringan hingga yang berat seperti dorongan bunuh diri atau narkoba.
Secara khusus dampak perundungan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu dampak psikologi bagi korban, bagi pelaku, dan bagi saksi yang melihat kejadian tersebut.
Terutama pada anak, dampak psikologi bullying dapat berkembang menjadi serangan panik, depresi, PTSD (Post Traumatic Syndrome Disorder), serta sindrom kecemasan. Pada umumnya, dampak psikologis korban bullying tersebut memiliki gejala-gejala awal sebagai berikut:
Hal-hal ini akan terus terasa dan semakin parah hingga dewasa jika tidak mendapat penanganan segera. Dilansir dari laman Forbes, korban bullying anak-anak sangat berpotensi mengalami depresi, dorongan bunuh diri, serta agorafobia.
Agorafobia merupakan ketakutan berlebihan terhadap perasaan terjebak di tempat umum. Rasa tidak bisa melarikan diri dan panik karena khawatir tidak mendapatkan pertolongan. Dampak psikologi ini juga sering terlihat pada kesehatan korban. Hal ini disebut dengan gangguan psikosomatis, misalnya anak akan terserang sakit kepala hebat atau mual-mual setiap kali akan pergi ke sekolah.
Pelaku juga tidak akan lepas dari dampak psikologi bullying hingga dewasa. Mereka yang sering melakukan perundungan saat masa anak-anak dan remaja lebih rentan terjebak di dalam tindak kekerasan saat dewasa. Termasuk tindak kriminal, penyalahgunaan narkoba, memiliki sifat abusive, dan destruktif kepada pasangan dan anak-anaknya kelak.
Anak-anak atau seseorang yang menjadi saksi perundungan akan merasakan dampak psikologi berupa rasa tidak percaya diri, kecanduan alkohol, dan narkoba saat dewasa. Mereka juga cenderung mengalami kegagalan di sekolah, sering membolos dan dikejar rasa bersalah yang menyiksa.
Tidak heran bahwa sebagian saksi perundungan pun bisa diserang depresi dan kecenderungan sindrom kecemasan di masa depan.
Walaupun tidak semua kasus depresi dan bunuh diri berasal dari trauma perundungan masa kecil, orang dewasa tetap harus waspada. Keinginan bunuh diri bisa saja berasal dari masalah di dalam keluarga, kejadian traumatis, atau masalah kejiwaan. Namun perundungan tetap bisa menjadi salah satu penyebabnya.
Orang-orang di sekitar anak harus melakukan langkah-langkah tepat agar anak bisa lepas dari bayang-bayang kejadian perundungan. Baik anak yang menjadi korban perundungan, pelakunya, maupun saksi-saksi peristiwa tersebut.
Ketiga hal ini adalah pelajaran mutlak yang harus dilatih setiap orang tua di rumah. Anak yang tahu adab dan memiliki empati kecil kemungkinan akan menjadi pelaku perisakan.
Setiap anak harus memiliki keberanian untuk membela diri saat dirundung, termasuk berkata tidak atau menolak, melaporkan kepada guru dan orang dewasa di sekitarnya, serta tindakan membela diri lainnya.
Tidak salah pula orang tua membekali anak dengan ilmu bela diri. Tentunya dengan penekanan bahwa kemampuan bela diri bukan digunakan untuk menindas anak lainnya, melainkan untuk melindungi diri dari kekerasan yang dilakukan orang lain.
Tidak semua anak berani speak up terhadap perisakan yang mereka alami. Orang tua harus peka melihat perubahan sikap anak. Apakah anak terlihat lebih murung, menolak bermain keluar, sulit berkonsentrasi, atau mendadak sakit bila saatnya pergi sekolah.
Anak juga bisa saja menjadi lebih agresif dan pemarah. Beberapa anak takut terbuka karena diancam. Jangan lupa pula melihat dengan jeli apakah ada luka di tubuh anak.
Bonding yang erat akan membuat anak lebih berani dan nyaman untuk terbuka kepada orang tua atau saudara yang lebih besar. Hal ini akan memudahkan orang tua untuk mengetahui kejadian yang menimpanya di sekolah.
Setiap tindakan perundungan harus diberi tindakan. Baik itu peringatan lisan, sesi konsultasi, maupun tindakan lain yang lebih tegas secara hukum. Tentunya dipertimbangkan menurut tingkat perisakan yang dilakukan.
Baik pelaku, korban, maupun saksi dapat terkena dampak psikologi bullying. Maka jika anak telah menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau mulai terganggu proses perkembangannya, segera kunjungi tenaga profesional.
Beberapa anak korban bullying tidak langsung menunjukkan efek psikologi yang nyata setelah perundungan. Namun orang tua tetap harus waspada. Tidak ada salahnya mengajak anak mengikuti sesi konseling untuk memastikan dirinya memang baik-baik saja.
Perundungan, apapun bentuknya tidak bisa dibenarkan. Baik orang tua, guru, hingga masyarakat harus bekerja sama untuk mencegah hal ini terjadi. Apalagi dampak psikologi bullying dapat terus bertahan hingga anak dewasa.