Terbit: 27 April 2020
Ditulis oleh: Muhamad Nuramdani | Ditinjau oleh: dr. Adrian Setiaji

Jenis protein yang selama ini kita ketahui adalah yang membantu pembentukan massa otot. Tahukah Anda, ternyata protein dalam tubuh memiliki banyak jenis dan memiliki masing-masing fungsinya bagi tubuh. Yuk simak penjelasan di bawah ini untuk mendapatkan informasi tentang jenis, fungsi protein, hingga dampak kekurangan protein bagi tubuh!

10 Jenis Protein dan Fungsinya untuk Tubuh Tetap Sehat

Jenis Protein dan Fungsinya untuk Tubuh

Protein adalah makronutrien yang membantu pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan tubuh. Asam amino adalah bahan pembangun dasar protein dan dikategorikan sebagai senyawa yang esensial atau tidak esensial. Asam amino esensial diperoleh dari makanan kaya protein seperti daging, kacang-kacangan, dan ayam, sedangkan yang tidak esensial secara alami ditemukan dalam tubuh.

Berikut adalah sejumlah jenis protein dan fungsinya bagi tubuh:

1. Protein Hormon

Hormon adalah bahan kimia berbahan protein yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endokrin. Hormon yang biasanya disalurkan melalui darah, bertindak sebagai pembawa pesan kimia yang mengirimkan sinyal dari satu sel ke sel lainnya. Setiap hormon memengaruhi sel-sel tertentu dalam tubuh yang dikenal sebagai sel target.

Sel-sel tersebut memiliki reseptor spesifik di mana hormon menempelkan dirinya untuk mengirimkan sinyal. Sebagai contoh, jenis protein ini adalah insulin yang dikeluarkan oleh pankreas untuk mengatur kadar gula darah dalam tubuh.

2. Protein Struktural

Protein ini juga dikenal sebagai protein berserat. Protein struktural adalah komponen yang diperlukan tubuh, Ini termasuk kolagen, keratin, dan elastin.

Kolagen berfungsi membentuk kerangka kerja otot, tulang, tendon, kulit, dan tulang rawan. Sedangkan keratin dan elastin adalah komponen struktural utama pada rambut, kuku, gigi, dan kulit.

3. Protein Enzimatik

Jenis ini berfungsi mempercepat proses metabolisme dalam sel, termasuk fungsi hati, pencernaan lambung, pembekuan darah, dan mengubah glikogen menjadi glukosa.

Contohnya adalah enzim pencernaan yang memecah makanan menjadi bentuk yang lebih sederhana agar mudah diserap tubuh Anda.

4. Protein Transport

Protein transport berfungsi untuk membawa bahan-bahan penting ke sel. Hemoglobin, misalnya, membawa oksigen ke jaringan tubuh dari paru-paru.

Lain halnya albumin serum yang membawa lemak dalam aliran darah Anda, sementara mioglobin menyerap oksigen dari hemoglobin dan kemudian melepaskannya ke otot. Jenis protein transport lainnya adalah calbindin yang memfasilitasi penyerapan kalsium dari dinding usus.

5. Protein Antibodi

Protein defensif atau antibodi atau juga disebut imunoglobulin, adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus hingga infeksi.

Antibodi sendiri terbentuk dalam sel darah putih dan bertugas menyerang bakteri, virus, dan mikroorganisme berbahaya lain yang  menjadikannya tidak aktif.

6. Protein Pengikat

Protein pengikat terutama menyimpan ion mineral seperti kalium dalam tubuh. Zat besi, misalnya, adalah ion yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, komponen struktural utama sel darah merah.

Ferritin yang menyimpan zat besi – termasuk jenis protein pengikat – yang berfungsi dalam mengatur dan menjaga terhadap efek buruk dari kelebihan zat besi dalam tubuh.

Ovalbumin dan kasein adalah protein pengikat yang ditemukan dalam air susu ibu (ASI) dan putih telur, masing-masing berperan besar dalam perkembangan embrionik.

7. Protein Reseptor

Protein reseptor terletak di bagian luar sel berfungsi dalam mengontrol zat yang masuk dan meninggalkan sel, termasuk air dan nutrisi. Beberapa reseptor dapat mengaktifkan enzim, sementara yang lain merangsang kelenjar endokrin untuk mengeluarkan epinefrin dan insulin untuk mengatur kadar gula darah.

8. Protein Pengantar Sinyal

Jenis protein ini memungkinkan sel untuk saling berkomunikasi. Sinyal, reseptor, dan penyampaian protein bekerja bersama untuk mendapatkan informasi dari luar sel ke dalam.

Reseptor adrenergik sendiri diaktifkan oleh hormon non-protein (disebut adrenalin) pada saat stres. Ini memberi sinyal pada sel-sel jantung untuk berdetak lebih cepat dan sel-sel hati melepaskan glukosa yang memberi energi pada otot.

Insulin dilepaskan ke aliran darah setelah makan. Ini mengaktifkan reseptor insulin yang memberi sinyal sel otot dan lemak untuk menyimpan gula darah.

Sementara EGF (epidermal growth factor) atau faktor pertumbuhan epidermis dilepaskan di area luka. Faktor ini mengaktifkan reseptor EGF yang memberi sinyal sel-sel kulit untuk tumbuh dan membelah selama penyembuhan luka.

9. Protein Sensorik

Protein sensorik berfungsi dalam membantu manusia belajar tentang lingkungan. Protein ini membantu manusia mendeteksi sentuhan, suara, cahaya, bau, rasa, rasa sakit, dan panas. Beberapa organisme bahkan dapat mendeteksi listrik atau magnet.

Misalnya, opsins adalah protein transmembran yang ada di mata untuk mendeteksi cahaya. Opsins inilah yang mengubah cahaya menjadi sinyal listrik dan kimia yang dapat dianalisis oleh otak.

10. Protein Penggerak

Protein ini juga dikenal sebagai protein motorik, protein yang berfungsi mengatur kekuatan dan kecepatan kontraksi jantung dan otot. Protein ini adalah aktin dan miosin.

Protein penggerak dapat menyebabkan komplikasi jantung jika mereka menghasilkan kontraksi parah. Protein ini melengkapi daftar jenis protein.

Dampak Tubuh Kekurangan Protein

Protein secara alami menurun seiring bertambahnya usia, termasuk kekurangan protein pada otot, jantung, otak, limpa, testis, dan ovarium. Ini berdasarkan penelitian yang dilakukan klinik Mayo Jan van Deursen, Ph.D pada tikus. Penelitian ini berteori bahwa kondisi tersebut juga berlaku pada tubuh manusia, dengan kekurangan protein dapat menyebabkan katarak, masalah jantung, kyphosis atau atrofi otot yang semuanya rentan pada lansia.

Berikut sejumlah gejala atau dampak dari kekurangan protein bagi tubuh:

  • Kesulitan membangun massa otot
  • Kesulitan menurunkan berat badan
  • Metabolisme yang lambat
  • Tingkat energi rendah dan kelelahan
  • Kesulitan berkonsentrasi dan kesulitan belajar
  • Perubahan suasana hati
  • Sistem kekebalan tubuh rendah
  • Nyeri otot, tulang, dan sendi
  • Perubahan gula darah yang memicu diabetes
  • Penyembuhan luka yang lambat

Sumber Protein dari Berbagai Macam Makanan

Protein adalah zat pembentuk organ, otot, kulit, dan hormon. Tubuh manusia pada dasarnya membutuhkan protein untuk memelihara dan memperbaiki jaringan. Protein terutama dibutuhkan anak-anak untuk pertumbuhan.

Penelitian menunjukkan bahwa makan makanan sumber protein juga dapat membantu menurunkan berat badan dan lemak perut sambil meningkatkan massa dan kekuatan otot. Diet yang tinggi protein juga dapat membantu menurunkan tekanan darah, melawan diabetes, dan lainnya.

Angka kecukupan gizi (AKG) yang disarankan untuk mendapatkan protein adalah 46 gram agi wanita dan 56 gram untuk pria. Namun, Kebanyakan ahli kesehatan dan kebugaran percaya seseorang memerlukan lebih dari itu agar tubuh berfungsi secara optimal.

Protein bisa kita dapatkan dari makanan, berikut adalah sejumlah makanan enak yang kaya protein:

  • Telur
  • Dada ayam
  • Oatmeal
  • keju Cottage
  • Susu
  • Yoghurt
  • Brokoli
  • Daging sapi tanpa lemak
  • Ikan, termasuk tuna
  • Udang
  • Kacang

Itu dia jenis protein yang memiliki masing-masing fungsinya untuk kesehatan tubuh, dampak buruk kekurangan protein, hingga berbagai macam makanan sumber protein. Teman Sehat, yuk cukupi tubuh Anda dengan asupan protein agar fungsi tubuh tetap terjaga!

  1. Anonim. Tanpa Tahun. Types of Proteins. https://learn.genetics.utah.edu/content/basics/proteintypes/. (Diakses 27 April 2020)
  2. Axe, Josh. 2018. 9 Signs of a Protein Deficiency + How to Fix. https://draxe.com/nutrition/protein-deficiency/. (Diakses 27 April 2020)
  3. Leal, Darla. 2019. The Importance of Amino Acids With Protein Deficiency. https://www.verywellfit.com/what-are-the-effects-of-protein-deficiency-4160404. (Diakses 27 April 2020)
  4. Cooper, Geoffrey M. 2000. Actin, Myosin, and Cell Movement. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9961/. (Diakses 27 April 2020)


DokterSehat | © 2024 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi