Strongyloidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing gelang yang merupakan salah satu jenis parasit. Ketahui lebih lanjut mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, cara mengobati, hingga pencegahannya!
Strongyloidiasis adalah infeksi akibat cacing gelang atau nematoda. Kondisi ini banyak ditemukan di negara beriklim tropis dan sub-tropis, termasuk Indonesia.
Strongyloidiasis akut umumnya menimbulkan gejala di beberapa organ yang terinfeksi seperti kulit, paru-paru, dan saluran pencernaan. Kemudian untuk strongyloidiasis kronik umumnya tidak menimbulkan gejala.
Berdasarkan organ yang terinfeksi, gejalanya dibagi menjadi:
Reaksi kulit lokal merupakan salah satu gejala strongyloidiasis akut yang timbul segera setelah larva cacing gelang masuk ke dalam tubuh melalui. Gejala yang ditimbulkan berupa ruam kemerahan atau urtikaria yang disertai gatal. Reaksi kulit ini dapat bertahan hingga beberapa minggu.
Setelah cacing gelang masuk ke dalam tubuh, maka larva cacing gelang akan berpindah ke organ paru-paru dan menimbulkan gejala yang menyerupai bronkitis, seperti batuk dan mengi. Gejala lain yang dapat muncul adalah iritasi pada trakea.
Pada saluran cerna, gejala muncul 2 minggu setelah proses infeksi dimulai. Gejala yang muncul berupa diare, kosnstipasi, dan nyeri abdomen.
Kemudian berdasarkan tahapan klinisnya, strongyloidiasis dibagi menjadi:
Meskipun strongiloidasis umumnya menunjukkan gejala yang ringan, namun pada kondisi dimana seseorang mengalami kondisi imun yang lemah atau imunodefisiensi, gejala yang timbul dapat berat dan mengancam nyawa.
Strongiloides stercoralis merupakan salah satu spesies cacing gelang yang termasuk ke dalam genus Strongiloides. Proses infeksi terjadi akibat adanya kontak kulit dengan larva Strongiloides stercoralis yang terdapat di dalam tanah.
Secara garis besar, siklus hidup Strongiloides stercoralis adalah:
Beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan strongyloidiasis adalah:
Diagnosis dilakukan apabila ditemukan adanya cacing gelang pada feses, cairan tubuh atau jaringan tubuh. Pemeriksaan baku emas strongyloidiasis menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC) adalah pemeriksaan mikroskopik serial dengan bahan pemeriksaan yaitu feses.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain yang diperlukan adalah:
Yang termasuk ke dalam metode deteksi langsung adalah pemeriksaan mikroskopik apusan feses, kultur feses, aspirasi atau biopsi usus halus dan usus dua belas jari. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya larva atau telur Strongiloides stercoralis. Larva Strongiloides stercoralis umumnya ditemukan di feses pada minggu ke-3 – minggu ke-4 setelah proses infeksi dimulai.
Yang termasuk ke dalam metode deteksi tidak langsung adalah pemeriksaan serologi, seperti ELISA dan IFAT. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya antibodi dalam tubuh terhadap Strongiloides stercoralis.
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk melihat hitung jenis eosinofil. Pada umumnya ditemukan kadar eosinofil yang tinggi atau eosinofilia.
Tujuan pengobatannya adalah untuk mengatasi gejala yang timbul dan mencegah komplikasinya. Pilihan obat strongyloidiasis yang utama adalah Ivermectin. Obat lain yang juga dapat digunakan adalah Tiabendazol dan Albendazol.
Meskipun belum ada program khusus dari World Health Organization (WHO) untuk mencegah terjadinya strongyloidiasis di negara-negara endemis, salah satu hal yang dianggap mungkin dapat mencegah penyakit ini adalah: