Terbit: 26 June 2016
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

DokterSehat.Com – Human papillomavirus (HPV) merupakan virus penyebab infeksi di saluran reproduksi yang banyak ditemukan. Hampir seluruh wanita dan pria yang aktif secara seksual pernah terinfeksi virus ini dan beberapa mengalaminya berulang kali.

Human Papillomavirus (HPV) dan Kanker Leher Rahim

Masa puncak untuk mengalami infeksi virus ini baik pada pria maupun wanita adalah sesaat setelah mereka mulai aktif secara seksual. HPV ditularkan melalui hubungan seksual. Virus ini bahkan dapat menular hanya dengan kontak kulit antara alat genital dari dua orang yang berbeda.

Ada banyak jenis virus HPV, dan banyak di antaranya yang tidak menimbulan masalah kesehatan. Infeksi HPV biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan apapun dalam waktu beberapa bulan setelah tertular, dan sekitar 90% sembuh sempurna dalam 2 tahun. Hanya sebagian kecil infeksi dari jenis virus HPV tertentu yang menetap dan berlanjut menjadi kanker.

Kanker leher rahim atau kanker serviks sejauh ini merupakan penyakit yang berhubungan dengan HPV yang paling banyak ditemukan. Hampir semua kasus kanker serviks terbukti berkaitan dengan infeksi HPV.

Meskipun data mengenai kanker di daerah genital selain kanker leher rahim lebih sedikit, terbukti semakin banyak penelitian yang menunjukkan adanya kaitan antara HPV dengan kanker anus, vulva, vagina, dan penis. Meskipun kanker-kanker ini lebih jarang daripada kanker serviks, metode pencegahan yang sama seperti pencegahan kanker serviks dapat dilakukan untuk mencegah kanker yang lain ini, karena sama-sama berkaitan dengan infeksi HPV.

Tanda dan Gejala
Sebagian besar infeksi HPV tidak menimbulkan gejala atau penyakit apapun dan sembuh secara spontan. Namun, infeksi yang terus-menerus oleh jenis HPV tertentu (paling sering tipe 16 dan 18) dapat menyebabkan lesi pra kanker. Jika dibiarkan, lesi atau kelainan ini dapat berlanjut menjadi kanker, meskipun biasanya perlu waktu hingga bertahun-tahun lamanya.

Gejala kanker leher rahim cenderung muncul hanya setelah kanker telah mencapai stadium lanjut. Di antaranya:

  • Perdarahan yang abnormal dari jalan lahir saat tidak sedang menstruasi atau setelah melakukan hubungan seksual.
  • Nyeri punggung, kaki, atau panggul.
  • Mudah lelah, berat badan menurun drastis, hilang nafsu makan.
  • Keluarnya cairan abnormal dari jalan lahir yang berbau busuk.
  • Salah satu kaki bengkak.
  • Gejala yang lebih berat akan muncul seiring dengan perjalanan penyakit.

Bagaimanakah infeksi HPV bisa menjadi kanker leher rahim?
Meskipun sebagian besar infeksi HPV sembuh dengan sendirinya dan sebagian besar lesi pra kanker juga dapat menghilang secara spontan, setiap wanita tetap berisiko mengalami infeksi HPV yang menetap dan lesi pra kanker yang melanjut menjadi kanker.

Perlu waktu 15-20 tahun untuk infeksi HPV dapat berkembang menjadi kanker pada wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang normal. Sedangkan pada wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah, misalnya penderita HIV, hanya perlu waktu sekitar 5-10 tahun.

Faktor risiko untuk infeksi HPV berkembang menjadi kanker leher rahim antara lain:

  • Usia saat pertama kali melakukan hubungan seksual yang terlalu muda.
  • Pasangan seksual yang barganti-ganti.
  • Penurunan kekebalan tubuh (misalnya penderita HIV).

 

Skrining untuk kanker leher rahim
Skrining kanker serviks adalah suatu pemeriksaan untuk mencari adanya kanker atau lesi pra kanker pada wanita-wanita yang tidak mengalami gejala kanker dan mungkin merasa sehat-sehat saja. Jika saat skrining ditemukan lesi pra kanker, lesi ini akan dapat diatasi dengan mudah dan wanita tersebut akan terhindar dari kanker. Skrining juga dapat mendeteksi kanker pada stadium awal sehingga dapat segera ditangani dan memiliki potensi yang lebih besar untuk sembuh.

Karena lesi pra kanker perlu waktu bertahun-tahun untuk muncul, skrining direkomendasikan untuk setiap wanita usia 30-49 tahun atau telah aktif secara seksual. Skrining ini paling tidak dilakukan satu kali seumur hidup atau lebih baik lagi jika dilakukan secara rutin, misalnya setiap beberapa tahun sekali.

Ada 3 macam skrining yang dapat dilakukan:

  • Papsmear
  • IVA (inspeksi visual dengan asam asetat)
  • Deteksi antigen HPV untuk orang yang berisiko tinggi

 

Vaksinasi HPV
Saat ini ada 2 jenis vaksin yang dapat melindungi dari HPV tipe 16 maupun 18, yang merupakan penyebab 70% kejadian kanker serviks. Vaksin ini juga dapat melindungi dari jenis HPV yang lain, misalnya HPV tipe 6 dan 11 yang dapat menyebabkan semacam kutil di area genital.

Uji coba klinis menunjukkan bahwa kedua vaksin tersebut aman dan sangat efektif dalam mencegah infeksi HPV tipe 16 dan 18. Namun, vaksin tersebut tidak bisa mengobati infeksi HPV yang telah terjadi.

Kedua vaksin tersebut bekerja paling baik jika diberikan sebelum terpapar HPV. Jadi, lebih dianjurkan untuk memberikan vaksin ini sebelum melakukan hubungan seksual untuk pertama kali. WHO merekomendasikan vaksinasi pada anak perempuan usia 9-13 tahun, sebelum anak tersebut aktif secara seksual. Beberapa negara juga melakukan vaksinasi pada anak laki-laki selain anak perempuan.

Vaksinasi HPV tidak dapat menggantikan skrining kanker serviks. Sekalipun telah divaksin, tetap disarankan melakukan skrining kanker serviks.

Pencegahan kanker leher rahim
WHO merekomendasikan pendekatan yang komprehensif untuk mencegah kanker serviks. Mereka merekomendasikan tindakan yang meliputi intervensi sepanjang hidup. Intervensi ini harus multidisiplin, melibatkan komponen edukasi komunitas, mobilisasi sosial, vaksinasi, skrining, tata laksana dan perawatan paliatif.

Rekomendasi lain yang tepat untuk anak laki-laki dan perempuan usia 9-13 tahun adalah:

  • Edukasi mengenai aktivitas seksual yang aman, termasuk anjuran untuk menunda hubungan seksual yang pertama kali hingga usia yang cukup matang.
  • Promosi dan pembagian kondom untuk mereka yang telah aktif secara seksual.
  • Peringatan mengenai rokok, yang merupakan faktor risiko penting untuk kanker serviks maupun kanker yang lain.
  • Sirkumsisi pada anak laki-laki.

WHO juga telah mengembangkan panduan untuk mencegah kanker serviks, termasuk dengan vaksinasi dan skrining.

Sumber: World Health Organization (WHO)


DokterSehat | © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi