Terbit: 7 July 2021
Ditulis oleh: Gerardus Septian Kalis | Ditinjau oleh: dr. Ursula Penny Putrikrislia

Oximeter atau sering juga disebut pulse oximeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat saturasi oksigen atau kadar oksigen dalam darah. Di masa pandemi COVID-19, orang-orang yang sedang melakukan isolasi mandiri wajib memiliki alat ini agar dapat mendeteksi kadar oksigen di dalam tubuhnya. Kapan waktu yang tepat menggunakan alat ini? Bagaimana cara pakai yang tepat? Simak penjelasan selengkapnya berikut ini.

Oximeter: Fungsi, Aturan Penggunaan, hingga Cara Membaca Hasil

Apa Itu Oximeter?

Oximeter adalah alat untuk mengukur berapa banyak oksigen dalam darah. Ini adalah perangkat kecil yang menjepit ke jari atau bagian lain dari tubuh.

Seperti halnya tekanan darah atau suhu tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam tubuh adalah sesuatu yang penting untuk melihat seberapa baik tubuh bekerja. Seseorang yang memiliki masalah dengan paru-paru atau jantung dapat menggunakan alat ini di rumah untuk memantau kondisinya dari waktu ke waktu.

Fungsi Oximeter

Oximeter adalah alat yang digunakan untuk memeriksa seberapa baik jantung memompa oksigen ke seluruh tubuh dan seberapa baik paru-paru dapat melakukan pertukaran gas di dalam tubuh. Selain itu, alat ini dapat digunakan untuk:

  • Mendiagnosis gejala seperti sesak napas.
  • Mengukur kadar oksigen dalam darah.
  • Mengukur kadar oksigen di dalam darah saat menggunakan oksigen tambahan.
  • Menunjukkan jika Anda membutuhkan oksigen ekstra saat berolahraga.

Selain itu, Anda mungkin membutuhkan alat ini jika Anda mengalami:

  • Serangan jantung.
  • Gagal jantung.
  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Kanker paru-paru.
  • COVID-19.
  • Asma.
  • Radang paru-paru (pneumonia), seperti pada pasien COVID-19.

Dokter mungkin merekomendasikan alat ini untuk untuk memantau tingkat saturasi oksigen malam hari dari seseorang yang diduga menderita sleep apnea atau mendengkur parah.

Pulse oximeter juga dapat memberikan umpan balik tentang efektivitas intervensi pernapasan, seperti terapi oksigen dan ventilator.

Beberapa dokter menggunakan alat ini untuk menilai keamanan aktivitas fisik pada orang dengan masalah kardiovaskular, pernapasan, atau mungkin menyarankan penggunaannya saat berolahraga. Bahkan, seorang dokter juga dapat menggunakan alat ini sebagai bagian dari tes stres.

Sementara pada kasus pasien yang sangat rentan, misalnya bayi yang terdapat di ruang NICU (neonatal intensive care unit), alat ini sangat diperlukan untuk memantau penurunan saturasi oksigen yang terjadi.

Beberapa manfaat lain dari penggunaan alat ini, antara lain:

  • Menawarkan ketenangan pikiran kepada orang-orang dengan kondisi pernapasan atau kardiovaskular kronis.
  • Menilai kebutuhan oksigen tambahan.
  • Memantau tingkat saturasi oksigen pada orang di bawah anestesi.
  • Menunjukkan efek samping berbahaya pada orang yang memakai obat yang memengaruhi pernapasan atau saturasi oksigen.

Cara Kerja Oximeter

Pulse oximeter bekerja dengan melewatkan cahaya merah dan inframerah melalui pembuluh kapiler yang berdenyut. Rasio cahaya darah merah dan inframerah yang ditransmisikan memberikan ukuran saturasi oksigen darah.

Alat ini bekerja berdasarkan prinsip bahwa, darah teroksigenasi berwarna merah lebih cerah daripada darah terdeoksigenasi yang lebih biru-ungu.

Setelah itu, alat ini mengukur jumlah intensitas kedua warna merah yang mewakili fraksi darah dengan dan tanpa oksigen. Selanjutnya, oksimeter mendeteksi denyut nadi dan kemudian mengurangi intensitas warna yang terdeteksi ketika denyut nadi tidak ada.

Intensitas warna yang tersisa hanya mewakili darah merah beroksigen yang kemudian ditampilkan di layar sebagai persentase saturasi oksigen dalam darah.

Cara Pakai Oximeter

Agar mendapatkan hasil yang akurat, beberapa langkah yang diperhatikan sebelum menggunakan alat ini, antara lain:

  • Pengukuran harus dilakukan setidaknya selama 5 menit.
  • Jika alat ini digunakan pada jari, tangan harus diletakkan di dada.
  • Emitters and detectors harus berlawanan satu sama lain dan cahaya tidak boleh mencapai detectors kecuali melalui jaringan. Pastikan jari dimasukkan sepenuhnya ke dalam alat ini. Pada anak-anak dan bayi gunakan alat yang sesuai dengan ukurannya.

Hal penting lainnya yang juga harus Anda ketahui adalah gangguan lingkungan seperti getaran (0,5-3,5 Hz), gerakan berlebihan, dan cahaya lampu panas inframerah dapat menyebabkan pembacaan yang salah. Selain itu, tangan yang dingin, kuku yang dicat, dan menggunakan pewarna intravascular seperti methylthioninium chloride, juga dapat  mengurangi pembacaan saturasi.

Cara Membaca Hasil Oximeter

Pembacaan ‘SpO2’ pada pulse oximeter menunjukkan persentase oksigen dalam darah seseorang.

Tingkat saturasi oksigen di atas 95 persen dianggap normal bagi sebagian besar individu yang sehat. Sedangkan tingkat 92 persen menunjukkan potensi hipoksemia atau kekurangan oksigen yang mencapai jaringan dalam tubuh.

Sedangkan tingkat oksigen darah yang lebih rendah dari 95 persen mungkin menunjukkan bahwa tubuh tidak memiliki cukup oksigen dalam darah untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini bisa terjadi karena ada masalah dengan jantung atau paru-paru. Keadaan ini mengharuskan Anda untuk bernapas melalui tabung oksigen.

Beberapa hal yang dapat memengaruhi hasil pembacaan oximeter, antara lain:

  • Sirkulasi darah yang buruk.
  • Menggunakan cat kuku.
  • Kuku panjang atau kotor.
  • Penggunaan tembakau.
  • Sensor pulse oximeter yang berbeda (klip jari vs. perekat).
  • Ketebalan kulit.
  • Suhu kulit.
  • Warna kulit. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kulit gelap (pada orang Afrika-Amerika,) mungkin mendapatkan pengukuran yang kurang akurat.

Kaitan Antara Kadar Oksigen dan COVID-19

Banyak orang dengan COVID-19 memiliki kadar oksigen yang rendah dalam darah, bahkan ketika seseorang merasa sehat. Kondisi ini dapat disebabkan adanya radang pada paru-paru penderita COVID-19, yang dapat dideteksi dengan lebih detail menggunakan rontgen dada. Kadar oksigen yang rendah dapat menjadi tanda peringatan dini bahwa perawatan medis diperlukan.

Namun, ada juga kondisi yang disebut dengan happy hypoxia pada penderita COVID-19, dimana seseorang mengalami pneumonia dengan saturasi di bawah 95%, namun tidak menunjukkan kondisi sesak, bahkan pasien dapat beraktivitas seperti biasa. Happy hypoxia ini berbahaya karena tubuh tidak mengenali ‘alarm’ ketika saturasi oksigennya berada di bawah nilai normal sehingga dapat menjadi silent killer atau pembunuh diam-diam.

Tingkat oksigen yang diukur dengan pulse oximeter bukan satu-satunya cara untuk mengetahui seberapa sakit seseorang. Beberapa orang mungkin merasa sangat sakit dan memiliki kadar oksigen yang baik, sedangkan beberapa orang mungkin merasa baik-baik saja, tetapi memiliki kadar oksigen yang buruk.

Kadar oksigen mungkin rendah jika seseorang merasa sesak napas, bernapas lebih cepat dari biasanya, atau merasa terlalu sakit untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa. Segera hubungi dokter jika Anda memiliki gejala-gejala ini.

Beberapa orang dengan penyakit paru-paru kronis atau sleep apnea dapat memiliki kadar normal sekitar 90%.

paket obat isolasi mandiri doktersehat

 

  1. Anonim. 2021. What Is Pulse Oximetry?. https://www.webmd.com/lung/pulse-oximetry-test. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  2. Anonim. Oxygen Levels, Pulse Oximeters, and COVID-19. https://www.health.state.mn.us/diseases/coronavirus/pulseoximeter.html. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  3. Gotter, Ana. 2017. Pulse Oximetry. https://www.healthline.com/health/pulse-oximetry. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  4. Knott, Laurence. 2020. Pulse Oximetry. https://patient.info/doctor/pulse-oximetry. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  5. Schiffman, George. 2021. Oximetry. https://www.medicinenet.com/oximetry/article.htm. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  6. Villines, Zawn. 2017. Why do we use pulse oximetry?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/318489#Who-can-benefit-from-pulse-oximetry. (Diakses pada 7 Juli 2021).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi