Henti jantung mendadak adalah kondisi gawat darurat di mana penderitanya kehilangan fungsi jantung, pernapasan, dan kesadaran secara mendadak. Simak penjelasan lengkap mengenai penyebab hingga penanganannya di bawah ini.
Henti jantung atau disebut juga dengan sudden cardiac death (SCD) terjadi akibat gangguan listrik di jantung. Kondisi ini menyebabkan jantung tidak dapat memompa darah sehingga aliran darah dan oksigen berhenti di organ-organ vital dan seluruh tubuh.
Penyakit henti jantung dapat terjadi pada seseorang dengan atau tanpa riwayat penyakit jantung sebelumnya. Henti jantung berbeda dengan serangan jantung, namun serangan jantung juga dapat memicu gangguan listrik pada organ ini hingga menyebabkan kondisi darurat medis.
Bila tidak ditangani dalam 10 menit setelah gejala henti jantung mendadak, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan kematian. Salah satu pertolongan utama yang bisa dilakukan adalah dengan napas buatan atau cardiopulmonary resuscitation (CPR).
Oleh karena itu, di banyak negara maju dilakukan pelatihan CPR atau bantuan hidup dasar (basic life support) kepada pelajar, masyarakat awam, atau tenaga keamanan. Sehingga bila ada kejadian seseorang mengalami hal ini, pertolongan awal bisa dilakukan secepat mungkin.
Gejala yang sering terjadi adalah seseorang tiba tiba terjatuh dan tidak sadar; bisa terjadi saat berdiri/berjalan, ditengah berolahraga, pidato, atau aktivitas lainnya. Tanda-tanda lainnya yang bisa terjadi, antara lain:
Pada sebagian besar kasus, kondisi ini tidak memiliki gejala khusus sehingga keterlambatan melakukan CPR atau bantuan hidup dasar bisa menyebabkan kerusakan otak permanen dan kematian.
Henti jantung mendadak adalah kondisi darurat yang harus segera ditangani dalam hitungan menit atau setidaknya harus segera mendapat pertolongan medis kurang dari satu jam setelah gejala dirasakan.
Pasalnya, kondisi henti jantung mendadak membuat organ tersebut tidak menjalankan fungsinya untuk memompa darah, sehingga berisiko tinggi menyebabkan kematian mendadak.
Segera pergi ke IGD apabila Anda memiliki tanda-tanda serangan jantung, seperti:
Apabila kondisi tidak memungkinkan, sebaiknya hubungi pelayanan medis terdekat untuk menjemput pasien dengan cepat.
Selain itu, orang-orang di sekitar pasien harus cepat dan sigap untuk selalu mengecek pernapasan pasien sambil menunggu petugas medis. Bila pasien terasa tidak bernapas normal, berikan napas buatan dengan cepat dan tepat.
Baca Juga: 12 Pertolongan Pertama pada Sesak Napas (Wajib Tahu)
Penyebab yang paling utama adalah ketika pasien mengalami irama jantung abnormal (aritmia).
Sementara itu aritmia disebabkan oleh faktor seperti ketidakseimbangan elektrolit, gangguan tiroid, hingga hipertensi. Kondisi ini menyebabkan gangguan listrik di jantung yang mengacaukan ritme jantung.
Berikut ini adalah beberapa kondisi kesehatan yang dapat memicu terjadinya sudden cardiac death (SCD):
Penyakit arteri koroner (aterosklerosis) adalah kondisi di mana aliran darah jantung tersumbat hingga mengganggu aliran darah dan aliran listrik ke jantung. Sebagian besar kasus henti jantung disebabkan kondisi ini.
Serangan jantung adalah kondisi di mana salah satu atau beberapa arteri koroner tersumbat. Penyumbatan ini umumnya dipicu oleh penumpukan lemak, kolesterol, atau zat berbahaya lainnya. Gejala serangan jantung juga dapat menyebabkan henti jantung.
Kardiomiopati adalah penyakit di mana otot jantung tidak dapat memompa atau tidak memompa darah dengan normal. Kardiomiopati dapat memicu gagal jantung dan jantung berhenti.
Penyakit jantung valvular adalah penyakit kardiovaskuler yang melibatkan satu atau lebih katup jantung sehingga mengganggu fungsi kerja jantung. Kondisi ini menyebabkan penyempitan atau kebocoran katup jantung.
Apabila pasien memiliki riwayat penyakit jantung bawaan, pasien tersebut memiliki faktor risiko henti jantung lebih besar. Walaupun pasien tersebut telah melakuan perawatan jantung atau operasi jantung, faktor risiko tersebut tetap ada.
Gangguan listrik di jantung akan memengaruhi kerja otot atau katup jantung. Kondisi ini akan memicu aritmia atau long QT syndrome yang kemudian menyumbat aliran darah di jantung.
Stres fisik atau kelelahan juga dapat memicu gangguan pacu listrik di jantung. Salah satu penyebab stres fisik adalah aktivitas fisik berlebihan, penurunan kadar kalium dan magnesium, pendarahan, atau kekurangan oksigen.
Kondisi ini tidak selalu terkait riwayat penyakit jantung. Seseorang tanpa riwayat penyakit jantung juga dapat mengalaminya apabila memiliki faktor risiko, antara lain:
Memiliki satu atau lebih dari faktor tersebut tidak berarti Anda akan mengalami gejala henti jantung suatu hari nanti, namun faktor tersebut dapat dijadikan peringatan untuk menjalani hidup sehat setiap saat.
Apabila pasien berhasil bertahan hidup dari gejala henti jantung, dokter akan melakukan diagnosis untuk membantu pasien meningkatkan kesehatan dan mencegah gejala serupa kambuh kembali.
Berikut adalah diagnosis yang bisa dilakukan:
Dokter mungkin membutuhkan pemeriksaan tambahan lainnya untuk mendeteksi kerusakan jantung atau risiko gangguan jantung lainnya.
Baca Juga: 12 Jenis Penyakit Jantung dan Gejalanya yang Perlu Diwaspadai
Kondisi ini mungkin sulit dicegah, namun Anda dapat mengantisipasinya dengan mengurangi faktor risiko henti jantung pada tubuh. Bila Anda memiliki riwayat penyakit jantung, sebaiknya rajin kontrol kesehatan dan selalu minum obat-obatan yang diresepkan dokter.
Selain itu, penting untuk selalu konsumsi makanan sehat, menjalani gaya hidup sehat, serta rajin olahraga untuk mengurangi berbagai risiko penyakit kronis. Bila perlu, Anda dapat melakukan pemeriksaan kesehatan rutin untuk mengetahui sejak dini risiko penyakit apa yang mungkin dimiliki.
Berikut ini beberapa perawatan henti jantung mendadak yang sebaiknya dilakukan sesaat setelah seseorang mengalami gejala, di antaranya:
Resusitasi jantung paru adalah pertolongan pertama untuk seseorang yang detak jantungnya berhenti atau terkait gangguan pernapasan darurat.
Resusitasi jantung paru atau disebut juga Cardiopulmonary resuscitation (CPR) berfungsi untuk menjaga aliran darah penuh oksigen pada tubuh seseorang. Berikan CPR apabila pasien pingsan, denyut nadi lemah, atau pernapasannya tidak normal.
Defibrilasi adalah terapi kejut listrik untuk menghentikan kejang atau kram pada otot jantung. Defibrilasi atau kejut listrik ini hanya dilakukan pada kondisi VT (ventricular tachycardia) atau VF (ventricular fibrilasi). Bila tidak ada irama jantung sama sekali (asistole) maka defibrilasi tidak diperlukan atau tidak bermanfaat.
Penanganan medis dapat bervariasi berdasarkan penyebab henti jantung atau gangguan irama jantung yang terjadi. Perlu pemeriksaan untuk mengetahui adakah sumbatan pembuluh darah jantung, gangguan elektrolit, atau penyakit lain yang mendasari; misalnya hipertiroid atau gagal ginjal kronis.
Pasien yang telah melewati masa kritis akan dirawat di rumah sakit. Dokter akan melakukan diagnosis kemudian membuat rencana perawatan paling tepat untuk menjaga kondisi Anda.
Berikut ini beberapa opsi pengobatan jangka panjang:
Dokter mungkin menyarankan cara mengatasi henti jantung dengan opsi lainnya yang lebih baik. Pasien akan ada dalam pantauan dokter jangka panjang hingga kondisi benar-benar bisa dikendalikan.