Semua elemen tubuh tidak lepas dari ancaman penyakit, termasuk saraf motorik. Adanya gangguan pada saraf motorik tentu tidak bisa dibiarkan karena dampaknya bisa sangat negatif. Ketahui lebih lanjut mengenai kondisi ini mulai dari gejala, penyebab, hingga pengobatan dan pencegahannya.
Penyakit saraf motorik adalah istilah untuk mendefinisikan sejumlah macam gangguan medis yang menyerang saraf motorik. Gangguan tersebut menyebabkan saraf motorik mengalami kerusakan. Saraf motorik sendiri merupakan jenis saraf yang berperan dalam mengontrol otot-otot tubuh untuk melakukan berbagai macam aktivitas seperti:
Penyakit saraf motorik atau motor neuron diseases (MND) dapat muncul pada semua usia, tetapi gejalanya biasanya muncul setelah usia 40 tahun. Kondisi ini lebih umum terjadi pada pria ketimbang wanita.
Jenis MND yang paling umum, yakni amyotrophic lateral sclerosis (ALS), dilaporkan oleh ALS Association menyerang hingga 30 ribu orang Amerika pada waktu tertentu, dengan lebih dari 5.600 diagnosis setiap tahunnya.
Beberapa tokoh terkenal yang diketahui menderita ALS antara fisikawan asal Inggris yakni Stephen Hawking. Hawking hidup dengan ALS selama beberapa dekade sebelum akhirnya meninggal dunia pada Maret 2018. Gitaris virtuoso yang menjadi legenda genre musik neo-classical metal yakni Jason Becker adalah contoh lain dari seseorang yang telah hidup dengan ALS selama bertahun-tahun.
Ada beberapa jenis penyakit saraf motorik. Dokter mengklasifikasikannya berdasarkan apakah penyakit bersifat turun-temurun atau tidak, dan neuron motorik mana yang mengalami kerusakan.
Berikut adalah jenis-jenis penyakit saraf motorik yang perlu Anda ketahui:
Jenis penyakit saraf motorik yang berbeda memiliki gejala yang sama, tetapi berkembang dengan kecepatan yang berbeda dan tingkat keparahan yang berbeda-beda.
Ciri dan gejala penyakit saraf motorik terbagi menjadi 3 (tiga) tingkatan yakni awal, menengah, dan lanjutan.
Pada tahap awal, gejala berkembang perlahan dan bisa menyerupai kondisi lain. Gejala akan tergantung pada jenis MND yang dimiliki seseorang dan bagian tubuh mana yang terdampak.
Gejala khas dimulai di salah satu area berikut:
Gejala yang muncul termasuk:
Seiring perkembangan kondisi, gejala awal tetap ada dan menjadi lebih parah. Gejala lainnya yang dialami ketika MND sudah masuk dalam tingkat keparahan menengah adalah sebagai berikut:
Studi menunjukkan bahwa hingga 50 persen orang dengan ALS mungkin mengalami penurunan fungsi otak, termasuk masalah memori dan bahasa. Sekitar 12-15 persen penderita ALS mungkin mengalami demensia. Beberapa orang juga mengalami insomnia, kecemasan, dan depresi.
Pada akhirnya, penderita penyakit ini akan membutuhkan bantuan untuk bergerak, makan, atau bernapas, dan kondisi tersebut dapat mengancam jiwa. Masalah pernapasan pun menjadi penyebab kematian paling umum.
Segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada penyakit saraf motorik ini.
Saraf motorik menginstruksikan otot untuk bergerak dengan mengirimkan sinyal dari otak. Mereka berperan dalam gerakan sadar dan otomatis, seperti menelan dan bernapas. Para ahli percaya bahwa sekitar 10 persen MND adalah keturunan. Sementara lainnya terjadi secara acak.
Akan tetapi, penyebab pasti dari penyakit ini masih tidak jelas. National Institute of Neurological Diseases and Stroke (NINDS) mencatat bahwa faktor genetik, toksik, virus, dan lingkungan lainnya mungkin berperan.
MND dapat terjadi pada orang dewasa atau anak-anak, tergantung pada jenisnya. Ini lebih mungkin terjadi pada pria ketimbang wanita dan biasanya muncul setelah usia 40 tahun.
Berbagai jenis mungkin memiliki faktor risiko yang berbeda. Atrofi otot tulang belakang selalu turun-temurun, tetapi ini tidak berlaku untuk semua bentuk MND. Menurut NINDS, sekitar 10 persen kasus ALS di Amerika Serikat adalah keturunan. Kemungkinan besar muncul pada usia 55-75 tahun.
Mereka juga mencatat bahwa veteran tampaknya memiliki peluang 1,5-2 kali lebih tinggi untuk mengembangkan ALS daripada nonveteran. Ini mungkin menunjukkan bahwa paparan racun tertentu meningkatkan risiko terkena ALS.
Sebuah studi tahun 2012 menemukan bahwa pesepakbola memiliki risiko kematian yang lebih tinggi akibat ALS, penyakit Alzheimer, dan penyakit neurodegeneratif lainnya, dibandingkan dengan orang lain. Para ahli berpikir bahwa ini bisa mengindikasikan adanya hubungan dengan trauma kepala berulang.
Dokter sering kali kesulitan mendiagnosis MND pada tahap awal karena dapat menyerupai kondisi lain, seperti multiple sclerosis (MS).
Jika dokter mencurigai seseorang menderita MND, mereka akan merujuknya ke ahli saraf. Dokter spesialis saraf kemudian akan mencari tahu riwayat kesehatan, melakukan pemeriksaan menyeluruh, dan mungkin menyarankan tes lain, seperti:
Biasanya dokter akan memantau individu tersebut selama beberapa waktu setelah pemeriksaan sebelum memastikan bahwa ia menderita penyakit saraf motorik.
Tidak ada obat untuk benar-benar menyembuhan penyakit saraf motorik, tetapi pengobatan dapat memperlambat perkembangan dan memperbaiki kualitas hidup individu yang mengalaminya. Teknik pengobatan meliputi penggunaan perangkat pendukung dan terapi fisik.
Pilihan metode pengobatan akan bergantung pada faktor-faktor seperti:
Obat-obatan tampaknya efektif untuk memperlambat perkembangan beberapa jenis penyakit saraf motorik. Misalnya, Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui radicava (Edaravone) untuk pengobatan ALS, lalu Spinraza dan Zolgensma untuk mengobati Atrofi otot tulang belakang.
Sementara itu untuk mengatasi gejala kram dan otot kaku, dokter mungkin akan memberikan suntikan botulinum toksin (Botox). Botox memblokir sinyal dari otak ke otot yang kaku selama sekitar 3 bulan.
Baclofen, pelemas otot, dapat membantu meredakan kekakuan otot, kejang, dan menguap. Dokter dapat menanamkan pompa kecil di luar tubuh melalui pembedahan untuk memberikan dosis reguler ke ruang di sekitar sumsum tulang belakang, dari mana ia dapat mencapai sistem saraf. Beberapa orang mungkin menemukan terapi fisik membantu meringankan kram dan kekakuan.
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen, akan membantu meredakan nyeri ringan hingga sedang akibat kram otot sebagai kejang. Dokter mungkin meresepkan obat pereda nyeri yang lebih kuat untuk nyeri sendi dan otot yang parah pada tahap lanjut.
Skopolamin, yang dipakai sebagai penutup, dapat membantu mengatasi air liur. Sementara itu, antidepresan dapat mengatasi gangguan emosional yang oleh dokter disebut labilitas emosional.
Pada waktunya, seseorang mungkin membutuhkan perangkat khusus untuk:
Terapi wicara dan bahasa dapat membantu melatih komunikasi dan menelan. Terapi fisik dan okupasi dapat membantu menjaga mobilitas dan fungsi serta mendorong orang untuk menemukan cara baru untuk melakukan tugas tertentu.