Penyebab Urinary Hesitancy pada Pria dan Wanita

Terbit: 29 July 2019 | Diperbarui: 30 July 2019
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Pernahkah Anda mengalami gangguan saat berkemih seperti terasa sangat nyeri saat urine keluar dari tubuh. Selanjutnya gangguan juga bisa dalam bentuk sulitnya mempertahankan aliran dari urine yang keluar. Kadang keluar cukup deras dan kadang jadi sangat lemah dan berkemih jadi lebih lama dan mengganggu aktivitas.

Sedikit mengenal urinary hesitancy

Urinary hesitancy adalah kondisi yang membuat kita mengalami kesulitan dalam memulai dan mempertahankan aliran urine. Kondisi bisa terjadi pada semua orang baik pria atau wanita. Tanda spesifik pada dua jenis kelamin itu sedikit berbeda meski secara umum penyebabnya sama.

Oh ya, gangguan ini umumnya terjadi pada mereka yang sudah lanjut usia. Namun, pada kondisi tertentu, mereka yang masih mudah bisa juga mengalaminya. Oleh karena itu, menjaga gaya hidup sehat sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya masalah urinary hesitancy yang sangat mengganggu dan wajib diperiksakan agar tidak terjadi komplikasi.

Penyebab umum urinary hesitancy

Seperti yang dikatakan sebelumnya, pria dan wanita sama-sama bisa mengalami gangguan ini. Penyebab umum dari gangguan ini pada pria dan wanita sama meski nanti akan dibahas yang lebih spesifik. Berikut beberapa tanda dari urinary hesitancy:

  • Kerusakan saraf yang terjadi akibat kecelakaan, stroke. diabetes, atau ada kerusakan pada otak.
  • Anestesi dari operasi yang dilakukan sebelumnya.
  • Mengalami infeksi saluran kemih dengan kondisi yang cukup parah dan sudah terasa sakit dan panas saat berkemih.
  • Munculnya batu ginjal dan batu kandung kemih di dalam tubuh.
  • Mengalami operasi di beberapa bagian saluran kemih.
  • Pengaruh obat tertentu seperti decongestants.
  • Ada infeksi penyakit menular seksual. Hampir semua penyakit seks menyebabkan kondisi ini kalau sudah parah.
  • Adanya kanker di sekitar saluran kemih dan melakukan blokade terhadap saluran kemih atau menekannya sehingga urine akan sulit sekali untuk keluar.
  • Masalah psikologi yang dialami.
  • Mengalami gangguan pada otot yang berada di sekitar kandung kemih.

Penyebab urinary hesitancy pada pria

Penyebab yang spesifik terjadi pada pria muncul pada prostat. Meski tidak selalu berbahaya dan bersifat kanker, tekanan ke kandung kemih bisa mengganggu aliran urine dan sulitnya memulai buang air kecil.

Pembesaran prostat yang terjadi pada pria bisa terjadi karena seseorang memang sudah berusia lanjut. Selain itu infeksi yang terjadi di saluran kemih juga penyebab inflamasi dan memicu kondisi prostatitis. Seseorang dengan kondisi ini harus segera disembuhkan agar kondisinya tidak semakin parah.

Penyebab urinary hesitancy pada wanita

Wanita jarang sekali mengalami urinary hesitancy dibandingkan dengan pria. Meski demikian, mereka tetap bisa mengalaminya apalagi saat sedang hamil atau setelah mereka melahirkan anak. Kondisi lain yang bisa memicu urinary hesitancy terdiri dari lamanya waktu persalinan, robekan di perineum, dan bayi yang keluar beratnya di atas 4.000 gram.

Selain berhubungan dengan hamil dan melahirkan, wanita yang mengalami infeksi saluran kemih juga bisa mendapatkan urinary hesitancy. Kalau mengalami infeksi ini segera periksakan diri ke dokter agar kondisinya bisa dikontrol.

Penanganan urinary hesitancy

Penanganan terhadap urinary hesitancy tergantung dengan seberapa parah dan apa pemicunya. Kalau masih ringan, mungkin bisa diatasi dengan hanya beristirahat dan minum air. Namun, kalau kondisinya dianggap cukup parah, beberapa penanganan di bawah ini harus diberikan.

  • Menggunakan antibiotik kalau mengalami infeksi di dalam saluran kemih.
  • Menggunakan obat tertentu kalau terjadi pembengkakan pada prostat. Pembengkakan ini bisa terjadi begitu saja atau karena prostatitis.
  • Kalau ada blokade di sekitar prostat, cara yang bisa dilakukan adalah melakukan operasi.
  • Prosedur tertentu dalam mengatasi masalah penyempitan di uretra.
  • Melakukan pembuangan jaringan di uretra yang kemungkinan besar melakukan blokade.

Meringankan urinary hesitancy di rumah

Kalau kondisi urinary hesitancy belum terlalu parah dan Anda bisa melakukan penanganan sementara untuk meredakan gangguannya, coba praktikkan beberapa hal di bawah ini. Dengan melakukannya, Anda bisa berkemih lagi dengan baik.

  • Mandi dengan air hangat dan buat tubuh jadi relaks. Gunakan air yang tidak terlalu panas agar tubuh tidak mengalami sakit. Anda juga bisa berendam sementara di air hangat yang bersih.
  • Gunakan botol yang diisi dengan air hangat. Selanjutnya letakkan botol di sekitar perut bagian bawah. Diamkan berada di sana selama beberapa saat untuk membuat gangguan reda perlahan-lahan.
  • Melakukan pijatan lembut di perut bagian bawah tempat kandung kemih berapa pemijatan akan memberikan rasa nyaman.
  • Selalu catat apa yang terjadi saat Anda sedang berkemih. Beberapa orang sering sekali mengalami masalah setelah mengonsumsi sesuatu atau melakukan hal tertentu.
  • Jangan melakukan aktivitas yang berlebihan terlebih dahulu seperti olahraga. Kalau kondisi sudah membaik baru boleh melakukannya lagi

Komplikasi urinary hesitancy

Asal tidak disebabkan oleh kondisi medis yang cukup parah, kondisi ini bisa ditangani dengan baik. Namun, kalau sampai terlambat menanganinya, gejala yang muncul akan semakin parah dan bisa membuat tubuh jadi tidak nyaman. Saat berkemih Anda akan sering mengalami tersiksa sehingga menahan untuk buang air kecil lebih sering dilakukan.

Komplikasi biasanya juga memicu rasa sakit dan tidak nyaman. Kalau rasa sakit yang terjadi sudah intens, Anda disarankan untuk minum obat pereda nyeri. Dengan menggunakan obat ini Anda tidak akan merasa tersiksa lagi.

Inilah beberapa ulasan tentang urinary hesitancy yang biasanya kerap dialami oleh mereka yang sudah lanjut usia. Meski demikian kita juga harus menjaga kesehatan walau masih mudah. Hal ini dilakukan karena kondisi urinary hesitancy juga bisa terjadi pada mereka yang masih mudah. Nah, pernahkah Anda mengalami gangguan saat berkemih sebelumnya?

DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi