Hepatitis autoimun adalah peradangan hati yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel hati. Apabila kondisi ini tidak mendapatkan penanganan dengan baik, hal tersebut bisa menyebabkan jaringan parut pada hati (sirosis) dan akhirnya bisa menjadi gagal hati. Simak gejala, penyebab, dan cara mengatasinya di bawah ini.
Hepatitis autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel hati. Dalam dunia medis kondisi ini sering juga disebut autoimmune chronic hepatitis. Kondisi ini membutuhkan perawatan seumur hidup untuk mencegah kerusakan pada organ hati Anda.
Tanda dan gejala setiap orang berbeda-beda. Berikut adalah beberapa gejala umum yang bisa terjadi, antara lain:
Konsultasi dengan dokter diperlukan jika mengalami tanda dan gejala yang membuat Anda khawatir.
Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang biasanya menyerang virus, bakteri, dan patogen lain, justru menyerang hati. Serangan pada hati dapat menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan serius pada sel-sel hati.
Lantas, apa penyebab sistem kekebalan tubuh menyerang organ hati? Hingga kini belum diketahui kenapa hal tersebut bisa terjadi. Akan tetapi para peneliti menduga kondisi ini bisa disebabkan oleh interaksi gen yang mengendalikan fungsi sistem kekebalan dan paparan virus atau obat tertentu.
Meski penyebab yang mendasari kondisi ini tidak diketahui dengan pasti, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini, antara lain:
Berikut adalah beberapa tes dan prosedur yang digunakan untuk mendiagnosis kondisi ini, antara lain:
Kondisi ini diidentifikasi menjadi dua bentuk utama, yaitu:
Terlepas dari jenis yang dimiliki, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat atau menghentikan serangan sistem kekebalan pada sel-sel hati. Selain itu, perawatan juga dapat membantu memperlambat perkembangan penyakit.
Beberapa obat-obatan yang bisa digunakan untuk menurunkan aktivitas sistem kekebalan tubuh adalah prednisone atau azathioprine.
Penting untuk diketahui, prednisone jika dikonsumsi jangka panjang dapat menyebabkan berbagai efek samping yang serius, termasuk diabetes, berkurangnya kepadatan tulang (osteoporosis), kematian jaringan tulang (osteonecrosis), tekanan darah tinggi, katarak, glaukoma, dan penambahan berat badan.
Setelah beberapa tahun menjalani pengobatan, mungkin Anda akan mengurangi jumlah obat yang dikonsumsi, namun penyakit ini sering kali kembali jika obat dihentikan. Tergantung pada situasi, Anda mungkin memerlukan perawatan seumur hidup.
Ketika obat-obatan tidak menghentikan perkembangan penyakit atau Anda mengembangkan jaringan parut yang tidak dapat diperbaiki (sirosis) atau gagal hati, pilihan yang tersisa adalah transplantasi hati.
Selama prosedur ini, hati akan diganti dengan hati yang sehat. Transplantasi hati paling sering menggunakan hati dari donor organ yang telah meninggal. Dalam beberapa kasus, transplantasi hati donor hidup juga dapat digunakan. Selama transplantasi hati donor hidup, Anda hanya menerima sebagian dari hati yang sehat.
Jika kondisi ini tidak mendapatkan penanganan dengan baik, terbentuknya jaringan parut pada organ hati bisa terjadi. Selain itu, beberapa komplikasi lain yang bisa terjadi, di antaranya:
Dikarenakan penyebab yang mendasari kondisi ini tidak diketahui dengan pasti, maka tidak ada yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini.