Terbit: 26 January 2020
Ditulis oleh: Redaksi DokterSehat | Ditinjau oleh: Tim Dokter

Keripik adalah salah satu camilan yang digemari siapa saja. Rasanya yang gurih dan renyah cocok untuk menemani kita saat bersantai, menonton televisi, atau mengobrol dengan orang lain. Sayangnya, ibu hamil ternyata sebaiknya menghindari camilan ini, lho. Apa alasannya?

Ibu Hamil Sebaiknya Tidak Makan Keripik

Ibu Hamil Menghindari Keripik

Pakar kesehatan menyebut keripik termasuk dalam camilan yang kurang sehat. Bahkan, ibu hamil sebaiknya tidak mengonsumsinya demi mencegah datangnya efek samping seperti gangguan kesehatan janin atau peningkatan risiko bayi yang terlahir dengan berat badan kurang dari normal.

Hal ini disebabkan oleh adanya kandungan akrilamida di dalamnya. Sebagai informasi, akrilamida sebenarnya adalah sejenis senyawa kimia yang bisa ditemukan di dalam makanan dengan kadar MSG atau karbohidrat tinggi seperti keripik. Kandungan ini muncul saat proses pemanasan atau memasak dengan suhu tinggi. Jika makanan diolah dalam suhu tinggi lebih lama, semakin banyak pula kandungan akrilamida di dalamnya.

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan hasilnya dalam Journal of Physiology, disebutkan bahwa kebanyakan keripik diolah dengan minyak yang kurang berkualitas sehingga membuat makanan ini tinggi kandungan yang bisa menyebabkan datangnya peradangan.

Dampaknya tak hanya bisa membuat kesehatan ibu hamil menurun, hal ini juga bisa menyebabkan masalah pada perkembangan janin di dalam kandungan, khususnya gangguan perkembangan kognitifnya.

Berbagai Makanan Lain yang Sebaiknya Dihindari oleh Ibu Hamil

Selain keripik, pakar kesehatan menyebut ada beberapa jenis makanan yang sebaiknya dihindari oleh ibu hamil.

Berikut adalah makanan-makanan tersebut.

  1. Telur Setengah Matang

Telur setengah matang atau yang lebih dikenal sebagai telur mata sapi memang sangat nikmat, apalagi jika bagian kuning telurnya meleleh. Masalahnya adalah di dalam telur ini bisa jadi masih ada bakteri salmonella yang belum mati. Bakteri ini bisa saja menyebabkan gangguan pencernaan pada ibu hamil dan menginfeksi cairan ketuban.

Jika sampai ibu hamil mengonsumsinya, ada kemungkinan risiko untuk mengalami keguguran atau infeksi pada janin meningkat. Sebaiknya memang ibu hami mengonsumsi telur yang benar-benar matang.

  1. Susu yang Diolah Tanpa Proses Pasteurisasi

Susu memang termasuk dalam makanan yang sehat, namun jika susu ini tidak diproses secara pasteurisasi, bisa jadi memiliki kandungan bakteri yang bisa menyebabkan infeksi, keracunan, hingga masalah pada janin di dalam kandungan.

  1. Jus Buah yang Tidak Higienis

Alih-alih sembarangan membeli jus buah, ibu hamil lebih disarankan mengonsumsi jus buah yang diolah sendiri karena biasanya buah dan peralatan yang dipakai benar-benar dicuci dengan bersih sehingga terbebas dari kotoran dan bakteri. Jika dicermati, banyak penjual jus yang tidak benar-benar mencuci buah atau peralatan pembuat jus sehingga berpotensi membuat jus tersebut kurang sehat untuk dikonsumsi.

  1. Minuman Beralkohol

Sudah menjadi rahasia umum jika minuman beralkohol bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan. Ibu hamil yang mengonsumsinya cenderung lebih rentan mengalami keguguran atau melahirkan bayi yang meninggal dalam kondisi meninggal. Jika bayi bisa selamat, risiko terkena gangguan perkembangan otak akan semakin meningkat. Risiko melahirkan anak dengan masalah keterbelakangan mental juga akan naik.

  1. Makanan Cepat Saji

Makanan cepat saji memang sangat nikmat untuk dikonsumsi. Masalahnya adalah makanan-makanan ini ternyata tidak disarankan untuk dikonsumsi ibu hamil karena tinggi kandungan lemak trans. Tak hanya meningkatkan risiko terkena penyakit jantung, bisa jadi sering mengonsumsinya bisa membuat bayi memiliki ukuran terlalu besar atau memicu persalinan prematur.

 

Sumber

  1. Anonim. 2020. The compelling reason pregnant women should not eat chips. https://timesofindia.indiatimes.com/life-style/parenting/pregnancy/the-compelling-reason-pregnant-women-should-not-eat-chips/photostory/73265223.cms (Diakses pada 25 Januari 2020).

DokterSehat | © 2023 PT Media Kesehatan Indonesia. Hak Cipta Dilindungi