Saat menghadapi stres, tubuh memproduksi hormon adrenalin. Jika dalam batas wajar, hormon ini akan mendukung organ tetap bekerja optimal. Sebaliknya, kekurangan ataupun kelebihan hormon ini akan membahayakan tubuh. Bagaimana mekanismenya? Simak di sini!
Adrenalin atau epinefrin adalah hormon yang berasal dari kelenjar adrenal (suprarenal). Kelenjar ini terletak di bagian atas kedua ginjal. Hormon adrenalin dihasilkan oleh kelenjar adrenal dan otak di dalam tubuh.
Secara umum, adrenalin adalah hormon yang berfungsi untuk membantu Anda bereaksi ketika sedang menghadapi situasi yang menegangkan, penuh tekanan, atau berbahaya.
Hormon ini juga dikenal sebagai hormon ‘fight-or-flight’. Berkat adanya hormon ini di dalam tubuh, Anda akan bereaksi dengan cepat saat menghadapi situasi yang sulit.
Otak akan mengirimkan sinyal ke kelenjar adrenal untuk segera melepas hormon ke dalam darah. Setelahnya, efek dari hormon tersebut akan terasa dalam kurun waktu 2 atau 3 menit.
Dampak dari pelepasan hormon ini juga dapat Anda rasakan dalam bentuk fisik, misalnya jantung yang berdetak lebih cepat.
Selain itu, terjadi pula peningkatan aliran darah ke otak dan otot, serta produksi gula dalam tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar.
Selain hormon adrenalin, kelenjar adrenal juga memproduksi berbagai hormon lainnya, yaitu kortisol, aldosteron, dan noradrenalin.
Kelenjar adrenal menghasilkan hormon yang akan membantu Anda menghadapi situasi berbahaya atau situasi yang membuat Anda stres berat. Hormon-hormon tersebut juga akan membantu mengatur sistem kekebalan tubuh, tekanan darah, dan metabolisme.
Secara umum, hormon dari kelenjar adrenal berperan membantu tubuh dalam berbagai hal berikut:
Baca Juga: Hormon Kortisol: Cara Kerja, Fungsi, dan Tips Mengontrolnya
Di sisi lain, saat tubuh melepaskan hormon adrenalin, berbagai efek pada organ tubuh bisa Anda rasakan, di antaranya:
Selain dihasilkan sendiri oleh tubuh, hormon adrenalin dapat diproduksi untuk keperluan pengobatan.
Suntik hormon ini akan berguna pada beberapa kondisi di bawah ini:
Kekurangan hormon adrenalin sangat jarang terjadi, meskipun Anda kehilangan kelenjar adrenal akibat kondisi medis tertentu ataupun tindakan pembedahan.
Namun, pada beberapa kasus, kurangnya hormon ini dapat menyebabkan seseorang kesulitan saat menghadapi situasi yang sulit.
Jika produksi hormon adrenalin berlebih, maka akan muncul sejumlah gejala, di antaranya:
Penting untuk Anda ketahui, saat seseorang sedang stres berat, maka hormon ini akan meningkat. Selain itu, kondisi medis tertentu juga bisa menyebabkan peningkatan hormon ini, misalnya tumor pada kelenjar adrenal.
Pada gilirannya, tingginya hormon adrenalin dalam tubuh dapat meningkatkan risiko berbagai kondisi, seperti:
Baca Juga: Hormon Prolaktin: Fungsi dan Cara Mengendalikannya
Cara mengontrol hormon adrenalin agar seimbang dalam tubuh adalah dengan mengelola stres. Jika stres yang Anda hadapi tidak terkelola dengan baik, maka tubuh akan terus-menerus memproduksi hormon ini.
Seiring berjalannya waktu, produksi hormon adrenalin yang berlebihan akan berakibat pada kerusakan pembuluh darah dan peningkatan tekanan darah.
Kondisi tersebut pada akhirnya akan meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke, serta menyebabkan kecemasan, berat badan bertambah, sakit kepala, insomnia, dan gangguan kesehatan lain seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Agar hormon adrenalin terkontrol, Anda harus mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, atau yang dikenal dengan ‘rest-and-digest system’. Cara kerjanya berbanding terbalik dengan ‘fight-or-flight response’ pada hormon adrenalin.
Pengaktifan saraf parasimpatis dapat meningkatkan keseimbangan tubuh dan memungkinkan tubuh beristirahat dan pulih.
Ada sejumlah cara yang bisa Anda lakukan untuk mengendalikan stres sekaligus menjaga kadar hormon ini di ambang batas normal. Berikut di antaranya:
Itulah penjelasan seputar hormon adrenalin. Selain mengelola stres, Anda juga bisa menjaga hormon ini tetap seimbang dengan menerapkan gaya hidup sehat. Lakukan diet sehat, olahraga teratur, dan batasi konsumsi kafein dan alkohol.