Pembesaran prostat jinak adalah penyakit yang harus diwaspadai oleh para pria. Ketahui lebih lanjut mengenai penyakit ini mulai dari ciri-ciri, penyebab, faktor risiko, hingga pengobatan dan pencegahannya.
Pembesaran prostat jinak atau Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) adalah pembesaran yang terjadi pada kelenjar prostat. Kondisi ini lantas menyebabkan aliran urine menjadi terhambat.
Penyakit BPH ini tergolong jinak dan tidak memiliki keterkaitan dengan kanker prostat. Pembesaran kelenjar prostat sendiri sebenarnya dialami oleh hampir semua pria, yakni ketika mereka memasuki usia lanjut (60 tahun ke atas). Akan tetapi, pembesaran yang terjadi bervariasi dan ada yang masih tergolong wajar tanpa menimbulkan masalah berarti.
Apa saja yang menjadi ciri atau gejala pembesaran prostat jinak? Berikut adalah ciri-ciri yang umumnya dirasakan oleh penderita penyakit ini:
Sementara itu, ada juga ciri-ciri atau gejala lainnya yang akan dialami oleh penderita BPH meskipun terbilang jarang. Gejala yang dimaksud meliputi:
Seberapa besar pembesaran yang terjadi pada prostat tidak selalu menentukan tingkat keparahan gejala. Beberapa pria dengan pembesaran prostat yang terbilang minor pun dapat mengalami gejala yang signifikan, sementara pria lain dengan prostat yang sangat membesar hanya merasakan gejala dengan intensitas ringan.
Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala-gejala di atas, terlebih jika gejala yang dirasakan termasuk gejala tidak umum. Pemeriksaan medis diperlukan untuk memastikan jika gejala tersebut memang disebabkan oleh penyakit BPH.
Pasalnya, sejumlah masalah kesehatan lainnya juga memiliki gejala yang mirip. Masalah kesehatan yang dimaksud di antaranya sebagai berikut:
Pembesaran prostat jinak menyebabkan uretra menyempit, sehingga kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat untuk mendorong urine keluar melalui tubuh. Seiring waktu, otot kandung kemih secara bertahap menjadi lebih kuat, lebih tebal, dan terlalu sensitif. Hal ini menyebabkan kemih mudah berkontraksi bahkan ketika hanya mengandung sejumlah kecil urine.
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Hingga saat ini belum dapat dipastikan apa yang menjadi penyebab pembesaran prostat jinak, namun sejumlah ahli medis menduga ada keterkaitan antara BPH dengan perubahan hormon seksual yang dipengaruhi oleh bertambahnya usia.
Sementara itu, ada sejumlah faktor yang diklaim dapat meningkatkan risiko pria untuk mengalami penyakit BPH. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:
Diagnosis penyakit pembesaran prostat jinak terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu:
Dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien terkait dengan keluhan yang dirasakan. Pertanyaan meliputi:
Selanjutnya, dokter akan memeriksa kondisi fisik pasien, dalam hal ini prostat. Medium yang biasanya digunakan adalah ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan fisik tersebut, dokter dapat mengidentifikasi tingkat keparahan kondisi yang dialami oleh pasien.
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk memperkuat hasil diagnosis. Pemeriksaan penunjang untuk kasus BPH umumnya terdiri dari:
Pengobatan umumnya tidak diperlukan kecuali pembesaran prostat jinak menyebabkan gejala terutama yang mengganggu atau komplikasi (seperti infeksi saluran kemih, gangguan fungsi ginjal, darah dalam urine, kerikil dalam kandung kemih). Beberapa pilihan pengobatan untuk pembesaran prostat jinak adalah:
Obat ini tidak mengurangi ukuran prostat, tetapi efektif dalam mengurangi gejala urine yang sulit keluar. Obat ini bekerja dengan merelaksasi otot-otot sekitar prostat dan leher kandung kemih, sehingga urine bisa mengalir lebih mudah.
Obat alpha-blocker bekerja dengan cepat, sehingga gejala membaik dalam satu atau dua hari. Obat ini paling efektif untuk pria dengan kelenjar prostat yang membesar namun belum menyumbat saluran kemih. Obat-obatan tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:
Pusing, iritasi lambung dan hidung tersumbat adalah efek samping yang paling umum terjadi. Perlu diketahui, obat ini tidak diberikan untuk pria dengan retensi urine signifikan dan infeksi saluran kemih berulang.
Obat ini dapat mengecilkan prostat dengan mengurangi kadar hormon laki-laki yaitu dihidrotestosteron (DHT), yang terlibat dalam pertumbuhan prostat. Obat ini memakan waktu lebih lama daripada alpha blockers, tapi ada peningkatan aliran urine setelah tiga bulan.
Obat dapat mengurangi risiko retensi akut (ketidakmampuan untuk buang air kecil) dan juga mengurangi kecendrungan indikasi operasi prostat. Obat mungkin perlu dikonsumsi selama 6 sampai 12 bulan untuk melihat efek kerja obatnya. Obat-obatan ini antara lain:
Kemungkinan efek samping yang terjadi adalah masalah ereksi, penurunan gairah seksual dan jumlah sperma yang menurun. Efek samping ini umumnya ringan dan dapat hilang ketika pasien berhenti minum obat atau setelah tahun pertama konsumsi obat.
Ada juga terapi kombinasi obat yang mungkin efektif terhadap gejala yang berhubungan dengan BPH. Beberapa contoh obat gabungan termasuk alpha-blocker dan inhibitor 5-alpha-reductase atau alpha-blocker dan antikolinergik.
Jika penggunaan obat tidak mampu mengatasi pembesaran prostat, maka prosedur terapi invasif minimal sampai dengan pembedahan dapat dilakukan. Pembedahan yang dilakukan umumnya meliputi:
Sementara terapi invasif yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Jika tidak segera ditangani, BPH mungkin akan menyebabkan penderitanya mengalami komplikasi seperti:
Sejauh ini belum ada cara yang benar-benar bisa dilakukan untuk mencegah pembesaran prostat jinak. Akan tetapi, Anda bisa mencegah agar kondisi ini tidak semakin memburuk. Cara-cara yang dimaksud adalah sebagai berikut: