Magic mushroom atau jamur ajaib adalah jamur yang mengandung senyawa psilocybin. Psilocybin diklasifikasikan sebagai indole-alkylamine (tryptamine), senyawa yang memiliki struktur mirip dengan dengan lysergic acid diethylamide (LSD). Hal itulah yang membuat jamur ini sering disalahgunakan. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
Pada dasarnya, magic mushroom adalah sebuah istilah untuk menggambarkan jamur yang mengandung 4-phosphoryloxy-N,N-dimethyltryptamine atau psilocybin.
Psilocybin adalah zat halusinogen yang bekerja dengan mengaktifkan reseptor serotonin (paling sering di korteks prefrontal). Bagian otak ini memengaruhi suasana hati, kognisi, dan persepsi.
Jamur ini memiliki nama lain seperti shrooms, mushies, blue meanies, golden tops, liberty caps, philosopher’s stone, amani, dan agaric. Di Indonesia, jamur ini populer dengan nama jamur tahi sapi.
Semua zat halusinogen membawa risiko karena memicu masalah mental dan emosional. Jumlah psilocybin yang terkandung di dalam jamur ajaib berbeda-beda sehingga sangat sulit untuk menentukan seberapa jauh efek samping yang dirasakan.
Efek samping jamur ajaib dapat mencakup efek fisik dan mental.
Efek fisik:
Efek mental:
Magic mushroom terlihat mirip dengan jamur beracun, sehingga keracunan adalah risiko potensial yang bisa terjadi. Keracunan jamur dapat menyebabkan penyakit parah, kerusakan organ, hingga kematian.
Zat halusinogen yang terdapat di jamur ajaib memengaruhi bagian otak mengatur respons gairah dan panik. Psilocybin tidak selalu menyebabkan halusinasi visual atau pendengaran. Sebaliknya, zat tersebut mendistorsi bagaimana seseorang memandang objek dan kondisi lingkungan sekitarnya. Kuantitas jamur, masa lalu, dan harapan dapat memengaruhi efek psilocybin.
Setelah usus mencerna dan menyerap psilocybin, tubuh mengubahnya menjadi psilocyn. Efek halusinogen biasanya terjadi dalam waktu 30 menit setelah dikonsumsi dan berlangsung antara 4 dan 6 jam. Pada beberapa individu, perubahan persepsi sensorik dan pola pikir dapat berlangsung selama beberapa hari.
Potensi jamur memberikan pengaruh pada tubuh bergantung pada:
Jumlah bahan aktif dalam jamur kering 10 kali lebih tinggi dari jumlah yang ditemukan pada jamur segar.
Meski psilocybin tidak menyebabkan kecanduan secara kimiawi dan tidak ada gejala fisik yang terjadi setelah berhenti menggunakannya. Penggunaan secara teratur dapat menyebabkan seseorang menjadi toleran terhadap efek psilocybin. Toleransi silang (cross-tolerance) juga dapat terjadi dengan zat lain, termasuk LSD dan mescaline (zat psikedelik alami yang ditemukan pada kaktus peyote).
Setelah beberapa hari penggunaan psilocybin, seseorang mungkin mengalami penarikan psikologis (psychological withdrawal) dan mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan kenyataan.
Meskipun psilocybin telah digunakan selama berabad-abad dalam ritual, pengobatan modern baru-baru ini melaporkan studi klinis tentangnya. Sebuah laporan diterbitkan dalam Journal of Psychopharmacology merinci dua studi kecil yang mencatat bahan dalam jamur ajaib dapat membalikan perasaan ‘existential distress’ yang sering dirasakan pasien setelah dirawat karena kanker.
Pada beberapa kasus, kanker dapat membuat pasien dengan gangguan kejiwaan merasa bahwa hidup tidak ada artinya. Perawatan khas seperti antidepresan mungkin tidak efektif. Namun, penggunaan psilocybin sintetik dosis tunggal mengurangi stres yang dirasakan oleh pasien kanker dan memiliki efek jangka panjang.
Beberapa pasien kanker stadium lanjut menggambarkan efek dari zat tersebut seolah-olah masalah yang dialami hilang dari hidupnya.
Sementara itu, uji klinis Usona Institute PSIL201 pada psilocybin adalah studi tahap 2 yang mengevaluasi psilocybin sebagai pengobatan untuk major depressive disorder (MDD). Penelitian ini menggunakan desain studi acak, tersamar ganda, dan plasebo terkontrol, untuk mengukur efek antidepresan dari psilocybin dosis tunggal pada 80 pasien antara usia 21 hingga 65 tahun dengan MDD.
Hasilnya, psilocybin berpotensi menawarkan paradigma baru di mana senyawa short-acting memberikan perubahan mendalam dalam kesadaran dan dapat memungkinkan pengurangan gejala depresi jangka panjang.
Dalam sebuah studi percontohan kecil dari Johns Hopkins University, para peneliti menemukan bahwa terapi psilocybin secara signifikan meningkatkan pantang merokok selama periode tindak lanjut 12 bulan.
Menurut penelitian tersebut, psilocybin juga berpotensi untuk mengobati gangguan penyalahgunaan zat lain, termasuk kecanduan alkohol dan kokain. Penggunaan psilocybin dalam sesi yang diatur dengan baik memiliki kemampuan untuk membuat seseorang keluar dari aktivitas negatif dan membangun kembali kekuatan mentalnya agar bisa keluar dari masalah yang dihadapinya.
Sementara itu menurut Center for Psychedelic and Consciousness Research, sebuah penelitian mendatang akan mengevaluasi penggunaan psilocybin sebagai terapi baru untuk kecanduan opioid, penyakit Alzheimer, gangguan stres pascatrauma (PTSD), sindrom penyakit Lyme pascaperawatan, dan anoreksia nervosa.
Fakta lainnya, sebuah studi kecil open-label tentang psilocybin dan ketergantungan alkohol menemukan bahwa setelah mendapatkan pengobatan, jumlah konsumsi alkohol mengalami penurunan. Sedangkan penelitian di Alabama juga sedang melakukan uji coba terapi psilocybin pada seseorang yang kecanduan kokain.
Penting untuk diketahui, di Indonesia magic mushroom termasuk dalam narkotika golongan I yang diatur dalam Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009. Oleh karena itu, siapa pun yang menyalahgunakan jamur ini, baik penjual maupun pengguna dapat dipidana.