Pandemi belum juga usai, kini publik dunia kembali dikejutkan dengan kabar adanya mutasi virus Corona D614G. Celakanya, beberapa sumber mengatakan jika virus ini 10 kali lebih menular ketimbang virus SARS-Cov-2 sebelumnya. Benarkah demikian? Simak informasi selengkapnya berikut ini!
D614G adalah istilah yang disematkan pada virus Corona jenis SARS-Cov-2 yang mengalami mutasi. SARS-Cov-2 yang menjadi ‘’biang keladi” dari pandemi COVID-19 ini sejatinya mengalami sejumlah mutasi. D614G sendiri merupakan satu dari 4 (empat) rangkaian mutasi virus yang mana keempatnya tersebut saling berkaitan (mutasi G, GH, GR, dan GV). Selain itu, ada juga jenis mutasi L, O, S, dan V.
Mutasi terjadi pada spike dari virus ini. Spike sendiri merupakan protein berbentuk paku yang terdapat pada permukaan “tubuh” virus Corona. Protein inilah yang berfungsi membantu virus untuk mengikat dan menginfeksi sel inang, dalam hal ini manusia. Awalnya, strain virus adalah D614 (berasal dari Wuhan, Tiongkok). Kemudian, asam amino 614 pada virus mengalami perubahan dari D (asam aspartat) menjadi G (glisin).
Kendati demikian, tingkat mutasi pada virus Corona SARS-Cov-2 masih lebih rendah ketimbang jenis virus lainnya seperti:
Sejatinya infeksi virus itu adalah self limited disease” artinya tanpa obat pun sebetulnya tubuh mampu mengatasinya sendiri, namun memang virus mampu bermutasi lebih cepat daripada bakteri ataupun parasit.
Pertama kali terdeteksi di Eropa pada Februari silam, mutasi virus Corona D614G saat ini mendominasi kasus positif COVID-19 di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Terbaru, mutasi virus ini juga terjadi di negara tetangga yakni Malaysia dan Filipina.
Lantas, apakah mutasi virus ini lebih menular dan berbahaya? Studi yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Hong Kong—rilis pada September 2020—menyebutkan bahwasanya D614G memang memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi (high infectivity) ketimbang strain sebelumnya yang berasal dari kota Wuhan, Tiongkok.
Menteri Kesehatan Malaysia yakni Dr. Noor Hisham Abdullah dalam suatu kesempatan bahkan menyebut jika mutasi pada SARS-Cov-2 ini membuat virus tersebut jadi 10 kali lebih menular. Persentase tingkat kecepatan penularan antarmanusia pun lebih tinggi, yakni 20 persen. Celakanya lagi, virus jadi lebih “tahan lama” di dalam tubuh manusia.
Kendati memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi, para peneliti meyakini bahwa gejala COVID-19 yang ditimbulkan saat seseorang terinfeksi virus dari strain ini tidak mengalami perubahan berarti, dalam artian sama seperti gejala akibat paparan virus SARS-Cov-2 strain sebelumnya. Gejala-gejala yang muncul utamanya masih berupa:
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, ada sejumlah implikasi yang harus diperhatikan terkait dengan mutasi virus Corona D614G ini. Implikasi yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:
Dari implikasi-implikasi tersebut, implikasi yang terakhir kemungkinan akan menjadi yang paling mengkhawatirkan karena begitu sebagian besar populasi manusia sudah melakukan vaksinasi, akan ada tekanan kekebalan yang justru dapat mendukung dan mempercepat munculnya varian virus ini. Kendati demikian, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan guna memastikan kebenarannya.
Kabar baiknya, virus ini lebih mudah untuk teratasi. Ya, berdasarkan sejumlah uji laboratorium, para peneliti mengklaim jika virus mutasi ini memiliki ‘kelemahan’. Dikatakan bahwasanya salah satu tutup spike virus Corona tersebut justru mempermudah antibodi dan vaksin untuk menonaktifkannya.
Walaupun demikian, mencegah diri Anda dari terpapar COVID-19, khususnya oleh strain ini mengingat tingkat penularannya yang lebih mudah dan cepat. Apa saja yang bisa Anda lakukan sebagai cara mencegah penularan mutasi virus Corona ini? Pada dasarnya, langkah-langkah pencegahan terhadap infeksi virus tersebut masih sama, yaitu:
Itu dia informasi mengenai mutasi virus Corona D614G yang perlu Anda ketahui. Jaga selalu kesehatan diri dan keluarga. Jika merasakan gejala-gejala yang mengarah COVID-19, segera lakukan uji antigen atau PCR di fasilitas kesehatan terdekat.