Spironolactone obat apa? Spironolactone adalah obat untuk tekanan darah tinggi. Ketahui penjelasan lengkap mulai dari manfaat, dosis yang dianjurkan, aturan pakai, efek samping, dan kontraindikasi dari obat ini!
Nama Obat | Spironolactone |
Golongan | Antagonis aldosterone, diuretik hemat kalium |
Kategori | Obat resep |
Manfaat Obat | Mengobati gagal jantung, tekanan darah tinggi (hipertensi), hipokalemia, edema dan sindrom nefrotik. |
Kontraindikasi | Penyakit ginjal, gangguan kesehatan pada hati alergi terhadap spironolactone, hiperkalemia, atau jika Anda tidak dapat buang air kecil. |
Sediaan Obat | Tablet |
Merek Dagang | Aldactone, Spirola, Carpiaton, Spirolactone, Letonal, Spironolactone, Pospiron. |
Spironolactone adalah obat yang dikenal juga sebagai ‘water pil‘ atau diuretik hemat kalium yang berguna untuk mengobati tekananan darah tinggi dan gagal jantung. Menurunkan tekanan darah tinggi membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal.
Obat ini juga digunakan untuk mengobati kadar kalium rendah dan kondisi di mana tubuh membuat terlalu banyak bahan kimia alami (aldosteron). Aldosteron adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenalin untuk membantu mengatur keseimbangan garam dan air dalam tubuh Anda.
Pemberian obat bisa dilakukan pada penderita gagal jantung kongestif, sindrom nefrotik, dan hiperaldosteronisme primer, pasien memiliki keluhan berupa edema, asites dan asites maligna.
Obat bisa diberikan kepada pasien yang mengalami tekanan darah tinggi dan hipokalemia yaitu suatu kondisi di mana tubuh memiliki kadar kalium yang rendah. Apabila terdapat pasien yang didiagnosis memiliki terlalu banyak aldosteron di dalam tubuh, maka obat bisa diberikan.
Selain itu, obat ini juga digunakan apabila pasien mengalami hiperaldosteronisme primer atau sindrom Conn. Obat biasa diberikan kepada pasien sebelum dilakukan pembedahan. Pasien dengan sindrom Bartter juga boleh mengonsumsi obat dalam jangka waktu panjang dengan tetap berada di dalam pengawasan dokter.
Spironolactone memiliki beberapa kontraindikasi yang membuat pasien dengan kontraindikasi tersebut tidak bisa menggunakannya. Pasien yang menderita penyakit Addison dan hiperkalemia tidak bisa mengonsumsinya.
Kontraindikasi terhadap obat ini juga dimiliki oleh pasien yang tidak dapat buang air kecil. Jadi, pastikan bahwa Anda dapat melakukan buang air kecil sebelum mengonsumsinya.
Bagi Anda dengan karakteristik dan kondisi medis tertentu sebaiknya perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelumnya. Hal ini berlaku bagi pasien dengan gangguan ginjal dan hati serta pasien yang sudah lanjut usia.
Obat yang ada di pasaran memiliki satu bentuk sediaan, yaitu tablet yang memiliki dua jenis yaitu 25 mg dan 100 mg.
Pada beberapa kasus, obat ini bisa digunakan untuk mengobati pasien yang memiliki kandungan aldosteron berlebih di dalam tubuhnya dan memiliki kadar potasium yang rendah. Kandungan aldosteron dalam jumlah tinggi dalam darah dan kadar potassium yang rendah tidak baik untuk kesehatan tubuh.
Spironolactone yang dikombinasikan dengan obat jenis diuretika memiliki manfaat untuk mengurangi hilangnya kalium yang keluar melalui urine. Manfaat jangka panjang bisa untuk mengatasi sindrom Bartter.
Anda akan mendapatkan manfaat spironolactone apabila meminum dalam dosis yang tepat. Penggunaan obat yang tidak sesuai dengan dosis akan membuat kehilangan manfaatnya dan juga bisa menimbulkan efek samping tertentu. Oleh karena itu, minumlah obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Jika Anda melewatkan satu dosis obat ini, minumlah sesegera mungkin. Namun, jika sudah waktunya untuk dosis berikutnya, lewati dosis yang terlewat dan kembali ke jadwal dosis reguler. Jangan mencoba untuk menggandakan dosis.
Penting untuk diketahui, karena obat memengaruhi setiap orang secara berbeda-beda. Selalu konsultasi dengan dokter atau apoteker tentang dosis yang tepat untuk Anda.
Efek samping spironolactone berupa gatal-gatal, sesak napas, sakit kepala, mual, muntah, dan bengkak pada mata merupakan efek samping akibat hipersensitivitas atau alergi terhadap kandungan yang ada di dalamnya. Efek samping lainnya yaitu berupa mual ringan, diare, nyeri payudara, kantuk ringan, pusing, dan kram kaki.
Pada beberapa kasus, obat ini bisa menyebabkan impotensi, letargi, kebingungan, gangguan pada saluran cerna, ketidakteraturan siklus haid, hiponatremia, hepatotoksisitas, dan gangguan darah. Segera hubungi dokter saat Anda mengalami hal ini.