Dermatitis atopik atau sering juga disebut eksim atopik adalah jenis penyakit kulit kronis yang bisa terjadi pada anak-anak hingga orang dewasa. Simak penjelasan lengkap mengenai gejala hingga cara mengatasinya di bawah ini.
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang ditandai dengan kulit kering, gatal, dan ruam. Kondisi ini sering kali dibarengi dengan rhinitis alergi dan asma; istilah untuk menggambarkan kondisi ini ‘trias atopik’.
Peradangan kulit ini adalah penyakit kronis jangka panjang, di mana gejalanya bisa hilang, lalu kambuh kembali di kemudian hari. Faktor genetik juga memiliki peranan penting dalam menyebabkan kondisi ini
Perlu diketahui, lebih dari 50% anak yang memiliki penyakit kulit ini juga memiliki riwayat keluarga yang menderita salah satu dari trias atopik (eksim atopik, rhinitis alergi, dan asma).
Gejala yang terjadi tergantung dari akut atau kronisnya penyakit tersebut. Berikut beberapa gejala yang bisa terjadi berdasarkan lamanya penyakit berlangsung.
Kondisi umum terjadi pada anak-anak, dengan persentase 15-20%. Meski begitu, kondisi bisa terjadi pada orang dewasa dengan persentase 1-3%. Gejalanya yang bisa terjadi, meliputi:
Kondisi ini terlihat dari eksim yang tidak kunjung atau kambuh berulangkali. Gejala yang bisa terjadi, meliputi:
Perlu diketahui juga, titik munculnya eksim atopik juga sedikit banyak bergantung pada rentang usia dari penderitanya. Pada bayi umumnya terjadi di kedua pipi dan lengan atau kaki bagian luar, sedangkan pada orang dewasa terjadi pada area lipatan kulit, seperti leher dan lipatan siku dan lipatan paha.
Perlu diketahui juga, penyakit kulit ini adalah penyakit kulit bilateral, yaitu gejala yang muncul sering kali terjadi di dua sisi tubuh yang berpasangan dan bersamaan, seperti kedua lipat siku.
Kulit yang terkena sangat rentan terhadap infeksi bakteri sekunder, hal tersebut ditandai dengan luka yang bernanah.
Penyebab utama kondisi ini mutasi mutasi gen Fillagrin. Akibat fillagrin yang bermutasi, kulit menjadi kering dan menyebabkan rasa gatal yang sangat mengganggu.
Dikarenakan rasa gatal yang berlebihan, penderita dermatitis atopik sering kali mempunyai kebiasaan menggaruk, yang menyebabkan kulit menjadi semakin tebal, gelap dan luka-luka lecet bekas garukan.
Lebih jauh, penyebab peradangan kulit ini melibatkan interaksi antara faktor genetik dan lingkungan, di mana fillagrin yang rusak membuat immunoglobulin (IgE) meningkat dan berakibat pada respons berlebihan dari sistem imun tubuh terhadap sejumlah faktor pencetus (alergen).
Sementara itu, untuk kasus yang terjadi pada anak-anak, umumnya alergen berupa makanan, debu, atau bulu kucing. Sedangkan dermatitis atopik pada dewasa, faktor pencetusnya adalah makanan, zat yang dihirup, dan stres.
Dermatitis atopik juga bisa disebabkan oleh sejumlah faktor tertentu. Secara garis besar, faktor risiko eksim atopik meliputi:
Apabila Anda mengalami gejala sebagaimana telah disebutkan di atas, segera kunjungi dokter spesialis kulit agar bisa dilakukan prosedur diagnosis guna menentukan metode pengobatan yang tepat.
Prosedur diagnosis yang umum dilakukan, di antaranya:
Dokter akan mengajukan serangkaian pertanyaan (anamnesis) kepada pasien terkait keluhan yang dirasakan:
Setelah melakukan wawancara, selanjutnya dokter akan menegakkan prosedur pemeriksaan fisik, dalam hal ini memeriksa kondisi kulit pasien secara keseluruhan dengan berlandaskan pada gejala dermatitis atopik.
Dokter juga mungkin saja akan menegakkan prosedur pemeriksaan penunjang berupa tes tempel (patch test) untuk mengetahui faktor pemicu (alergen) reaksi. Hal ini penting guna mencegah gejala timbul lagi di kemudian hari.
Namun, prosedur ini dilakukan 1-2 minggu setelah pemeriksaan pertama, atau saat gejala sudah hilang pasca pemberian obat-obatan.
Pengobatan dermatitis atopik harus disesuaikan dengan gejala eksim atopik yang menyertai. Terdapat beberapa jenis obat eksim atopik yang akan diberikan oleh dokter guna meredakan gejala yang timbul.
Pada gejala eksim atopik berupa kulit kering, dokter akan menyarankan pasien untuk menggunakan pelembap (moisturizer) hipoalergenik non-fragrance untuk menjaga kelembapan kulit.
Setelah itu, pasien diminta untuk mengonsumsi obat antihistamin untuk meredakan gejala gatal. Ada 2 golongan obat antihistamin:
Selain antihistamin, penderita juga akan diberikan obat antiinflamasi berupa steroid. Steroid sendiri tersedia dalam 2varian: oles (topical) dan minum (oral).
Obat topikal terdiri dari:
Sementara penderita yang sudah terinfeksi bakteri sehingga timbul ruam bernanah pada kulitnya, pemberian antibiotik mutlak dilakukan untuk mengobati infeksi yang terjadi. Kompres kasa yang telah dibasahi air hangat dilakukan apabila ruam dalam kondisi basah (eksim atopik akut).
Dermatitis atopik adalah penyakit keturunan (genetik) yang tidak bisa benar-benar disembuhkan. Pemberian obat-obatan hanya akan meredakan gejala yang timbul.
Namun, ada sejumlah langkah pencegahan guna mencegah gejala yang lebih parah timbul kembali di kemudian hari.
Beberapa cara mencegah dermatitis atopik, antara lain: