Inversio uteri merupakan komplikasi serius selama persalinan. Meskipun termasuk kasus yang jarang terjadi, namun inversio uteri bisa menyebabkan pendarahan serius hingga kematian. Ketahui selengkapnya tentang inversio uteri, mulai dari gejala, penyebab, hingga penanganan berikut ini!
Inversio uteri merupakan komplikasi langka yang bisa terjadi selama persalinan di mana rahim terbalik sebagian atau seluruhnya hingga mampu keluar menuju area vagina. Kondisi ini termasuk dalam kategori darurat. Jika tidak ditangani, inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan yang mengancam nyawa.
Pada persalinan pervaginam yang sehat, bayi akan keluar dari rahim melalui vagina. Tidak lama setelah bayi lahir, Anda juga akan melahirkan plasenta; organ yang membantu agar oksigen dan nutrisi dari tubuh ibu bisa sampai ke janin. Umumnya, rahim akan mempertahankan bentuknya selama persalinan.
Pada kasus inversio uteri, plasenta tidak mampu lepas dari dinding rahim. Akibatnya, rahim bagian atas tertarik dan runtuh, kemudian masuk ke rongga rahim. Kondisi ini bisa menyebabkan rahim menjadi terbalik dan bisa keluar dari vagina.
Inversio uteri bisa membuat wanita yang baru melahirkan mengalami pendarahan parah, syok, hingga meninggal. Pada kebanyakan kasus, dokter akan melepaskan plasenta secara manual dan mendorong rahim ke posisi semula. Pada beberapa kasus, pengembalian posisi rahim perlu dilakukan dengan metode pembedahan.
Ada beberapa jenis kondisi inversio uteri dan dibedakan berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu:
Baca Juga: Benarkah Kelelahan Bisa Sebabkan Keguguran? Cek Faktanya di Sini
Penting untuk mengetahui gejala inversio uteri agar Anda bisa segera mendapatkan pertolongan medis. Beberapa gejala dari inversio uteri, termasuk:
Kebanyakan kasus inversio uteri terjadi bersamaan dengan waktu persalinan. Jika Anda mengalami gejala tersebut, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik untuk memastikan rahim tetap berada di posisi yang seharusnya.
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti penyebab dari inversio uteri. Salah satu teori yang paling populer tentang inversio uteri adalah menarik tali pusat janin terlalu kencang saat Anda sedang melahirkan plasenta.
Ada beberapa kondisi yang dicurigai dapat menyebabkan seorang wanita mengalami inversio uteri, seperti plasenta yang menempel pada bagian atas rahim serta rahim yang tidak berkontraksi saat melahirkan plasenta.
Umumnya, rahim akan tetap berkontraksi setelah bayi lahir, tujuannya adalah membantu melahirkan plasenta dan mengurangi ukuran pembuluh darah. Namun, diperlukan penelitian lebih dalam untuk membuktikan beberapa teori tersebut.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko wanita mengalami inversio uteri, yaitu:
Ketika wanita hamil menjalani persalinan di rumah sakit dan menunjukkan gejala inversio uteri, dokter perlu menegakkan diagnosis dengan cepat agar mampu menyelamatkan nyawa pasien.
Sebelum menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan observasi pada tubuh pasien, seperti:
Dokter juga akan melakukan pemindaian tubuh, seperti USG atau MRI untuk memastikan posisi rahim.
Penanganan inversio uteri harus dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis. Dokter mungkin akan mendorong rahim kembali ke panggul melalui serviks yang membesar.
Apabila inversio uteri terjadi sebelum plasenta lepas dari rahim, maka dokter kaan mengembalikan posisi rahim terlebih dahulu.
Selain itu, ada beberapa pilihan perawatan inservio uteri tergantung kondisi ibu, yaitu:
Pengembalian posisi rahim bisa dilakukan dengan alat, seperti balik yang ditambah dengan tekanan. Cara ini dilakukan dengan memasukkan balon yang berisi larutan garam ke dalam rongga rahim. Langkah ini akan mendorong rahim kembali ke posisi semula.
Tidak hanya mampu mengembalikan posisi rahim, namun cara ini efektif untuk menghentikan pendarahan akibat inversio uteri.
Selain menggunakan alat, dokter juga mungkin akan mengembalikan posisi rahim dengan cara manual, yaitu mendorong rahim dengan cara dipijat hingga pendarahan berhenti. Sebelum proses ini dilakukan dokter mungkin akan melakukan anestesi umum.
Setelah rahim kembali ke posisi semula, dokter akan memberikan oksitosin dan methylergonovine untuk membantu rahim kontraksi dan mencegah rahim terbalik lagi.
Baca Juga: Kelahiran Prematur: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan
Apabila pengembalian posisi rahim secara manual atau dengan alat tidak membuahkan hasil, maka dokter mungkin akan melakukan tindakan operasi untuk mengembalikan posisi rahim.
Proses operasi dilakukan dengan membuka perut ibu dan mengembalikan posisi rahim. Apabila plasenta masih menempel pada rahim, dokter mungkin akan melakukan histerektomi atau pengangkatan rahim.
Dokter juga mungkin akan memberikan antibiotik, cairan infus, dan transfusi darah sesuai dengan kondisi pasien. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi akibat rahim yang keluar melalui vagina.
Inversio uteri merupakan komplikasi persalinan yang memiliki risiko fatal. Kondisi ini terjadi saat plasenta tidak bisa lepas dari rahim dan justru menarik rahim keluar dari panggul saat melahirkan plasenta. Pilihan pengobatan tergantung pada tingkat keparahannya.