DokterSehat.Com – Saat mengalami ejakulasi, pria akan menghasilkan sperma bercampur dengan air mani sebanyak 1-5 ml. Sperma ini bermanfaat untuk membuahi sel telur kalau masuk ke rahim dan akhirnya bergerak ke tuba falopi, tempat sel telur dilepas dan berdiam selama 12-24 jam.
Meski pria menghasilkan sperma sepanjang hidupnya, beberapa fakta tentang sel kelamin jantan ini banyak yang diabaikan. Mirisnya lagi, banyak sekali mitos tentang sperma yang justru diyakini. Nah, agar kita semua tidak salah lagi saat memahami sperma, simak beberapa ulasan di bawah ini.
Mitos terkait dengan sperma banyak beredar di luaran sana. Sayangnya kita kerap percaya begitu saja padahal salah. Berikut beberapa mitos tentang sperma yang wajib kita luruskan bersama-sama.
Tahukah Anda kalau sebenarnya sperma bisa hidup hingga lima hari kalau berada di dalam rahim. Lingkungan dari rahim membuat sperma jadi bertahan untuk menunggu sel telur yang keluar. Jadi, saat bercinta, bisa jadi sperma tidak langsung membuahi, tapi menunggu dahulu ada atau tidaknya sel telur.
Berbeda dengan berasa di dalam rahim, kalau berada di udara bebas, sperma akan bertahan maksimal 30 menit saja. Selanjutnya sperma akan mati dengan sendirinya ditandai dengan mencairnya air mani. Kalau sebelumnya agar keruh, putih susu, dan kental, setelah beberapa saat akan menjadi jernih.
Kekentalan tidak menunjukkan banyaknya sperma yang dihasilkan oleh pria. Kekentalan dari air mani juga menunjukkan banyaknya komponen lain dari air mani termasuk protein yang kerap dianggap bermanfaat untuk wanita. Jadi, kalau Anda memiliki air mani yang tidak terlalu kental, jangan berkecil hati dahulu.
Yang paling penting dari air mani adalah volumenya dan jumlah sperma. Selama setiap 1 ml air mani ada lebih dari 15 juta sel, kemungkinan terjadi pembuahan akan tetap besar.
Mitos yang beredar di luaran sana bilang kalau menelan sperma dari pria akan membuat wanita menjadi lebih sehat. Sperma mengandung banyak nutrisi termasuk glukosa dan juga protein. Memang benar, sperma mengandung komponen ini, tapi ada komponen lain yang tidak terlihat dan sering diabaikan.
Beberapa air mani yang keluar dari pria juga mengandung virus dan bakteri tertentu. Pada pria sehat mungkin air maninya juga akan sehat. Namun, pada pria yang memiliki penyakit seperti gonore dan hepatitis, kemungkinan air mani sehat akan rendah. Menelan cairan mani termasuk cairan praejakulasi bisa menyebabkan penyakit.
Cairan praejakulasi atau sering disebut precum tetap mengandung sperma meski kecil. Jadi, kemungkinan terjadi kehamilan tetaplah ada meski sangat kecil. Melakukan coitus interruptus tetap berpotensi sebabkan kehamilan.
Tidak semua sperma yang keluar adalah sehat. Biasanya sekitar 30-40 persen sperma yang keluar memiliki beberapa kelainan sehingga tidak bisa bersaing untuk melakukan pembuahan. Kualitas sperma yang dimaksud di sini adalah motilitas atau pergerakan, bentuk dari kepala hingga ekor, dan DNA yang dibawa. Kalau sperma memiliki kriteria ini, kemungkinan mencapai tuba falopi akan besar.
Pernyataan ini sangat salah. Meski sperma masuk ke dalam saat melakukan seks, bisa jadi tidak masuk hingga ke dalam dan membuahi sel telur. Saat sperma yang berada di dalam air mani masuk, setiap sel akan masuk ke serviks lalu berlanjut ke rahim dan bergerak lagi ke tuba falopi. Nah, di tuba falopi inilah sperma membuahi sel telur.
Wanita akan mengalami menopause dan sel telur di dalam tubuhnya tidak akan diproduksi lagi. Pria pun juga demikian, pada usia tertentu, sperma tidak akan dihasilkan dalam jumlah banyak dan sehat. Semakin tua pria, sperma yang dimiliki akan turun kualitasnya. Jadi, pria tidak selalu bisa melakukan pembuahan.
Sperma harus dijaga dengan baik agar fungsi reproduksi dari pria tetap ada dan tidak menurun. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjaga sperma.
Sperma adalah sel penting yang harus dihasilkan oleh pria kalau ingin membuahi pasangan. Oleh karena itu, menjaga kesehatan dari sperma harus dilakukan dengan baik agar tidak terjadi masalah di kemudian hari seperti kemandulan.