DokterSehat.Com- Badan Kesehatan Dunia WHO memprediksi pada tahun 2030 mendatang, negara-negara berkembang seperti Indonesia akan mengalami ledakan jumlah kasus penyakit kanker. Salah satu kasus kanker yang mengalami peningkatan jumlah kasus dengan signifikan adalah kanker payudara.

Di Indonesia, 70 persen pasien kanker payudara baru terdeteksi setelah kankernya berkembang hingga stadium lanjut. Karena sudah dalam kondisi yang parah, BPJS menyebutkan bahwa setiap tahunnya, biaya pengobatan yang ditanggung untuk penyakit ini saja mencapai lebih dari Rp 1 Triliun. Sebagai informasi, kanker payudara adalah kanker yang paling banyak diderita dan paling mematikan di Indonesia.
Pakar kesehatan dr. Martha Royda Manurung yang berasal dari RS Kanker Dharmais menyebutkan bahwa payudara yang sudah terkena kanker akan mengalami perubahan seperti munculnya cekungan, keluarnya cairan dari puting payudara, dan perbandingan ukuran payudara kanan dan kiri yang semakin kontras. Jika kaum hawa sudah mengalami gejala-gejala ini, ada baiknya mereka memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter.
Dr. Martha juga menyebutkan faktor risiko kanker payudara paling besar bagi kaum wanita adalah faktor hormonal. Mereka yang sudah haid sebelum usia 12 tahun, hamil anak pertama dengan usia lebih dari 30 tahun, atau tidak pernah hamil atau menyusui sebelumnya, dan mereka yang terlambat mengalami menopause, yakni hingga usianya lebih dari 50 tahun, ada baiknya mewaspadai datangnya penyakit mematikan ini.
Selain deteksi dini dengan melakukan Sadari atau Periksa Payudara Sendiri, dr. Martha menyarankan kaum hawa, khususnya yang sudah berusia lebih dari 40 tahun untuk melakukan tes mammografi dan USG. Dengan melakukan tes-tes ini, maka deteksi dini kanker payudara bisa dilakukan sehingga jika sampai memang terjadi tanda-tanda yang mencurigakan, bisa segera melakukan tindakan pencegahan agar tidak berkembang menjadi kanker yang mematikan.