Abses anus adalah masalah kesehatan yang—walaupun mungkin tidak berbahaya—tetap saja harus segera mendapat penanganan karena bisa mengganggu aktivitas. Simak lebih lanjut mengenai gangguan medis yang satu ini mulai dari ciri dan gejala, penyebab, hingga pengobatan dan pencegahannya.
Abses anus—atau abses renal—adalah kondisi ketika pada anus terdapat benjolan yang berisikan nanah (abses). Selain di anus, abses tersebut pada beberapa kasus juga muncul di ujung usus besar yang terkoneksi dengan anus atau disebut rektum.
Dalam perkembangannya, kondisi ini dapat berujung pada fistula anal. Ini adalah kondisi ketika pada anus terbentuk saluran abnormal. Apabila sudah sampai sedemikian, maka yang terjadi adalah timbulnya rasa sakit tak tertahankan. Bahkan, penderita bisa sangat kesulitan saat buang air besar (BAB).
Nyeri berdenyut dan terus-menerus di area anus mungkin adalah salah satu gejala abses anus yang paling umum dan langsung terlihat. Rasa sakit tersebut biasanya disertai dengan pembengkakan di daerah anus dan nyeri yang lebih hebat saat buang air besar.
Tanda-tanda umum abses anal lainnya meliputi:
Beberapa orang mungkin bisa merasakan benjolan kemerahan, bengkak, dan nyeri di tepi anus. Sementara itu, demam dan menggigil terjadi apabila sudah sampai terjadi infeksi. Anda mungkin juga mengalami perdarahan rektal atau kesulitan buang air kecil.
Abses anal juga dapat terjadi lebih dalam di rektum, paling sering pada mereka yang memiliki penyakit radang usus. Ini bisa menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan di area perut.
Pada balita, biasanya tidak ada banyak gejala selain ketidaknyamanan atau nyeri, yang dapat menyebabkan anak rewel. Benjolan atau nodul juga dapat terlihat atau dirasakan di sekitar area anus.
Segera periksakan diri ke dokter apabila mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi ini. Penanganan medis sedini mungkin perlu dilakukan guna meredakan gejala sebelum bertambah buruk dan menjadi lebih sulit untuk diobati.
Abses anus dapat memiliki banyak penyebab berbeda. Ini termasuk:
Sementara itu, sejumlah faktor diklaim berperan dalam meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami masalah medis yang satu ini. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut:
Balita atau anak-anak yang memiliki riwayat fisura anus (robekan pada sfingter anus) juga berisiko lebih tinggi mengalami abses anus pada kemudian hari. Fisura anus seperti itu mungkin terjadi pada anak-anak yang memiliki riwayat sembelit.
Guna memastikan apakah pasien mengalami abses anus atau bukan, dokter akan melakukan sejumlah prosedur diagnosis yang terdiri dari:
Pertama-tama, dokter akan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasien berkaitan dengan keluhan yang ia alami.
Abses anus paling sering didiagnosis melalui pemeriksaan fisik yang mana dokter akan memeriksa area anus untuk menganalisis kemunculan abses. Dokter Anda juga akan memeriksa rasa sakit, kemerahan, dan bengkak pada area anus.
Pada beberapa orang, mungkin tidak ada tanda-tanda abses yang terlihat di permukaan kulit di sekitar anus mereka. Jika ini yang terjadi, dokter akan menggunakan alat yang disebut endoskop untuk melihat ke dalam saluran anus dan rektum bawah.
Terkadang abses berada jauh lebih dalam daripada yang dapat ditemukan melalui pemeriksaan fisik. Apabila demikian, dokter mungkin akan melakukan pemindaian dengan medium MRI atau ultrasound untuk mendapat gambaran lebih jelas.
Selain itu, tes lebih lanjut mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa penyakit Crohn bukanlah faktor penyebabnya. Dalam kasus ini, tes darah, pencitraan, dan kolonoskopi mungkin diperlukan. Selama kolonoskopi, dokter akan menggunakan teropong fleksibel untuk memeriksa usus besar Anda.
Abses anus jarang hilang tanpa pengobatan. Penanganan yang paling umum adalah dengan melakukan tindakan operasi untuk mengeluarkan nanah dari area yang terdampak. Dokter Anda akan terlebih dahulu membius titik tindakan.
Jika tidak segera mendapat penanganan, abses tersebut berubah menjadi fistula anal yang menyakitkan yang mungkin memerlukan tindakan bedah lebih lanjut. Menurut American Society of Colon and Rectal Surgeons (ASCRS), sekitar 50 persen orang yang memiliki abses anus berujung pada fistula anal.
Pada beberapa kasus, kateter dapat digunakan untuk memastikan abses benar-benar terkuras. Abses yang telah dikeringkan biasanya dibiarkan terbuka dan tidak memerlukan jahitan. Jika Anda menderita diabetes atau sistem kekebalan yang lemah, dokter mungkin akan meminta Anda untuk tinggal di rumah sakit selama beberapa hari.
Setelah operasi, dokter akan meminta Anda untuk mandi air hangat (bukan air panas). Air hangat akan membantu mengurangi pembengkakan dan memungkinkan drainase abses lebih banyak.
Dokter mungkin juga meresepkan antibiotik jika Anda memiliki sistem kekebalan yang lemah atau jika infeksi telah menyebar.
Komplikasi pascaoperasi dapat meliputi:
Tidak banyak yang diketahui tentang cara mencegah abses anus. Namun ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan, termasuk:
Abses dubur dapat menyebabkan komplikasi, tetapi bisa teratasi. Pahami faktor risiko dan pastikan untuk memantau dan mengelola kondisi kesehatan yang dapat meningkatkan risiko dengan cermat. Jika Anda melihat adanya masalah pada anus, segera hubungi dokter untuk mendapatkan perawatan dan untuk mencegahnya menjadi lebih buruk.