Sindrom iritasi usus besar adalah gangguan pada usus besar dengan gejala sakit perut, kram, kembung, dan diare yang memengaruhi seseorang dalam jangka panjang. Cara mengatasi kondisi ini adalah dengan mengatur pola makan, gaya hidup dan stres. Ketahui apa itu sindrom iritasi usus besar, gejala, penyebab, dll.
Sindrom iritasi usus besar adalah gangguan pada sistem pencernaan yang memengaruhi usus besar dengan gejala umum seperti sakit perut, kram perut, kembung, sembelit, atau diare.
Sindrom iritasi usus besar atau yang disebut juga irritable bowel syndrome (IBS) dapat kambuh kapan saja atau bertahan selama berhari-hari hingga berbulan-bulan. Beberapa kondisi kronis bahkan berlangsung jangka panjang hingga berdampak buruk pada kehidupan sehari-hari.
Tidak diketahui apa penyebabnya, namun kondisi ini dikaitkan dengan saraf usus yang terlalu sensitif, pengaruh stres, atau penyakit keturunan. Kondisi ini tidak memicu risiko kanker gastrointestinal dan dapat dikendalikan dengan perubahan pola makan dan gaya hidup sehat.
Gejala sindrom iritasi usus besar pada setiap orang berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahannya. Gejala umum meliputi:
Sementara gejala IBS pada wanita lebih sering muncul di sekitar masa menstruasi dan memburuk saat sedang menstruasi. Wanita menopause mengalami gejala yang lebih ringan. Beberapa wanita hamil mengatakan bahwa gejala IBS meningkat selama masa kehamilan.
Orang yang mengalami gangguan usus besar ini akan memiliki episode gejala sembelit dan diare yang memburuk karena dipicu oleh makanan dan minuman tertentu. Gejala mungkin juga membaik dalam beberapa waktu dan kambuh lagi tiba-tiba.
Segera konsultasi dengan dokter apabila Anda mengalami perubahan kebiasaan buang air besar atau masalah pencernaan yang memburuk dari waktu ke waktu dengan gejala yang meliputi:
Apabila tanda-tanda tersebut juga dibarengi dengan rasa nyeri perut yang juga tidak membaik setelah kentut dan buang air besar, maka segera hubungi dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Penyebab sindrom iritasi usus besar sampai saat ini belum diketahui, namun beberapa faktor ini dipercaya memengaruhi pemicu, yaitu:
Lapisan otot pada dinding usus mungkin berkontraksi saat proses menyalurkan makanan di saluran pencernaan.
Kontraksi yang terlalu kuat dan lama akan memicu gas bertumpuk di saluran pencernaan hingga menyebabkan perut kembung atau diare. Konstruksi tersebut juga membuat proses pengolahan makanan menjadi lebih lama dan sisa makanan menjadi tinja yang keras dan kering.
Seseorang yang memiliki kelainan sistem saraf dapat berdampak buruk pada kesehatan usus dan perat. Sinyal pada otak dan perut tidak terkoordinasi dengan baik sehingga tubuh bereaksi berlebihan terkait sistem pencernaan yang menyebabkan sembelit, diare, atau sakit perut.
Peningkatan sel imun pada usus besar akan berpengaruh pada sistem kekebalan tubuh terkait sakit perut atau diare. Sistem imun berperan untuk melawan virus, bakteri, atau kuman berbahaya di sistem pencernaan dan mengeluarkannya dalam bentuk reaksi sakit perut tersebut.
Gangguan pada usus besar juga dapat terjadi setelah seseorang mengalami diare parah akibat virus atau bakteri tertentu. Kondisi ini juga dikaitkan dengan pertumbuhan bakteri jahat berlebihan di usus.
Mikroflora adalah sebutan untuk bakteri baik dalam usus yang berperan untuk menjaga kesehatan pencernaan. Bakteri mikroflora mungkin mengalami perubahan atau berbeda pada penderita sindrom iritasi usus besar.
Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa faktor, sebagai berikut:
Makanan dan minuman tertentu seperti kacang-kacangan, kol, gandum, produk olahan susu, buah jeruk, minuman berkarbonasi, minuman beralkohol, dan susu dapat meningkatkan gejala tersebut.
Penderita gangguan usus besar akan mengalami gejala yang meningkat dan memburuk saat sedang stres. Sangat penting untuk mengelola stres karena akan berpengaruh pada kondisi kesehatan lainnya.
Wanita memiliki risiko dua kali lebih tinggi mengalami kondisi ini karena pengaruh hormon tertentu. Gejalanya juga akan meningkat saat mendekati masa menstruasi atau selama masa menstruasi berlangsung.
Faktor lain yang memengaruhi adalah orang dengan usia di bawah 50 tahun, penyakit keturunan, dan seseorang yang memiliki masalah dengan kesehatan mental.
Awalnya, dokter akan bertanya beberapa poin seputar gejala yang Anda rasakan, meliputi:
Dokter akan melakukan diagnosis berdasarkan gejala yang Anda alami. Dokter juga akan mengambil sampel feses untuk observasi lebih lanjut dan melakukan pemeriksaan darah untuk memeriksa apakah Anda juga punya gejala anemia.
Dalam beberapa kondisi, pemeriksaan lain mungkin dibutuhkan, meliputi:
Dokter mungkin akan menyarankan pemeriksaan lain berdasarkan gejala, penyebab, dan kondisi Anda.
Sejauh ini, pengobatan terbaik adalah dengan menjaga pola makan dan perubahan gaya hidup. Berikut ini cara mengatasi sindrom iritasi usus besar:
Kontrol gejala dengan pola makan dan pola hidup sehat, serta mengelola stres dengan cara berikut:
Menjalani pola makan sehat akan membantu mengurangi gejala dengan efektif.
Dokter akan menyarankan untuk menghindari beberapa jenis makanan dan minuman, seperti:
Kandungan ini terdapat dalam biji-bijian, sayuran, buah-buahan dan produk susu tertentu. Konsultasikan lagi pada dokter Anda makanan apa yang sebaiknya dihindari untuk mencegah gejala kambuh.
Dokter akan menyarankan beberapa obat-obatan untuk mengontrol gejala terutama apabila Anda memiliki gejala stres dan depresi, sebagai berikut:
Konsultasi pada dokter apabila gejala memburuk yang disebabkan oleh peningkatan stres atau gejala depresi.
Tidak ada obat khusus karena kondisi ini harus diatasi berdasarkan gejala dan penyebabnya, namun beberapa obat ini umum digunakan untuk membantu mengatasi gejala, yaitu:
Dokter akan memberikan resep dokter yang sesuai dengan kondisi Anda untuk mengontrol agar gejala tidak memburuk.
Sindrom iritasi usus besar adalah gangguan kesehatan pencernaan yang sulit dicegah, namun Anda dapat meminimalisirnya dengan menerapkan pola makan dan pola hidup sehat. Setiap orang membutuhkan sekitar 25-30 gram serat per hari yang didapat dari alpukat, apel, pisang, buah bit, almond, dll. Selain itu, berolahraga secara teratur juga membantu melancarkan sistem pencernaan.