Terbit: 25 January 2020 | Diperbarui: 27 September 2022
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Setelah sempat menghebohkan masyarakat, seorang supsek virus corona yang ada di RSPI Sulianto Saroso dipastikan negatif terpapar virus yang sedang mewabah di berbagai negara tersebut. Seperti apa keterangan Kementerian Kesehatan terkait dengan hal ini?

Suspek di RSPI Sulianto Saroso Negatif Virus corona

Suspek Virus Korona di RSPI Sulianti Saroso Mengidap ISPA

Sekretaris DItjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto pada Jumat, 24 Januari 2020 kemarin menyebut suspek ternyata menderita infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA, bukannya virus corona. Kondisinya juga sudah semakin membaik dan diperbolehkan pulang.

Sementara itu, pemeriksaan pada tiga suspek virus corona lainnya yang ditemukan di Pulau Bali juga menunjukkan hasil negatif. Kondisi ketiganya juga sudah jauh lebih membaik.

“Kalau yang ditemukan di Denpasar, hasil pemeriksaannya ketiganya negatif. Sebenarnya sudah boleh pulang tapi mereka memilih belum pulang,” ucap dr. Achmad.

Jenis Orang yang Rentan Terinfeksi Virus Corona

Tak hanya di negara asalnya, Tiongkok, sejumlah negara sudah menerapkan kesiagaan demi mencegah penyebaran virus corona yang sudah menewaskan puluhan orang. DI Indonesia, misalnya, sudah memperketat pintu-pintu masuk negara demi mencegah masuknya virus ini.

Pakar kesehatan dr. Debra Chew dari Rutgers New Jersey Medical School menyebut ada beberapa orang yang ternyata lebih rentan untuk terpapar virus corona. Dia menyebut ibu hamil masih belum bisa dipastikan apakah lebih berisiko terpapar penyakit ini atau tidak, namun mereka yang berusia muda, para lanjut usia, serta mereka yang memiliki masalah sistem kekebalan tubuh cenderung lebih rentan terpapar virus ini.

Masalahnya adalah ciri-ciri awal dari paparan virus ini masih belum bisa diketahui. Gejalanya juga baru terlihat setelah lima hari terpapar.

“Dari pengecekan otoritas kesehatan, masa inkubasi dari virus corona cukup pendek, yakni sekitar lima hari. WHO pun masih mempelajari karakteristik dari virus dan penyakit ini,” terangnya.

Satu hal yang pasti, virus ini bisa menyebabkan gejala layaknya flu ringan, demam, batuk-batuk, dan sesak napas. Jika tak segera ditangani, bisa memicu pneumonia parah yang berujung pada kematian.

Tiongkok Tetapkan Situasi Darurat Tertinggi

Dua dari kota terbesar di Tiongkok, Beijing dan Shanghai baru-baru ini mengeluarkan status darurat tertinggi akibat wabah virus corona. Hingga saat ini, setidaknya dua provinsi di negara tersebut melaporkan kasus orang yang tewas atau terinfeksi virus ini.

Hingga Jumat, 24 Januari 2020 sore, setidaknya 29 warga terinfeksi virus corona di Beijing. Sementara itu, 20 orang di Shanghai juga sudah terindikasi positif terpapar virus ini. Sementara itu, Provinsi Hubei, termasuk Kota Wuhan, asal muasal dari virus corona jenis baru ini sudah menetapkan status darurat tertinggi sejak Jumat pagi.

Pemerintah Provinsi Hubei bahkan sampai menutup transportasi di 10 kota demi mencegah penyebaran virus ini lebih jauh. Khusus untuk Kota Wuhan dan Huanggang, kedua kota ini benar-benar sudah diisolasi total. Warganya tidak boleh keluar dari kota tersebut demi mengantisipasi penyebaran virus. Hal ini membuat lebih dari 40 juta orang terancam tidak bisa melakukan aksi mudik di Hari Raya Tahun Baru Imlek.

Hingga saat ini, 26 orang diketahui telah meregang nyawa akibat virus dengan nama 2019-nCoV ini. Hanya saja, ada dua kasus kematian yang diketahui berasal dari luar Provinsi Hubei, yakni di Provinsi Hebei yang dekat dengan Beijing dan di Provinsi Heilongjiang. Pemerintah Tiongkok juga menyebut sudah ada lebih dari 830 kasus virus ini di negara tersebut.

hotline-virus-corona-kemenkes-doktersehat

  1. Anderton, Kate. 2020. Emerging public health concern about Wuhan coronavirus.news-medical.net/news/20200123/Emerging-public-health-concern-about-Wuhan-coronavirus.aspx (Diakses pada 24 Januari 2020).


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi