Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit yang disebabkan salah satu virus dari keluarga Coronavirus yaitu SARS-CoV-2, virus yang mirip dengan virus SARS yang menyerang dunia pada tahun 2004. COVID-19 adalah penyakit menular yang sudah mewabah di seluruh dunia (pandemi). Jumlah kasus yang terkonfirmasi saat ini sangat mungkin lebih rendah daripada sebenarnya karena kemampuan tes untuk konfirmasi kasus COVID-19 di Indonesia yang rendah1.
Penularan COVID-19 yang utama adalah melalui droplet pernapasan yang terhirup (transmisi langsung) dan melalui sentuhan dengan permukaan yang terinfeksi lalu menyentuh mata, hidung atau mulutnya (transmisi tidak langsung)2.
Tidak semua orang yang terjangkit COVID-19 memiliki keluhan, terutama pada kelompok dewasa muda atau remaja sering bersifat asimtomatik. Data dari WHO, China dan Itali menyatakan bahwa mungkin hingga 80% infeksi COVID-19 bersifat asimtomatik3–5. Kondisi ini membuat penularan penyakit ini sangat mudah terjadi.
Seluruh dunia sedang meneliti COVID-19, termasuk pencegahan dan pengobatannya. Perkembangan penelitian COVID-19 yang cepat setiap harinya tentu memunculkan penelitian terbaru yang bisa mengubah pemahaman kita tentang penyakit ini. Terlepas dari banyaknya penelitian terkait COVID-19, masih banyak yang belum diketahui, termasuk hubungan antara asma dan COVID-19. Penulis mencoba mencari hasil penelitian terbaru terkait asma dan COVID-19 dalam artikel ini.
Hingga artikel ini dibuat, sudah ada ratusan penelitian terkait pengobatan dan vaksin COVID-19 di seluruh dunia, namun belum ada obat ataupun vaksin yang sudah terbukti untuk COVID-19 sehingga pencegahan infeksi merupakan hal utama dalam penanganan kasus COVID-19. Pencegahan penularan COVID-19 juga semakin penting pada penyakit paru kronis seperti penderita asma.
Pasien dengan asma tidak memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk terjangkit COVID-19 namun jika tertular COVID-19 pasien asma yang sedang/berat memiliki risiko lebih tinggi menjadi COVID-19 yang berat6.
Hal ini terlihat dari laporan CDC Amerika yang menyatakan bahwa asma merupakan salah satu kondisi penyerta yang sering pada pasien COVID-19 pada kelompok usia 18-49 tahun7. Salah satu penjelasannya adalah pada pasien asma, ‘pintu masuk’ virus SARS-CoV-2, yaitu TMPRSS2 dan ACE2, lebih banyak pada saluran nafas pasien asma sehingga meningkatkan resiko terjadinya COVID-19 yang berat. Sekali lagi, temuan ini butuh penelitian lebih lanjut8.
Hal yang semakin mempersulit adalah membedakan antara asma yang kambuh dan COVID-19 secara klinis. Kondisi ini membuat pelayanan kesehatan nebulisasi pasien sangat dihindari untuk menghindari penyebaran COVID-19 di dalam fasilitas kesehatan. Alhasil pasien asma yang kambuh akan kesulitan untuk menghentikan asmanya yang kambuh10. Kekambuhan asma sangat amat dihindari untuk pasien-pasien asma pada pandemi COVID-19.
Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah tertular COVID-19 dan mencegah kambuhnya asma. Mencegah tertularnya COVID-19 dapat dilakukan dengan lima cara, yaitu2:
Hal lain yang penting untuk penderita asma adalah mencegah asma kambuh dengan melakukan pengobatan asma dan berolahraga. Berikut ini penjelasan selengkapnya:
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa saat pandemi COVID-19, sangat dihindari terjadinya kekambuhan asma. Sehingga kepatuhan bersifat wajib untuk penderita asma. Hal lainnya adalah memastikan teknik penggunaan obat hirup yang benar dan menghindari pencetus/allergen asma (seperti debu atau bulu kucing)9.
Disarankan untuk berolahraga minimal 150 menit dalam seminggu dengan intensitas sedang. Data terkini menunjukan bahwa olahraga dapat mengurangi resiko terjadinya sindrom gangguan nafas akut/acute respiratoy distress syndrome (ARDS) yang merupakan penyebab kematian utama pasien COVID-19. Manfaat olahraga lainnya adalah meningkatkan kontrol asma, mengurangi stres, mengurangi kekambuhan asma, dan meningkatkan kualitas hidup10.
Olahraga disarankan berupa aktivitas aerobik dengan intensitas sedang, intensitas ini tercapai ketika denyut jantung berdetak cepat dan nafas terasa lebih berat namun tetap bisa berbicara. Olahraga bisa disesuaikan dengan minat masing-masing, namun tetap harus ada aspek aerobik dan resisten.
Aerobik bisa mengikuti tarian aerobic di Youtube atau berlari ringan di luar rumah (namun tetap disiplin dengan protokol pencegahan COVID-19). Resisten berupa mengangkat beban yang sesuai dengan kemampuan. Rutin yang mudah dilakukan adalah melalukan 5 gerakan, dengan masing-masing sebanyak 8-12 kali atau selama semenit, lalu ulangi sebanyak 3 – 5 kali.
Beban yang sesuai adalah beban yang terasa ringan di awal namun terasa berat ketika mengangkat yang ke delapan kalinya. Latihan ini berguna juga untuk meningkatkan kesehatan jantung10.
Kesimpulannya, pandemi COVID-19 adalah ancaman besar, terutama untuk orang-orang dengan asma. Hingga saat ini belum ada pengobatan ataupun vaksin penyakit ini sehingga pencegahan menjadi prioritas untuk semua orang.
Pencegahan bisa dilakukan dengan menegakkan protokol COVID-19 dan spesifik pada orang dengan asma, pencegahan kekambuhan asma juga sangat penting. Hal ini dapat dilakukan dengan patuh dengan regimen pengobatannya, memastikan teknik penggunaan obat yang benar, hindari pencetus, dan berolahraga.
Artikel kesehatan ini disponsori: