Encopresis adalah buang air besar berulang kali (biasanya tanpa disengaja) pada anak yang berusia di atas 4 tahun. Kondisi ini sering kali membuat orang tua frustasi, namun dengan kesabaran dan penguatan positif, perawatan biasanya berhasil. Simak gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya di bawah ini.
Encopresis terjadi ketika seorang anak (biasanya di atas usia 4 tahun) buang air besar di celana secara tidak sengaja. Masalah ini paling sering dikaitkan dengan sembelit. Sembelit terjadi ketika tinja tertimbun di usus. Pada kasus yang jarang terjadi, kondisi ini juga bisa terjadi akibat masalah emosional.
Lebih dari 80% anak dengan kondisi ini pernah mengalami sembelit atau buang air besar yang menyakitkan di masa lalu. Berikut adalah tanda dan gejala yang mungkin terjadi, antara lain:
Konsultasi dengan dokter diperlukan jika anak sudah terlatih dengan toilet dan mulai mengalami satu atau lebih gejala yang tercantum di atas.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor mulai dari faktor biologis, psikososial, dan lingkungan. Berikut adalah berbagai penyebab potensial yang menyebabkan kondisi ini, di antaranya:
Pada sebagian besar kasus, kondisi ini disebabkan oleh sembelit. Kondisi ini membuat tinja anak menjadi keras, kering, dan bisa menimbulkan nyeri saat dikeluarkan. Kondisi inilah yang sering kali membuat anak enggan untuk ke toilet.
Semakin lama tinja tetap berada di usus besar, semakin sulit bagi anak untuk mengeluarkan tinja. Kondisi ini membuat usus besar meregang, di mana pada akhirnya memengaruhi saraf yang memberi sinyal kapan waktu untuk pergi ke toilet.
Ketika usus besar menjadi terlalu penuh, tinja lunak atau cair dapat bocor, hal itulah yang membuat Anda kehilangan kendali atas pergerakan usus. Selain sembelit dan masalah emosional, beberapa penyebab sembelit meliputi:
Seorang anak mungkin mengalami stres karena melakukan toilet training terlalu dini atau penuh konflik. Selain itu, perubahan kehidupan anak, seperti perubahan pola makan, mulai sekolah, atau perubahan jadwal. Sedangkan pemicu stres emosional, misalnya perceraian orang tua atau kelahiran saudara kandung
Selain sembelit dan masalah emosional, terdapat penyebab lain yang menyebabkan gangguan ini. Beberapa penyebab tersebut terkait dengan masalah fisik, antara lain:
Dibanding anak perempuan, kondisi ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan seorang anak mengalami gangguan ini, antara lain:
Kondisi ini biasanya didiagnosis berdasarkan gejala yang dilaporkan, riwayat medis, dan pemeriksaan fisik. Sedangkan pemeriksaan fisik bisa melibatkan pemeriksaan rektum untuk memeriksa kondisi tinja.
Rontgen perut terkadang digunakan untuk membantu menentukan jumlah penumpukan feses, tetapi sering kali tidak diperlukan atau disarankan.
Selain itu, evaluasi psikologis dapat digunakan untuk mencari penyebab emosional yang mendasari masalah ini.
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah melibatkan pembersihan usus besar dari tinja yang tertahan/terdampak. Setelah itu, pengobatan difokuskan untuk mendorong pergerakan usus yang sehat. Dalam beberapa kasus, psikoterapi dapat menjadi tambahan perawatan.
Terdapat beberapa metode yang bisa digunakan untuk membersihkan usus besar dan menghilangkan sembelit. Dokter anak biasanya akan merekomendasikan satu atau lebih hal berikut, antara lain:
Setelah melakukan prosedur ini, tindak lanjut biasanya disarankan oleh dokter untuk melihat kemajuan pembersihan usus besar.
Setelah usus besar dibersihkan, penting untuk mendorong anak untuk buang air besar secara teratur. Dokter anak mungkin merekomendasikan:
Jika masalah emosional mendasari kondisi ini, seorang anak dapat memperoleh manfaat dari psikoterapi. Selama terapi, mereka dapat mengeksplorasi masalah yang berkontribusi pada gangguan ini. Teknik ini juga dapat membuat anak mempelajari cara yang lebih baik untuk mengatasi rasa takut, malu, kehilangan, dan harga diri yang rendah.
Dukungan dari orang tua atau pengasuh dapat memainkan peran penting dalam membantu anak mengatasi kondisi ini. Sangat penting untuk tidak mempermalukan, menyalahkan, atau menghukum anak karena hal ini. Sebaliknya, kesabaran, penguatan positif, dan dukungan dapat membantunya belajar mengatasi tekanan emosional dan mengembangkan kebiasaan buang air besar baru.
Seorang anak yang menderita kondisi ini mungkin mengalami berbagai emosi, termasuk rasa malu, frustrasi, dan marah. Jika anak Anda diejek oleh teman atau dihukum oleh orang dewasa, ia mungkin merasa tertekan atau memiliki harga diri yang rendah.
Berikut ini adalah beberapa strategi yang bisa membantu mencegah terjadinya kondisi ini, di antaranya: