Jerawat hormonal tidak hanya terjadi pada masa puber atau remaja, tetapi juga dapat terjadi pada usia dewasa. Selengkapnya simak ciri-cirinya, penyebab, hingga cara mengobatinya!
Jerawat hormonal adalah jerawat yang disebabkan oleh faktor genetik dan ketidakseimbangan hormonal. Munculnya jerawat biasanya setelah masa pubertas dan masa remaja, tetapi dapat terjadi pada usia berapa pun. Ketidak seimbangan hormon, termasuk androgen (hormon laki-laki), estrogen (hormon perempuan), dan progesteron (wanita hamil).
Jerawat akibat hormon lebih sering terjadi pada wanita dan biasanya muncul pada bagian bawah wajah. Ini terjadi di sepanjang garis rahang, dagu, dan sekitar mulut. Jerawat terdiri dari lesi inflamasi, kista, komedo putih, dan komedo hitam.
Jika Anda mengalami beberapa gejala atau ciri-ciri jerawat akibat hormon, kemungkinan kondisi hormon dalam tubuh tidak stabil. Berikut ini ciri-ciri jerawat hormonal yang bisa Anda kenali:
Jerawat biasanya muncul di usia puber dari wanita sekitar usia 12 tahun ke atas dan akan berhenti pada usia 20-an. Munculnya jerawat biasanya sesekali dan mudah mengatasinya. Bila jerawat muncul saat usia 20 tahun ke atas atau malah setelah melahirkan, jerawat yang muncul bisa terjadi akibat perubahan hormon.
Perubahan hormon yang terjadi pada wanita saat hamil atau sedang menyusui bisa dipastikan terjadi karena perubahan hormon. Wanita menyusui akan mengalami fluktuasi estrogen yang berdampak juga pada kehidupan seksualnya. Wanita akan susah menghasilkan pelumas dalam vagina.
Area dagu atau rahang sering kali mengalami perubahan yang besar saat wanita mengalami kenaikan berat badan. Lipatan kulit pada dagu akan muncul sebagai tanda ada banyak lapisan lemak. Nah, lapisan lemak ini muncul dan menyebabkan gangguan pada produksi kelenjar minyak dan memicu terjadi infeksi.
Kondisi tersebut akan semakin parah dengan fluktuasi hormon yang memicu produksi minyak berlebihan. Ini menyebabkan jerawat karena hormon muncul dalam jumlah yang banyak dan susah mengatasinya.
Wanita yang sering mengalami stres akibat tekanan pekerjaan atau karena masalah lainnya akan menghasilkan kortisol. Peningkatan hormon kortisol ketika stres menyebabkan kulit tampak lebih berminyak, yang kemudian membuat kulit mudah berjerawat (terutama pada wajah).
Stres juga menyebabkan wanita mengalami gangguan tidur sehingga kesehatan kulit menurun. Kondisi ini akan meningkatkan risiko terjadi infeksi semakin mudah.
Bila wanita sering berjerawat atau bahkan tidak kunjung hilang dan bertahan hingga bertahun-tahun, ada kemungkinan terjadi masalah pada kesuburan. Wanita dengan kondisi ini bisa saja mengalami polycystic ovarian syndrome (PCOS) atau sindrom yang menyebabkan ovarium tidak bekerja dengan maksimal.
Sindrom yang bisa merusak kesuburan wanita ini terjadi akibat adanya fluktuasi hormon, seperti androgen yang terlalu berlebihan dan menekan kerja dari estrogen. Androgen yang juga menghasilkan testosteron ini seharusnya rendah karena identik dengan hormon seks pria.
Perubahan hormon pada wanita adalah hal yang wajar dan kadang terjadi sebulan sekali. Beberapa wanita mengalami jerawat yang berulang setiap bulan menjelang menstruasi dan akan hilang saat menstruasi usai.
Jika Anda mengalami gejala tersebut, usahakan untuk menjalani perawatan sebelum terjadi menstruasi. Perawatan wajah akan mengurangi efek dari jerawat yang berlebihan seperti muncul flek hitam.
Terdapat empat faktor utama yang menyebabkan munculnya jerawat. Hormon adalah salah satu faktor utama yang mungkin menjadi alasan sebagian orang menyebutnya sebagai jerawat hormon.
Berikut ini beberapa penyebab jerawat hormon:
Selama masa pubertas (akil baligh), kadar hormon androgen meningkat pada pria dan wanita untuk meningkatkan kekuatan tulang dan otot. Hal ini dapat menyebabkan tubuh memproduksi sebum berlebih, yang menyebabkan munculnya jerawat.
Fluktuasi hormon sebelum awal menstruasi dapat menyebabkan munculnya jerawat. Sebagian besar wanita biasanya mengalami gejala jerawat pramenstruasi.
Kadar estrogen dan progesteron turun selama menstruasi. Sedangkan kadar testosteron tetap stabil, menjadikannya hormon yang dominan selama menstruasi. Hal ini dapat memicu produksi sebum penyebab kulit berjerawat.
Selain menstruasi, wanita akan mengalami penurunan kadar estrogen dan peningkatan androgen selama menopause (berakhirnya menstruasi secara alami). Kondisi ini juga dapat menyebabkan jerawat muncul.
Sindrom ovarium polikistik terjadi selama masa subur wanita. PCOS terjadi saat kadar hormon androgen yang tinggi menghambat produksi estrogen dan progesteron dalam tubuh wanita. Ini memicu kulit berminyak dan menyebabkan gejala atau ciri-ciri jerawat karena hormon. PCOS dapat memengaruhi siklus reproduksi wanita dan menyebabkan menstruasi yang tidak teratur.
Ada beberapa pilihan pengobatan bagaimana cara menghilangkan jerawat karena hormon. Pilihan pengobantannya menggunakan bahan herbal atau obat-obatan dengan atau tanpa resep dari dokter.
Berikut ini beberapa cara mengobati jerawat:
Pengobatan medis terdiri dari dua cara, yakni obat oles dan obat minum, meliputi:
Perawatan topikal paling populer dan efektif untuk mengatasi jerawat ringan. Dokter kulit mungkin akan meresepkan atau merekomendasikan versi over-the-counter alias obat bebas dari salah satu obat-obatan, termasuk antibiotik, asam azelaic, benzoil peroksida, dapsone, dan retinoid.
Dokter kulit mungkin juga akan menganjurkan kombinasi dari salah satu obat-obatan tersebut untuk memaksimalkan dalam mengurangi jerawat.
Pilihan pengobatan kedua untuk mengobati jerawat yang lebih parah atau persisten adalah pengobatan oral.
Obat-obatan oral ini, adalah antibiotik (lymecycline, doxycycline, minocycline), dan penghambat reseptor (androgen cyproterone acetate, spironolactone, drospirenone, flutamide).
Cara mengatasi hormon penyebab jerawat juga bisa mengonsumsi obat hormon (estrogen). Penggunaan obat tersebut harus sesuai dengan anjuran dokter.
Terdapat beberapa cara yang alami untuk mengatasi jerawat karena hormon, antara lain:
Jenis minyak ini dapat Anda oleskan secara merata pada kulit berjerawat untuk mengeringkan kelenjar sebaceous dan mengurangi peradangan pada jerawat.
Mengelupas kulit dengan scrub dapat membantu mengangkat dan menghilangkan lapisan atas kulit dan membuka pori-pori yang tersumbat (penyebab jerawat).
Menjalani perubahan pola makan dengan membatasi produk susu, gula buatan, alkohol, daging merah, dan biji-bijian yang diproses secara berlebihan (roti putih, pasta, makanan penutup) bisa membantu menurunkan peradangan dan mengurangi munculnya jerawat.
Minyak ikan dalam bentuk suplemen mengandung asam lemak Omega-3 yang meredakan peradangan pada kulit. Suplemen ikan juga bisa meningkatkan kelembapan kulit tanpa menyumbat pori-pori dan menyebabkan munculnya jerawat.
Selain pengobatan medis dan alami, menjaga kebersihan kulit wajah sangat penting untuk mencegah kembalinya jerawat. Berikut caranya: