DokterSehat.Com – Radang vagina atau vaginitis adalah peradangan pada vagina yang dapat menyebabkan keluarnya cairan, gatal, dan nyeri. Kondisi ini ini bisa memengaruhi vulva, yang merupakan bagian eksternal alat kelamin wanita. Pada umumnya, vaginitis adalah gangguan vagina yang sering terjadi pada wanita saat memasuki masa subur.
Radang vagina biasanya terjadi karena adanya perubahan keseimbangan bakteri yang ada di dalam vagina. Berbagai jenis vaginitis antara lain:
Pada kasus yang jarang terjadi, radang vagina bisa disebabkan oleh gonorrhea, chlamydia, mycoplasma, herpes, campylobacter, parasit dan kebersihan vagina yang buruk.
Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai vaginitis, di antaranya:
Penyebab paling umum dari radang vagina atau vaginitis adalah dari perubahan bakteri normal yang ditemukan di vagina. Biasanya, bakteri yang ditemukan di vagina (lactobacilli) kalah jumlah dengan bakteri lain (anaerob). Jika bakteri anaerob menjadi terlalu banyak, hal tersebut bisa mengganggu keseimbangan bakteri, sehingga menyebabkan vaginosis bakteri.
Vaginitis jenis ini tampaknya terkait dengan hubungan seksual—terutama jika Anda memiliki banyak pasangan seks.
Kondisi ini terjadi ketika ada pertumbuhan berlebih dari organisme jamur, biasanya C. albicans di vagina. C. albicans juga menyebabkan infeksi pada area lembap lainnya dari tubuh Anda, seperti di mulut, lipatan kulit dan kuku. Bahkan, jamur ini juga dapat menyebabkan ruam popok.
Infeksi menular seksual yang umum ini disebabkan oleh parasit mikroskopis satu sel yang disebut Trichomonas vaginalis. Organisme ini menyebar selama hubungan seksual dengan seseorang yang memiliki infeksi.
Pada pria, organisme biasanya menginfeksi saluran kemih, tetapi sering kali tidak menimbulkan gejala. Pada wanita, parasit biasanya menginfeksi vagina dan meningkatkan risiko wanita terkena infeksi menular seksual.
Semprotan vagina, douche, sabun wangi, deterjen beraroma dan produk spermisida dapat menyebabkan reaksi alergi atau mengiritasi vulva dan jaringan vagina. Benda asing, seperti kertas tisu atau tampon yang tertinggal di dalam vagina dapat mengiritasi jaringan vagina.
Sindrom ini menyebabkan berkurangnya kadar estrogen setelah menopause atau operasi pengangkatan indung telur, sehingga menyebabkan lapisan vagina menipis, menyebabkan iritasi, rasa terbakar dan kering.
Pada dasarnya gejala vaginitis tergantung dari jenis yang Anda miliki, di antaranya:
Pada beberapa kasus, radang vagina yang disebabkan vaginosis bakteri tidak memiliki gejala. Namun, gejala yang bisa dikenali adalah munculnya keputihan tipis berwarna putih atau abu-abu. Selain itu, muncul aroma seperti ikan bisa muncul terutama setelah berhubungan seks.
Vagina akan menghasilkan cairan putih tebal yang bisa terlihat seperti keju cottage. Infeksi ragi biasanya menyebabkan vagina dan vulva menjadi gatal dan merah.
Gejala radang vagina yang disebabkan oleh trikomoniasis adalah rasa nyeri pada vagina dan vulva, serta munculnya rasa terbakar saat buang air kecil. Gejala lain yang bisa dikenali adalah keluarnya cairan dari vagina yang berwarna abu-abu dan memiliki bau tidak sedap.
Selain beberapa gejala seperti di atas, terdapat gejala vaginitis lainnya yang mungkin bisa terjadi, antara lain:
Pengobatan radang vagina tergantung pada penyebabnya. Beberapa pengobatan yang bisa dilakukan termasuk pemberian kortikosteroid topikal potensi rendah yang diterapkan pada kulit, antiobiotik topikal atau oral, antijamur atau krim antibakteri.
Pada kasus vaginosis bakteri, biasanya pengobatan dengan antibiotik seperti metronidazole (Flagyl), atau clindamycin. Sementara pilihan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur termasuk butoconazole dan clotrimazole.
Beberapa pengobatan lainnya yang bisa dicoba, antara lain:
Kebersihan organ intim yang baik dapat mencegah beberapa jenis vaginitis berulang dan dapat meringankan gejala yang dialami. Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah radang vagina, di antaranya:
Sumber: