Tes kesehatan sebelum menikah atau premarital check up adalah salah satu tindakan pencegahan masalah kesehatan bagi diri sendiri, pasangan, dan keturunan. Apakah tes ini penting dilakukan oleh semua pasangan yang ingin menikah? Simak penjelasannya.
Menurut Kementerian Kesehatan, keuntungan melakukan tes kesehatan pranikah, antara lain:
Pada umumnya, tes kesehatan sebelum menikah meliputi pemeriksaan riwayat penyakit sebelumnya, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penyakit sebelumnya bertujuan untuk memberikan gambaran risiko penyakit yang dimiliki.
Sedangkan pemeriksaan laboratorium berguna untuk mengetahui penyakit-penyakit yang belum diketahui. Sementara itu pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan maupun gangguan kesehatan.
Dari sudut pandang medis, hal ini adalah salah satu cara menciptakan keluarga yang sehat dan bahagia. Pemeriksaan kesehatan pranikah menjadi penting untuk menentukan langkah penanganan jika ditemukan risiko dari hasil pemeriksaan.
Sebelum dilakukan pemeriksaan kesehatan, setiap pasangan harus memiliki pemahaman yang sama terlebih dahulu, karena mungkin saja pasangan Anda memiliki sudut pandang yang berbeda mengenai tes ini.
Berikut adalah berbagai tes kesehatan sebelum menikah yang bisa Anda lakukan, di antaranya:
Tes kesehatan pranikah yang pertama adalah dengan melakukan pemeriksaan fisik. Pada umumnya, kondisi kesehatan bisa terlihat dari tekanan darah. Tekanan darah yang tinggi bisa berbahaya bagi kandungan karena bisa menghambat tumbuh kembang janin.
Selain itu, pemeriksaan ini juga dapat mengetahui apakah pasangan mempunyai beberapa riwayat penyakit atau tidak, misalnya diabetes.
Tes ini mencakup pemeriksaan leukosit, hematokrit, trombosit, Hb, eritrosit, hingga laju endap darah. Pemeriksaan tingkat Hb bagi wanita berguna untuk mengetahui ada tidaknya risiko thalassemia.
Thalassemia bisa membuat seseorang mengalami kurang darah (anemia). Keadaan yang disebabkan oleh kelainan genetik ini bisa menimbulkan sesak napas, kelelahan, hingga mudah mengantuk.
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengetahui kecocokan antara rhesus dengan efeknya terhadap ibu beserta sang anak. Rhesus negatif pada perempuan dan rhesus positif pada pria berisiko menimbulkan ketidaksesuaian yang berakibat fatal pada anak.
Anak pertama biasanya lahir tanpa masalah, namun masalah bisa terjadi pada kehamilan berikutnya ketika tubuh ibu membentuk antibodi yang menyerang janin sehingga menyebabkan intrauterine fetal death (IUFD), kondisi janin yang meninggal di dalam kandungan setelah kehamilan berusia 20 minggu.
Jika Anda dan pasangan setuju untuk melakukan tes ini, maka Anda berdua akan terhindar dari kemungkinan transmisi virus hepatitis B melalui hubungan seksual. Virus penyebab penyakit ini berada di dalam darah dan cairan tubuh seperti sperma dan cairan vagina.
Penyakit ini termasuk dalam kategori penyakit berbahaya karena dapat ditularkan dari wanita yang sedang hamil kepada janin dalam kandungannya. Penyakit ini bisa menyebabkan cacat fisik hingga kematian pada bayi yang baru dilahirkan.
TORCH adalah jenis penyakit yang ditimbulkan oleh Toxoplasmosis, Other (syphilis, varicella, mumps, parvovirus, HIV, dan fifth disease), Rubella, Cytomegalovirus (CMV), dan Herpes. Penularan biasanya disebabkan akibat konsumsi makanan mentah hingga melakukan kontak dengan kotoran hewan.
Cek kesehatan sebelum menikah ini penting untuk dilakukan untuk menghindari kelahiran prematur dan keguguran.
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan, tes ini bersifat wajib dilakukan oleh setiap pasangan yang ingin menikah. Namun apabila hasil tes menunjukkan Anda positif, hal tersebut tidak menghalangi jalannya pernikahan. Penting untuk dipahami, bagi Anda yang ingin memiliki momongan, penyakit ini bisa ditularkan pada anak.
Selain bisa menghindari Anda dari penyakit diabetes, tes ini dapat mengantisipasi komplikasi dari penyakit tersebut. Pemeriksaan ini menjadi penting dilakukan, khususnya pada wanita hamil yang memiliki hormon tidak stabil.
Tes yang umumnya dilakukan saat usia kehamilan 24 hingga 28 minggu ini juga bertujuan untuk mengecek adakah kemungkinan diabetes gestasional, diabetes yang bisa terjadi selama kehamilan.
Selain membantu menentukan kehamilan, urine ternyata juga bisa menandakan ada tidaknya penyakit sistemik atau metabolik. Penilaiannya didasarkan pada warna, jumlah, hingga bau yang dikeluarkannya.
Tes ini juga biasanya disarankan oleh dokter untuk pemeriksaan rutin kehamilan, menilai kondisi pasien sebelum operasi, atau mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Tes kesehatan sebelum menikah ini berguna untuk melihat tingkat kesuburan organ reproduksi. Tes ini menjadi penting terutama jika pasangan menginginkan kehadiran buah hati. Namun pemeriksaan ini tidak menjadi penting jika memang Anda berdua tidak terpikirkan untuk memiliki anak.
Tes yang dapat dilakukan melalui pengambilan sampel darah atau pengujian pada kulit ini sering kali dianggap tidak begitu penting. Padahal jika alergi tidak disadari keberadaannya dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat, hal itu bisa berakibat fatal pada kesehatan.
Seseorang yang menderita alergi, sistem kekebalan tubuhnya akan menghasilkan reaksi berlebihan pada alergen yang ada di sekitarnya. Meski bisa terjadi pada siapa saja, riwayat alergi pada keluarga seperti asma atau eksim, membuat seseorang lebih rentan mengalami alergi.
Kondisi seperti albinisme, sindrom Marfan, dan penyakit anemia sel sabit bisa diturunkan dari orang tua ke anak melalui gen. Pengujian gen bertujuan untuk membantu membuat pilihan yang tepat ketika pasangan memilih untuk hamil.
Tes ini juga dapat menilai risiko dan membantu menemukan solusi. Jika tes ini dilakukan sebelum hamil, perencanaan kehamilan bisa lebih matang.
Nah, itulah berbagai tes kesehatan sebelum menikah perlu Anda ketahui. Meski begitu, tidak semua tes tersebut harus dilakukan, konsultasi dengan dokter terlebih dahulu agar Anda mendapatkan pemeriksaan yang benar-benar sesuai dengan kondisi.