Kerusakan pada otak dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Salah kerusakan otak yang dapat terjadi akibat faktor eksternal disebut dengan trauma otak atau cedera otak traumatis. Kondisi ini bisa ringan dan dapat pulih dengan sendirinya atau dapat juga menjadi berat dan berisiko tinggi untuk kesehatan. Berikut adalah berbagai hal yang perlu Anda ketahui tentang trauma otak!
Trauma otak atau cedera otak traumatis adalah kondisi kerusakan otak yang diakibatkan oleh pukulan keras atau guncangan di kepala atau adanya objek dari luar yang menembus jaringan otak. Gejala trauma otak dapat berbeda, bergantung pada tingkat keparahannya yaitu ringan, sedang atau berat.
Trauma otak atau cedera otak traumatis ringan dapat memengaruhi sel-sel otak sementara waktu. Sedangkan trauma otak sedang hingga berat dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius seperti memar, sobeknya jaringan otak, pendarahan, dan kerusakan fisik lainnya pada otak.
Trauma otak dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, koma, bahkan hingga kematian.
Penyebab trauma otak secara umum adalah pukulan atau sentakan keras pada kelapa. Berikut adalah beberapa kondisi yang mungkin dapat memicu terjadinya cedera otak traumatis:
Trauma otak dapat terjadi pada siapa saja, namun jika melihat pada penyebabnya, terdapat beberapa kelompok orang yang mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena trauma otak. Kelompok yang termasuk memiliki risiko tinggi adalah seperti anak-anak usia 0-4 tahun, lansia di atas 60 tahun, usia 15-24 tahun, dan juga jenis kelamin laki-laki.
Otak dapat dikatakan sebagai organ paling berpengaruh dalam tubuh. Kerusakan pada otak dapat memberikan efek pada fisik maupun psikologis seseorang. Jika dirangkum, berikut adalah gejala trauma otak yang paling umum muncul:
Gejala yang muncul pada setiap orang dapat berbeda-beda. Semakin parah kondisi trauma, semakin banyak dan parah juga gejala yang mungkin muncul.
Jika Anda atau anggota keluarga Anda mengalami gejala yang mengindikasikan trauma otak atau cedera otak traumatis, segera bahwa ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa kondisinya.
Diagnosis trauma otak dimulai dengan pemeriksaan yang sistematis di ruang gawat darurat. Pemeriksaan fungsi jantung dan paru umumnya menjadi yang pertama untuk diperiksa. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan diikuti dengan pemeriksaan neurologis.
Berikut adalah tes yang biasanya dilakukan untuk diagnosis cedera otak traumatis:
Penanganan trauma otak menyesuaikan dengan keparahan cedera. Berikut adalah langkah yang mungkin dilakukan untuk menangani cedera otak traumatis:
Trauma otak ringan dapat diatasi dengan istirahat dan pemberian obat penghilang rasa sakit untuk mengatasi gejala. Aktivitas fisik dan berpikir sebaiknya dibatasi untuk menghindari kondisi yang lebih parah. Pasien dapat beraktivitas seperti biasa kembali apabila dokter sudah memperbolehkan.
Perawatan ini dilakukan untuk cedera otak traumatis sedang hingga parah. Perawatannya berfokus memastikan pasien mendapatkan cukup oksigen dan pasokan darah, menjaga tekanan darah, dan mencegah terjadinya cedera lanjutan pada kepala dan leher.
Pasien dengan trauma otak berat juga mungkin mengalami cedera lain yang perlu ditangani. Perawatan bertujuan untuk meminimalkan kerusakan sekunder akibat peradangan, pendarahan, dan berkurangnya pasokan oksigen ke otak.
Obat-obatan juga mungkin diberikan untuk membatasi kerusakan sekunder pada otak. Beberapa jenis obat-obatan yang umum diberikan adalah seperti:
Tindakan operasi juga mungkin dibutuhkan dalam beberapa kasus trauma otak. Operasi umumnya dilakukan dengan tujuan seperti berikut ini: