Pada sistem reproduksi wanita, terdapat korpus luteum yang ikut memegang andil di dalamnya. Perannya cukup besar dalam proses ovulasi, menstruasi, hingga kehamilan. Masih asing dengan namanya? Yuk, simak penjelasan berikut ini!
Corpus luteum atau korpus luteum adalah sel yang terbentuk pada indung telur (ovarium) selama proses pembuahan atau pelepasan sel telur (ovulasi). Ukuran sel ini bervariasi dan akan terbentuk rutin setiap bulan, yaitu selama siklus menstruasi berlangsung.
Saat seorang wanita ovulasi, folikel di dalam ovarium melepaskan sel telur alias ovum. Setelah ovum berhasil dilepaskan, maka folikel akan menutup, lalu membentuk diri menjadi sebuah sel yang dikenal sebagai korpus luteum.
Ini artinya, corpus luteum baru akan terbentuk ketika sel telur yang matang berhasil keluar dari folikel.
Corpus luteum merupakan sel yang memainkan peran penting bagi sistem reproduksi wanita. Berikut ini merupakan fungsi dari korpus luteum:
Corpus luteum akan mengeluarkan hormon estrogen dan progesteron untuk mempersiapkan tubuh terhadap kemungkinan pembuahan.
Progesteron adalah hormon yang berperan penting di masa awal kehamilan serta dalam siklus menstruasi. Sementara itu, estrogen terkenal berperan dalam kesehatan seksual dan reproduksi wanita bersama progesteron.
Korpus luteum ikut berperan dalam siklus menstruasi wanita. Namun sebelumnya, Anda perlu memahami bahwa terdapat beberapa fase dalam siklus menstruasi. Nah, sel ini berperan besar terhadap fase luteal atau fase ketiga siklus menstruasi. Berikut penjelasannya:
Jika sel telur dibuahi, maka embrio akan membentuk plasenta. Plasenta awal ini kemudian melepaskan hormon kehamilan hCG. Hormon ini yang dideteksi oleh tes kehamilan.
Kehadiran hCG ini akan memberi sinyal pada korpus luteum untuk terus mensekresi progesteron. Hormon ini juga akan mencegah ovulasi lebih lanjut.
Sebaliknya, bila sel telur tidak dibuahi dan kehamilan tidak terjadi, maka korpus luteum perlahan akan hancur. Kondisi ini berlangsung sekitar 10-12 hari setelah ovulasi, atau 2-3 hari sebelum periode menstruasi dimulai.
Saat corpus luteum rusak, produksi progesteron terhenti. Pada akhirnya, kondisi ini akan menyebabkan endometrium rusak. Menstruasi kemudian akan terjadi.
Terkadang korpus luteum dapat mengalami gangguan dan dapat memicu berbagai kondisi berikut:
Pada suatu kondisi, corpus luteum tidak hancur seperti yang semestinya sehingga menimbulkan penumpukan cairan. Kondisi ini kemudian dikenal sebagai kista korpus luteum.
Kista kecil umumnya tidak menimbulkan gejala, kecuali jika pecah, menjadi hemoragik (berdarah), atau terjadi torsi (memutar).
Kondisi tersebut akan menyebabkan gejala-gejala berikut:
Segera periksakan diri ke dokter jika kista pecah dan menyebabkan rasa sakit yang parah.
Selain kista, corpus luteum juga bisa tidak menghasilkan cukup progesteron. Produksi hormon progesteron yang menurun disebut sebagai cacat korpus luteum atau cacat fase luteal.
Berikut adalah beberapa gejala cacat fase luteal yang sebaiknya Anda waspadai:
Jika mengalami kondisi ini, wanita juga akan mengalami pemendekan waktu antara periode ovulasi dengan menstruasi. Konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan penanganan yang sesuai.
Berbagai pilihan perawatan yang akan direkomendasikan dapat berupa suplementasi progesteron atau penggunaan obat kesuburan, seperti suntikan Clomid (clomiphene) atau hCG.
Sayangnya, diagnosis yang tepat pada kondisi ini masih memicu kontroversi dan belum jelas.
Terkait dengan hal itu, American Society for Reproductive Medicine tidak mengakui cacat fase luteal sebagai penyebab pasti infertilitas (tidak subur).
Sejumlah tes untuk mendeteksi adanya gangguan pada corpus luteum, di antaranya:
Fokuslah untuk menyeimbangkan hormon-hormon di dalam tubuh sehingga corpus luteum tetap sehat. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan:
Korpus luteum memegang peran penting dalam sistem reproduksi wanita. Oleh karena itu, pastikan untuk menjaga kadar hormon di dalam tubuh tetap seimbang sehingga fungsi sel ini tidak terganggu.