Anemia pada bayi baru lahir mungkin terjadi akibat penghancuran sel darah merah berlebihan, kehilangan darah, atau gangguan pembentukan sel darah merah. Ketahui gejala anemia pada bayi, penyebab, dan cara mengatasinya di bawah ini.
Anemia pada bayi adalah kondisi di mana bayi kekurangan jumlah sel darah merah dalam darah atau lebih rendah dari kondisi normal. Bayi baru lahir dikatakan anemia bila memiliki kadar hemoglobin (sel darah merah) kurang dari 13.5 g per dL. Fungsi hemoglobin ini sangat penting untuk mengalirkan oksigen ke sel-sel lain di dalam tubuh untuk bertahan hidup.
Kekurangan hemoglobin pada bayi dapat terjadi akibat beberapa faktor seperti jika bayi lahir prematur, kerusakan sel darah merah, masalah produksi sel darah merah, kekurangan zat besi, atau bayi kehilangan banyak sel darah merah saat proses kelahiran. Anemia akan membuat bayi tampak pucat, rewel, lemah, sesak napas, dan tekanan darah rendah.
Anak-anak di bawah usia 5 tahun mungkin juga mengalami anemia pada satu tahap. Penyebab paling umum adalah kekurangan zat besi karena tidak mendapatkan nutrisi seimbang dari pola makan sehari-hari. Terkandung pada tingkat keparahannya, sebagian besar kasus anemia pada anak bisa diatasi dengan perubahan pola makan namun sebagiannya lagi membutuhkan perawatan lebih serius seperti dengan obat-obatan atau transfusi darah.
Bayi dengan anemia ringan biasanya tidak menunjukkan gejala apa pun, namun mohon perhatikan dan segera konsultasi ke dokter bila bayi Anda menunjukan tanda-tanda anemia sebagai berikut:
Sementara pada anak yang lebih besar, anak akan menunjukkan gejala anemia lainnya seperti:
Anemia bisa menjadi tanda dari penyakit lain yang lebih serius. Bila bayi atau anak mengalami kerusakan sel darah merah ekstrim, maka akan mengalami gejala penyakit kuning.
Orang tua harus sadar dan peduli pada perubahan anak secara fisik dan semua aspek karena kadang anak belum dapat berkomunikasi tentang apa yang dirasakannya. Segera konsultasi ke dokter apabila Anda mencurigai ciri-ciri anemia pada bayi Anda.
Selain itu, penting untuk melakukan kontrol kesehatan bayi secara rutin mulai dari kontrol kenaikan berat badan, kadar bilirubin (ciri penyakit kuning), imunisasi, cek pup bayi, cek kondisi fisik bayi untuk memeriksa kesehatan bayi secara keseluruhan.
Dokter akan memberi tahu Anda dan menjelaskan langkah selanjutnya bila bayi mungkin mengalami anemia atau indikasi lainnya.
Anemia pada bayi baru lahir dapat terjadi akibat beberapa faktor, termasuk:
Bayi prematur atau bayi yang lahir lebih awal sebelum waktunya memiliki jumlah sel darah merah yang lebih rendah karena kurangnya pembentukan sel dalam merah di dalam rahim. Bayi prematur juga harus melakukan pengambilan darah berulang untuk kebutuhan laboratorium sehingga kadar darah merah mungkin berkurang.
Anemia pada bayi prematur biasanya tidak menunjukkan gejala dan kondisi ini akan menghilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 bulan setelah sumsum tulang sudah bisa memproduksi sel darah merah baru dengan normal.
Anemia fisiologis adalah istilah untuk jenis anemia pada bayi akibat tubuh bayi belum bisa memproduksi sel darah merah di beberapa bulan pertama awal kehidupannya. Tubuh bayi tumbuh dengan cepat namun tidak diimbangi dengan produksi sel darah merah yang mencukupi kebutuhan seluruh organ.
Bayi dengan kondisi tertentu harus melakukan tes darah berkali-kali untuk kebutuhan penelitian. Kondisi ini bisa membuat bayi kekurangan sel darah merah karena organ bayi juga belum bekerja secara maksimal untuk menggantikan sel darah merah yang hilang.
Masalah ketidakcocokan Rh/ABO akan membuat tubuh terlalu cepat memecah sel darah merah, bisa menyebabkan bayi mengidap penyakit kuning (hiperbilirubinemia). Kondisi ini terjadi akibat golongan darah ibu dan bayi tidak cocok.
Dalam beberapa kasus, bayi mengalami anemia karena kelainan genetik atau faktor bawaan lahir. Bayi mungkin mengalami infeksi tertentu dengan gejala anemia.
Penghancuran sel darah merah terjadi pada:
Bayi usia 3-6 bulan yang minum susu formula atau susu sapi murni yang tidak diperkaya zat besi atau anak usia lebih besar yang tidak mendapatkan asupan zat besi dari makanan sehari-hari. Bayi dan anak tersebut bisa mengalami kekurangan zat besi dan memicu anemia kemudian.
Berikut ini beberapa faktor yang meningkatkan risiko anemia pada anak-anak:
Dokter akan menganalisis gejala anemia pada anak lalu memastikannya dengan beberapa pemeriksaan, termasuk:
Dalam beberapa kasus, pemeriksaan lain dibutuhkan seperti aspirasi sumsum tulang, biopsi, atau tes lainnya sesuai dengan kebutuhan. Anemia juga dapat didiagnosis melalui USG prenatal dengan tanda-tanda anemia pada janin.
Ada beberapa jenis anemia berdasarkan penyebabnya, termasuk:
Cara mengatasi anemia tergantung pada jenis, penyebab, dan tingkat keparahan anemia, serta usia dan kondisi kesehatan keseluruhan bayi Anda. Berikut ini beberapa jenis perawatan anemia secara umum:
Penyedia layanan kesehatan akan memberi saran pengobatan terbaik sesuai dengan kebutuhan anak Anda. Di sisi lain, orang tua juga harus bekerja sama dengan dokter untuk mengobati penyakit anak hingga sembuh total.
Anemia pada bayi bisa membuat orang tua panik. Bayi baru lahir yang kehilangan banyak hemoglobin selama proses kelahiran akan lahir dengan wajah pucat, syok, dan detak jantung tidak teratur. Bayi juga mengalami sesak napas dan tekanan darah rendah yang mengkhawatirkan.
Apabila kerusakan sel darah merah terjadi sangat cepat, bayi memiliki risiko mengalami penyakit kuning. Bayi harus mendapat perawatan rumah sakit beberapa hari di rumah sakit untuk penanganan terbaik dan paling efektif.
Anemia bawaan tidak dapat dicegah, namun beberapa jenis anemia lainnya dapat dicegah dengan beberapa cara sebagai berikut:
Itulah pembahasan tentang penyebab anemia pada bayi baru lahir, gejala, dan cara mengatasinya. Segera hubungi dokter bila Anda melihat ada gejala anemia atau indikasi mengkhawatirkan lainnya pada bayi Anda. Semoga informasi ini bermanfaat.