Trakhoma adalah salah satu masalah pada mata yang disebabkan oleh infeksi. Ketahui lebih lanjut mengenai kondisi ini mulai dari gejala, penyebab, pengobatan, hingga komplikasi dan pencegahannya.
Trakhoma adalah penyakit mata yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Adalah Chlamydia trachomatis, nama bakteri yang menjadi ‘biang keladi’ dari kondisi yang menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO ) ini merupakan penyakit infeksi utama yang menyebabkan kebutaan (blindness). Penyakit trakhoma (trachoma) sifatnya menular. Artinya, seseorang yang menderita infeksi ini bisa menularkannya kepada orang lain. Selain itu, infeksi juga dapat terjadi apabila yang bersangkutan menyentuh mata dengan tangan, sementara pada tangannya terdapat bakteri Chlamydia trachomatis ini.
Trachoma bermula ketika pada mata—atau kelopak mata—mengalami ciri atau gejala berikut ini:
Kelopak mata bagian atas menjadi area yang paling terdampak infeksi. Pada perkembangannya, infeksi juga menyerang kelenjar air mata. Ciri-ciri infeksi trakhoma sudah sampai ke kelenjar mata adalah mata menjadi kering. Hal ini diakibatkan oleh berkurangnya produksi air mata akibat infeksi yang terjadi. Kondisi tersebut juga lantas akan menyebabkan gejala lainnya semakin bertambah parah.
Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala-gejala di atas guna memastikan kondisi. Pasalnya, gejala yang dialami bisa saja merupakan pertanda dari masalah kesehatan lainnya. Penanganan medis perlu dilakukan pada kasus trachoma ini karena jika tidak dampaknya akan sangat berbahaya.
Penyebab trakhoma adalah infeksi bakteri Chlamydia trachomatis. Bakteri ini termasuk ke dalam jenis bakteri gram negatif yang bersifat parasit dan tumbuh di dalam jaringan tubuh. Akan tetapi, ada 2 (dua) jenis bakteri lainnya yang disinyalir turut menjadi penyebab infeksi mata yang satu ini, yaitu:
Bakteri-bakteri tersebut lantas bisa berpindah dari satu individu ke individu lainnya, baik melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Penularan melalui kontak langsung bisa dari cairan mata atau sentuhan tangan. Sementara kontak tidak langsung melalui sejumlah medium seperti handuk dan pakaian.
Ada sejumlah faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena trachoma. Faktor-faktor tersebut meliputi:
Dalam mendiagnosis gangguan medis yang satu ini, dokter akan melakukan pemeriksaan yang terdiri dari 3 (tiga) tahapan, yaitu:
Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien. Tahapan ini bertujuan untuk mengetahui riwayat medis dan gaya hidup pasien. Pertanyaan biasanya meliputi:
Tahapan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Pada tahap ini, dokter akan secara langsung memeriksa kondisi mata pasien dengan bantuan cahaya. Pemeriksaan fisik bertujuan untuk menganalisis lebih jauh mengenai penyakit yang dialami oleh pasien. Karena trachoma memiliki sejumlah gejala khas, maka pemeriksaan fisik perlu dilakukan guna membantu dokter memastikan kondisi. Akan tetapi, ada kalanya pemeriksaan fisik harus tetap dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang.
Pada tahap ini, dokter akan melakukan biopsi, yakni mengambil sampel cairan mata pasien untuk selanjutnya diteliti di laboratorium. Hasil penelitian nantinya akan menunjukkan apakah memang ada infeksi bakteri Chlamydia trachomatis maupun bakteri lainnya yang menjadi penyebab masalah pada mata pasien.
Hasil diagnosis—apabila positif trachoma—juga nantinya akan menentukan seberapa parah kondisi yang dialami pasien yang mana hal ini menentukan metode pengobatan. Menurut WHO, ada 5 (lima) tingkat keparahan pada kasus ini, yaitu:
Pengobatan trakhoma terdiri dari dua metode, yaitu:
Pada kasus trachoma yang masih ringan, dokter akan meresepkan obat-obatan antibiotik guna mengatasi infeksi yang terjadi. Obat antibiotik yang diberikan biasanya adalah:
Apabila trachoma yang diderita pasien sudah tergolong parah, tindakan medis berupa operasi biasanya menjadi jalan yang akan ditempuh oleh dokter. Jenis operasi yang dilakukan adalah operasi rotasi kelopak mata (tarsal bilamellar rotation). Dalam operasi rotasi kelopak mata ini, dokter membuat sayatan di kelopak mata yang memiliki luka dan memutar bulu mata menjauh dari kornea. Prosedur ini membatasi perkembangan jaringan parut kornea dan dapat membantu mencegah hilangnya penglihatan lebih lanjut. Jika kornea mengeruh sehingga merusak penglihatan secara serius, transplantasi kornea mungkin menjadi pilihan guna mengembalikan fungsi penglihatan. Sayangnya, prosedur ini acap kali tidak memberikan hasil yang diinginkan. Pada beberapa kasus, dokter juga akan menghilangkan bulu mata pasien (epilasi). Prosedur ini biasanya dilakukan berulang kali. Metode pengobatan lainnya—jika operasi bukan pilihan yang tersedia— adalah memasang perban perekat di bulu mata agar tidak menyentuh mata. Namun, cara ini sifatnya hanya sementara.
Seperti yang sudah disampaikan di awal, trachoma bukanlah infeksi mata biasa. Apabila tidak segera ditangani, penyakit ini dapat berujung pada komplikasi kebutaan. Data dari WHO menunjukkan ada sekitar 1,9 juta orang yang menderita penyakit ini di seluruh dunia. Sementara itu, 137 juta orang dikatakan berisiko untuk mengalami kebutaan akibat trachoma karena tinggal di wilayah yang menjadi endemi. Kabar buruknya, kebutaan tersebut bersifat permanen dan tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, penanganan medis sedini mungkin menjadi suatu keharusan sebelum kondisi bertambah buruk.
Cara mencegah trakhoma adalah dengan menjaga kebersihan diri sendiri maupun lingkungan. Beberapa hal yang bisa Anda lakukan adalah sebagai berikut: