Seperti pada orang dewasa, obesitas pada bayi juga dapat menyebabkan masalah kesehatan, seperti diabetes. Selengkapnya ketahui ciri-ciri, penyebab, pencegahan hingga komplikasinya berikut ini!
Bayi baru lahir tumbuh sangat cepat, terutama di ulang tahun pertamanya. Berat badan bayi baru lahir biasanya berbeda berdasarkan jenis kelamin, berikut di antaranya:
Namun, banyak bayi yang sehat lahir dengan berat badan lebih ringan atau lebih berat dari berat rata-rata tersebut.
Sementara berat badan bayi yang normal, termasuk:
Lantas berapa berat badan bayi baru lahir yang disebut kelebihan berat badan atau obesitas?
Bayi baru lahir dari usia 0-3 bulan dapat disebut obesitas apabila memiliki berat badan di atas 4 kilogram. Oleh karenanya, Bunda harus waspada, sebab kelebihan berat pada si Kecil juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan.
Pada dasarnya bayi dapat melipatgandakan berat badannya dalam waktu kurang dari 6 bulan, dan tiga kali lipat pada usia 1 tahun.
Semua bayi membutuhkan banyak lemak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang cepat. Inilah sebabnya mengapa si Kecil sepertinya selalu lapar.
Bayi dapat menyimpan sebagian dari lemak di bawah kulitnya karena tubuh dan otak yang sedang berkembang membutuhkan energi yang cepat setiap saat. Bayi mungkin memiliki lipatan tubuh atau pipi yang besar dan lembut. Tidak usah khawatir, lemak semacam ini normal dan sehat untuk bayi.
Bayi yang dianggap kelebihan lemak dapat dilihat dari fisik maupun perubahan kebiasaan. Berikut ini ciri-cirinya:
Baca Juga: Obesitas: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan
Ibu dapat berperan dalam berat badan bayi selama kehamilan. Wanita hamil yang memiliki kelebihan berat badan, obesitas, perokok, atau diabetes gestasional lebih mungkin melahirkan bayi yang lebih berat saat lahir atau menjadi kelebihan berat badan di kemudian hari.
Beberapa penelitian di tahun 2019 menunjukkan bahwa bayi yang lahir melalui operasi Caesar yang direncanakan mungkin memiliki peluang lebih tinggi mengalami kelebihan berat badan.
Hal tersebut mungkin karena bakteri ususnya berbeda dari bayi yang lahir normal. Namun, operasi caesar biasanya bukan satu-satunya penyebab bayi obesitas.
Apakah Bunda menyusui bayi atau tidak, mungkin juga berperan dalam berat badan bayi. Biasanya, bayi yang diberi ASI eksklusif mengalami kenaikan berat badan lebih lambat daripada bayi yang diberi susu formula. Jadi, bayi obesitas karena ASI adalah mitos.
Penelitian di tahun 2016 menemukan bahwa ada beberapa alasan memberi susu formula dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang lebih tinggi, termasuk:
Faktor-faktor lain yang menjadi penyebab bayi obesitas:
Baca Juga: Obesitas pada Anak: Penyebab, Cara Mengatasi, Pencegahan, Dll
Obesitas biasanya menyebabkan komplikasi pada kesehatan fisik bayi, berikut di antaranya:
Kondisi kronis ini dapat menghambat cara tubuh bayi menggunakan gula (glukosa). Obesitas dan gaya hidup yang kurang gerak dapat meningkatkan risiko diabetes tipe 2.
Pola makan yang buruk menyebabkan bayi mengalami salah satu atau kedua kondisi ini. Faktor-faktor ini memicu penumpukan plak di arteri, yang menyebabkan arteri menyempit dan mengeras, mungkin menyebabkan serangan jantung atau stroke di kemudian hari.
Berat badan yang berlebih dapat menyebabkan tekanan berlebih pula pada pinggul dan lutut. Obesitas pada bayi dapat menyebabkan rasa sakit dan terkadang cedera pada pinggul, lutut, dan punggung.
Asma adalah masalah pernapasan yang lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak yang kelebihan berat badan. Bayi juga lebih mungkin mengembangkan obstructive sleep apnea (OSA) , gangguan yang berpotensi serius di mana pernapasan bayi berulang kali berhenti dan mulai saat tidur.
Gangguan kesehatan yang biasanya tidak menimbulkan gejala ini, menyebabkan timbunan lemak di hati. NAFLD dapat menyebabkan jaringan parut dan kerusakan hati.
Baca Juga: 10 Gangguan Kesehatan yang Akan Muncul Kalau Obesitas
Kelebihan kadar lemak dan kalori dalam tubuh masih bisa menjadi perhatian untuk bayi dan anak. Misalnya, badan terlalu berat bisa menghambat untuk merangkak dan berjalan, yang merupakan hal penting dari perkembangan fisik dan mental bayi.
Sementara bayi yang bertubuh besar mungkin tidak menjadi anak yang kelebihan berat badan, bayi yang mengalami obesitas biasanya tetap bertahan sampai beranjak dewasa.
Berikut ini cara menjaga berat badan tetap sehat untuk mencegah obesitas pada bayi:
Kenaikan berat badan yang berlebihan selama kehamilan bisa meningkatkan berat badan bayi baru lahir. Penelitian telah menunjukkan bahwa ketika berat badan lahir meningkat, demikian juga risiko obesitas pada masa kanak-kanak.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa menyusui dapat mengurangi risiko obesitas pada bayi dan anak-kanak.
Jus bukan bagian penting dari minuman bayi. Ketika Bunda mulai memperkenalkan makanan padat, pertimbangkan untuk menawarkan buah dan sayuran utuh yang bergizi.
Sebaiknya jangan secara otomatis memberikan ASI atau susu formula ketika bayi menangis. Terkadang hanya diperlukan posisi menggendong, lingkungan yang lebih tenang, atau sentuhan lembut pada bayi.
American Academy of Pediatrics menganjurkan untuk menghindari penggunaan media pada anak-anak di bawah 2 tahun. Misalnya, semakin sering menonton televisi, semakin besar risikonya menjadi kelebihan berat badan.
Itulah penjelasan tentang ciri-ciri obesitas pada bayi hingga pencegahan yang perlu Bunda ketahui. Semoga informasi ini bermanfaat ya, teman Sehat!