Terbit: 16 September 2022
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Aloisia Permata Sari Rusli

Spermatokel adalah kista yang berkembang di epididimis, yaitu saluran pada bagian belakang testis yang membawa sperma dari testis menuju uretra. Keadaan yang juga memiliki sebutan spermatic cysts/kista spermatik ini biasanya tidak memengaruhi tingkat kesuburan pria. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala, penyebab, hingga pengobatan yang bisa Anda lakukan.

Spermatokel: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Apa itu Spermatokel?

Spermatokel adalah kista yang berkembang di epididimis, yaitu struktur yang menghubungkan testis ke vas deferens. Keadaan ini tidak bersifat kanker dan umumnya tidak menimbulkan rasa sakit. Kista sendiri biasanya berisi cairan bening yang mungkin mengandung sperma. Apabila kista tumbuh semakin besar, dokter mungkin menyarankan pembedahan.

Gejala Spermatokel

Keadaan ini biasanya tidak menimbulkan tanda dan gejala khusus karena ukuran kista mungkin tetap stabil. Namun jika ukurannya cukup besar, Anda mungkin merasa:

  • Nyeri atau ketidaknyamanan pada testis yang terkena.
  • Testis terasa berat.
  • Rasa kepenuhan di belakang dan di atas testis.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Spermatokel biasanya tidak menimbulkan gejala, sehingga Anda mungkin menemukannya hanya selama pemeriksaan testis atau dokter mungkin menemukannya selama pemeriksaan fisik rutin.

Segera dapatkan bantuan dari tenaga medis jika Anda mengalami nyeri atau bengkak pada skrotum. Sejumlah kondisi dapat menyebabkan nyeri testis dan beberapa memerlukan perawatan segera.

Penyebab Spermatokel

Penyebab pasti kondisi ini tidak diketahui dengan pasti. Hal ini mungkin terjadi akibat penyumbatan pada salah satu saluran di dalam epididimis. Selain itu, keadaan ini juga tidak bersifat kanker dan tidak meningkatkan risiko kanker testis.

Baca Juga: Retraktil Testis: Ciri-Ciri, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Faktor Risiko Spermatokel

Tidak banyak faktor risiko yang diketahui untuk mengembangkan kista. Namun seorang wanita hamil yang mengonsumsi diethylstilbestrol (DES) untuk mencegah keguguran dan komplikasi kehamilan, memiliki anak yang berisiko tinggi mengalami kista di epididimis.

Diagnosis Spermatokel

Diagnosis dilakukan dengan melakukan pemeriksaan fisik. Meski keadaan ini umumnya tidak menimbulkan rasa sakit, Anda mungkin akan merasakan ketidaknyamanan saat dokter memeriksa (meraba) massa/benjolan tersebut.

Tes lain yang mungkin dilakukan dokter untuk membantu diagnosis, antara lain:

  • Transiluminasi. Prosedur yang melewatkan cahaya melalui skrotum ini diperlukan untuk memeriksa seluruh area dengan jelas. Cahaya akan menunjukkan bahwa massa tersebut berisi cairan, bukan padat.
  • Ultrasonografi. Jika transiluminasi tidak secara jelas menunjukkan kista, USG dapat membantu memberikan gambaran yang lebih jelas. Tes yang menggunakan gelombang suara frekuensi tinggi ini juga dapat digunakan untuk menyingkirkan tumor testis atau penyebab lain pembengkakan skrotum.

Pengobatan Spermatokel

Meskipun keadaan ini sering kali tidak menimbulkan rasa sakit, namun jika rasa sakit itu muncul, dokter mungkin merekomendasikan obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti acetaminophen atau ibuprofen.

Selain dengan obat-obatan, perawatan lain yang bisa Anda lakukan adalah:

Pembedahan

Prosedur yang disebut spermatocelectomy ini umumnya dilakukan pada pasien rawat jalan, menggunakan anestesi lokal atau umum. Dokter bedah membuat sayatan pada skrotum dan memisahkan kista dari epididimis.

Setelah operasi, dokter mungkin juga meminta Anda untuk:

  • Mengompres es selama dua atau tiga hari untuk mengurangi pembengkakan.
  • Minum obat nyeri oral selama satu atau dua hari.
  • Pemeriksaan lanjutan lanjutan antara satu dan tiga minggu setelah operasi.

Kemungkinan komplikasi dari operasi pengangkatan ini dapat memengaruhi kesuburan dan mungkin juga kista bisa muncul lagi bahkan setelah operasi.

Aspirasi, dengan atau tanpa Skleroterapi

Perawatan lain termasuk aspirasi dan skleroterapi, meskipun metode ini jarang digunakan. Selama aspirasi, jarum khusus dimasukkan ke dalam kista untuk mengeluarkan cairan di dalamnya.

Sementara itu, jika kista kambuh, dokter mungkin merekomendasikan untuk menyedot cairan lagi dan kemudian menyuntikkan bahan kimia yang mengiritasi ke dalam kantung (skleroterapi). Agen iritasi ini menurunkan risiko kembalinya kista.

Komplikasi skleroterapi yang bisa terjadi adalah kerusakan epididimis atau munculnya kembali kista.

Melindungi Kesuburan

Pembedahan berpotensi menyebabkan kerusakan pada epididimis atau vas deferens, sementara skleroterapi dapat merusak epididimis yang dapat memengaruhi kesuburan. Kekhawatiran ini dapat membuat prosedur ini mungkin ditunda sampai Anda selesai memiliki anak.

Jika kista menyebabkan ketidaknyamanan sehingga Anda tidak ingin menunggu, bicarakan dengan dokter tentang risiko dan manfaat penyimpanan sperma.

Baca Juga: Orchitis (Radang Testis): Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan

Komplikasi Spermatokel

Kista tidak menyebabkan komplikasi. Namun, jika keadaan ini menyebabkan ketidaknyamanan, Anda mungkin perlu menjalani operasi untuk mengangkat kista tersebut.

Pengangkatan dengan pembedahan dapat merusak epididimis atau vas deferens, tabung yang mengangkut sperma dari epididimis ke penis. Kerusakan salah satunya bisa menurunkan kesuburan. Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah operasi adalah kista mungkin kembali, meskipun hal ini jarang terjadi.

Pencegahan Spermatokel

Meskipun tidak ada cara untuk mencegah kondisi ini, penting bagi Anda untuk melakukan pemeriksaan skrotum sendiri setidaknya setiap bulan untuk mendeteksi perubahan massa pada skrotum.

Berikut adalah berbagai cara memeriksa kondisi testis secara mandiri, antara lain:

  • Waktu yang tepat untuk memeriksa testis adalah selama atau setelah mandi air hangat. Panas dari air melemaskan skrotum, membuatnya lebih mudah untuk mendeteksi sesuatu yang tidak biasa.
  • Setelah itu, berdirilah di depan cermin. Perhatikan ada tidaknya pembengkakan pada kulit skrotum.
  • Periksa setiap testis dengan kedua tangan. Letakkan telunjuk dan jari tengah di bawah testis sambil meletakkan ibu jari di atas.
  • Gerakan testis dengan lembut dengan bantuan jari. Ingatlah bahwa testis biasanya halus, berbentuk oval, dan agak keras. Normal jika satu testis berukuran sedikit lebih besar dari yang lain.

Dengan melakukan pemeriksaan ini secara teratur, Anda akan menjadi lebih akrab dengan testis dan mengetahui perubahan apa pun yang terjadi. Jika Anda menemukan adanya benjolan, segera hubungi dokter. Meski pemeriksaan mandiri secara teratur merupakan kebiasaan yang baik, akan tetapi hal itu tidak bisa menggantikan pemeriksaan dokter.

 

  1. Anonim. Spermatocele. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/spermatocele/symptoms-causes/syc-20377829. (Diakses pada 8 Desember 2020).
  2. Franks, Ian. 2017. What Is a Spermatocele?. https://www.healthline.com/health/mens-health/spermatocele. (Diakses pada 8 Desember 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi