Tunadaksa berasal dari kata tuna dan daksa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tuna memiliki arti rusak/cacat, sedangkan daksa memiliki arti badan/tubuh. Ketahui penjelasan lengkap mengenai penyebab hingga karakteristik tuna daksa.
Tuna daksa adalah kondisi di mana kemampuan fisik seseorang untuk melakukan aktivitas secara mandiri seperti berjalan, mandi, buang air, dan lain-lain menjadi terbatas. Gangguan yang bisa terjadi sementara atau permanen ini disebabkan oleh keadaan yang berbeda-beda.
Sementara menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa, arti tunadaksa yaitu seseorang yang memiliki cacat fisik, tubuh atau cacat ortopedi. Selain itu, keadaan ini juga dapat dikelompokkan menjadi dua bagian bagian besar: kelainan pada sistem serebral (cerebral system) dan kelainan pada sistem otot serta rangka (musculoskeletal system).
Pada dasarnya, keadaan ini dapat dibedakan menjadi tiga penyebab. Terjadi sebelum anak lahir (prenatal), saat kelahiran (neonatal), dan setelah anak lahir (postnatal).
Kelainan fungsi anggota tubuh yang terjadi sebelum bayi lahir atau ketika dalam kandungan pada umumnya disebabkan oleh faktor genetik dan kerusakan pada sistem saraf pusat.
Sedangkan faktor yang menyebabkan kelainan selama dalam kandungan adalah anoxia prenatal (disebabkan oleh pemisahan bayi di plasenta), penyakit anemia, kondisi jantung yang gawat, shock, percobaan aborsi, gangguan metabolisme pada ibu, dan faktor rhesus.
Tunadaksa yang terjadi saat kelahiran umumnya disebabkan karena posisi bayi sungsang, pinggul ibu yang terlalu kecil, pendarahan pada otak saat kelahiran, kelahiran prematur, atau gangguan plasenta.
Keterbatasan fisik yang disebabkan setelah lahir umumnya disebabkan karena faktor penyakit seperti meningitis, ensefalitis, influenza, difteri, pertusis, dll. Sedangkan faktor kecelakaan, seperti pertumbuhan tubuh atau tulang yang tidak sempurna.
Disabilitas fisik memengaruhi orang secara berbeda-beda. Berikut dua kelompok utama penyandang disabilitas, di antaranya:
Kondisi ini memengaruhi sendi, tulang dan otot. Hal ini membuat Anda memiliki risiko deformitas anggota badan seperti osteogenesis imperfecta (penyakit tulang rapuh) dan muscular dystrophy (kelemahan otot).
Gangguan fisik ini ini mengakibatkan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan bagian tubuh karena kelainan bentuk, penyakit, atau degenerasi yang memengaruhi otot/tulang.
Contoh umum gangguan ini termasuk nyeri punggung dan leher, osteoartritis, patah tulang yang terkait dengan kerapuhan tulang, dan kondisi peradangan seperti rheumatoid arthritis.
Ini adalah keadaan yang didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menggerakkan bagian tubuh yang terkena akibat penyakit, degenerasi, atau gangguan pada sistem saraf, yang mengakibatkan gangguan fisik.
Contoh umum gangguan ini termasuk cerebral palsy, spina bifida, stroke, cedera tulang belakang, cedera kepala, dan poliomielitis.
Pada umumnya, penyandang tuna daksa mengalami gangguan psikologis karena kondisi fisik yang dialaminya. Disamping karakteristik tersebut terdapat problem lain yang biasanya memengaruhi karakteristik penderita, di antaranya:
Karakteristik anak tuna daksa bisa terlihat dari kemampuan kognitifnya. Empat aspek yang memengaruhi perkembangan kognitif adalah:
Karakter ini bisa terlihat dengan menggunakan beberapa tes khusus. Tes tersebut antara lain hausserman test (untuk tunadaksa ringan), illinois test, dan peabody picture vocabulary test.
Karakteristik tunadaksa ini terlihat dari munculnya perasaan frustasi akibat keterbatasan fisik yang dialami. Apalagi ditambah dengan perlakuan orang-orang terhadap penyandang disabilitas menyebabkan dirinya berbeda dari orang lain.
Efek tidak langsung yang dihadapi ini menimbulkan sifat harga diri yang rendah, menurunnya rasa percaya diri, serta menghambat kreativitas.
Secara umum perkembangan fisik seseorang dengan kondisi ini hampir sama dengan orang normal pada umumnya, kecuali pada bagian-bagian tubuh yang mengalami kerusakan atau terpengaruh oleh kerusakan tersebut.
Penyandang tunadaksa sering kali menganggap ketidaksempurnaan anggota tubuhnya membuat potensi yang dimilikinya tidak utuh.
Jika gangguan fisik yang terjadi dipengaruhi oleh penyakit polio, hal tersebut akan memengaruhi perkembangan bahasa dan bicara. Namun lain halnya jika terkait dengan cerebral palsy, keadaan membuat penderita kesulitan mengatur artikulasi, phonasi, dan sistem respirasi.
Perawatan tergantung pada penyebab, jenis, perluasan penyakit, atau seberapa parah cedera. Program rehabilitasi direncanakan untuk membantu individu mengatasi kondisi awal yang tidak stabil, mencegah memburuknya kondisi medis, dan mengelola disabilitasnya dengan percaya diri.
Beberapa program rehabilitasi meliputi:
Menurut Marja, staf pengajar di Fakultas Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Luar Biasa Universitas Negeri Jakarta, pendidikan untuk anak dengan kondisi ini harus memperhatikan sejumlah aspek, antara lain: