Terbit: 14 December 2020 | Diperbarui: 18 February 2022
Ditulis oleh: dr. Monica Djaja Saputera | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Ruptur ginjal merupakan cedera pada organ ginjal. Kondisi ini merupakan robeknya pembuluh darah secara paksa. Penyebab utamanya yaitu trauma, baik trauma tumpul atau trauma penetrasi. Ketahui pengobatan dan komplikasinya!

Ruptur Ginjal: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll

Apa Itu Ruptur Ginjal?

Ruptur ginjal adalah cedera pada jaringan parenkim atau pembuluh darah ginjal akibat adanya trauma. Perlu diketahui bahwa ginjal adalah salah satu organ yang rentan cedera.

Gejala Ruptur Ginjal

Beberapa gejala yang sering terlihat terdiri dari:

  1. Adanya nyeri tekan di area perut sampai ke pinggang.
  2. Memar atau perubahan warna pada area perut sampai ke pinggang.
  3. Hematuria atau buang air kecil berdarah.
  4. Buang air kecil berkurang atau tidak sama sekali.
  5. Tanda perdarahan organ dalam, seperti pusing, lemah, pandangan kabur, mual, muntah, anemia, tekanan darah menurun, dan penurunan kesadaran.

Penyebab Ruptur Ginjal

Penyebab utama kondisi medis ini adalah adanya trauma dari luar yang berupa:

  1. Trauma tumpul (80% kasus), adalah penyebab paling umum akibat adanya hentakan suatu objek yang langsung mengenai organ tapi tidak merusak kulit. Penyebab trauma tumpul adalah kecelakaan lalu lintas, jatuh, dan cedera akibat olahraga.
  2. Trauma penetrasi (20% kasus), terjadi akibat adanya hentakan suatu objek yang melukai kulit dan masuk ke dalam tubuh. Penyebab trauma penetrasi adalah luka tembak atau luka tusuk.

Diagnosis Ruptur Ginjal

Modalitas diagnostik yang utama adalah Focused Assessment with Sonography for Trauma (FAST). Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai adanya cairan di dalam rongga perut yang menandakan adanya kecurigaan perdarahan organ dalam.

Selain FAST, CT-Scan dengan kontras juga dapat dilakukan untuk menilai derajat kerusakan pembuluh darah ginjal. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan saat pasien sudah dalam kondisi stabil. Pemeriksaan radiologi lain yang dapat dilakukan adalah ultrasonografi (USG), Intravenous Pyelography (IVP), dan Magnetic Resonance Imaging (MRI).

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan hematokrit, kreatinin, dan urine.

 

Pengobatan Ruptur Ginjal

  1. Tata Laksana Non-Operatif, meliputi penanganan awal dengan pemberian cairan untuk menjaga kestabilan kondisi pasien, dan perawatan suportif, seperti transfusi darah, pemantauan kadar hematokrit darah setiap 6-8 jam.
  2. Tata Laksana Operatif, bertujuan untuk mengontrol perdarahan dan mempertahankan ginjal. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan adalah tindakan eksplorasi dengan atau tanpa nefroktomi atau pengangkatan ginjal.

Komplikasi Ruptur Ginjal

Komplikasi yang sering terjadi terdiri dari:

  • Perdarahan
  • Hidronefrosis
  • Pielonefritis kronis
  • Hipertensi post-renal
  • Hematuria
  • Gagal ginjal akut
  • Infeksi saluran kencing
  • Sepsis, dll.

 

  1. Kitrey, N. D., et al. (2018) EAU Guidelines on Urological Trauma. European Association of Urology: 8-17.
  2. Singh, S., Sookraj, K. (2020) Kidney Trauma. [Online]. Available in: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/ [Updated November 30, 2020].


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi